Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 78
P. 12
12 BERITAINDONESIA, 15 Juli - 15 Agustus 2010 ilustrasi: sonny pBERITA UTAMAMiskin dan BerutangBerutang untuk mengentaskan kemiskinan(memakmurkan rakyat). Benarkah? Atau hal itu hanyaslogan! Kenyataan, utang kita (pemerintah Indonesia),baik utang luar negeri maupun dalam negeri, dari tahun ketahun semakin membesar, dan kemiskinan pun masihterus membelenggu rakyat. Ditambah lagi beban utangluar negeri swasta yang semakin besar. Tampaknya, Indonesia telah masuk dalam perangkap utang permanen(permanent debt trap), yang memungkinkan Indonesiaakan tetap miskin (permanent poor) dan berutang hinggakiamat tiba.akyat diajak untuk bersabar,mengencangkan ikat pinggang.Pembangunan memerlukanwaktu, bertahap dan jangkapanjang. Membangun, tidak semudahmembalikkan telapak tangan. Namun,pertanyaannya, berapa lama jangkapanjang itu dan seberapa ketat ikatpinggang itu? Jangan-jangan sakinglamanya jangka panjang itu, semua rakyatmiskin sudah mati, serta saking ketatnyaikat pinggang, hingga rakyat miskin sudahtidak lagi punya pinggang.Dalam kaitan ini, berangkali relevandikutip apa yang dikemukakan JohnMaynard Keynes (Cambridge, 5 Juni 1883- Sussex, 21 April 1946) seorang ahliekonomi Inggris yang melontarkan ideide radikal dan berdampak luas pada ilmuekonomi modern serta pemikiran danfilsafatnya biasa disebut dengan istilahKeynesianisme. Keynes mengatakan thelong run is a misleading guide to currentaffairs. (Jangka panjang adalah panduanmenyesatkan untuk urusan saat ini).Sebab menurutnya, in the long run we areall dead. (Dalam jangka panjang kitasemua sudah mati).Bisa saja pernyataan Keynes ini dipandang mengandung kelakar. Tetapi jikamelihat kebijakan pemerintah yang menjanjikan pembangunan jangka panjangdan selalu mengejar angka dan persentasilaju pertumbuhan dengan mengandalkanutang seperti terjadi hingga saat ini,sampai kapan pun rakyat Indonesia akandibelenggu kemiskinan. Atau, setidaknya,mustahil si pengutang lebih kaya daripemberi utang, jika kebijakan utangpiutang itu dilakukan seperti selama ini.Dalam pandangan pemerintah, sebagaimana dirilis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan RI,perihal Perkembangan Utang Negara,Edisi Juni 2010, disebutkan utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal(APBN) yang menjadi bagian dari Kebijakan Pengelolaan Ekonomi secara keseluruhan, yang bertujuan menciptakankemakmuran rakyat dalam bentuk penciptaan kesempatan kerja, mengurangikemiskinan, dan menguatkan pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan keamanan.Utang, katanya, adalah konsekuensidari postur APBN (yang mengalamidefisit), dimana penerimaan negara lebihkecil daripada belanja negara. Pemerintahberpandangan, pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara yang lazimdilakukan oleh suatu negara. Di manautang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN untuk menutup defisitAPBN, dan untuk membayar kembaliutang yang jatuh tempo (debt refinancing); serta refinancing dilakukan denganterms & conditions (biaya dan risiko)utang baru yang lebih baik.Penjelasan pemerintah ini, secarasengaja atau tidak, mengakui bahwa Indonesia telah terjebak dalam perangkaputang permanen. Gali lobang untukmenutup lobang. Utang untuk menutupidefisit anggaran serta membayar cicilanutang dan bunganya. Sehingga tujuankebijakan pengelolaan ekonomi untukmenciptakan kemakmuran rakyat seringkali menjadi bukan prioritas utama.Jumlah nominal utang luar negeri terusmembesar berlipat-lipat, sementara penciptaan lapangan kerja dan upaya pengurangan kemiskinan merambat lambat,nyaris tak bergerak lebih baik. Angka lajupertumbuhan dikejar demi prestasi danpencitraan, tanpa peduli apakah lajupertumbuhan itu bersinggulang langsungdengan pengurangan kemiskinan rakyat.Nyatanya, kemiskinan pun kian merisaukan (Kompas, 12/7/2010). Lajupenurunan angka kemiskinan semakinlambat. Di sisi lain, angka inflasi meningkat seiring kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. Beban masyarakat termarjinalkan pun makin berat seiringkenaikan tarif dasar listrik per 1 Juli 2010.Menurut data pemerintah (Badan PusatStatistik) jumlah penduduk miskin saat ini(Maret 2010) sebanyak 31,02 juta (13,33persen), sedangkan Maret 2009 sebanyak32,53 juta (14,15 persen). Penentuanjumlah penduduk miskin versi pemerintah ini didasarkan pada asumsi pengeluaran rata-rata per kapita pendudukper bulan adalah Rp.211,726, tergolong dibawah garis kemiskinan.Bandingkan dengan garis kemiskinanyang ditetapkan oleh Bank Dunia USD 2per kapita per hari. Jika Indonesia menggunakan garis kemiskinan USD 2 perR