Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 80
P. 32


                                    32 BERITAINDONESIA, November 2010bangunan jaringan transportasi itu pemerintah pusat tidak bisa diam. Dia harusberpartisipasi membantu, bertanya kepada DKI, hambatannya apa.Lalu bagaimana upaya mengatasimasalah banjir?Masalah krusial berikutnya adalah banjir.Pertama mari kita lihat Jakarta darikacamata geografis. Jakarta ini 650 km2luasnya. Ada 13 sungai dari arah selatanyang mengalir masuk Jakarta. Kedua, ada40% permukaan tanah Jakarta yangberada di bawah permukaan air laut dantempatnya tidak menyatu, tapi terpencarpencar. Sehingga dengan kondisi kulturtanah seperti itu maka rawan banjirbahkan hanya dengan hujan lokal, yangkaya mangkok itu semua itu pasti banjir.Solusinya gimana? Dengan sistem penyedotan. Jadi kita sedot dengan pompa, laluairnya kita buang ke sungai yang terdekatuntuk dibuang ke laut.Ancaman banjir yang kedua, yaknibanjir rob, air pasang dari arah utaratentunya. Mengatasinya bagaimana? Kitamerencanakan reklamasi. Reklamasi ituada dua tujuan. Pertama, menghadang airpasang itu tadi, reklamasi sambil ditinggikan. Sistem reklamasi kita supaya tidakmenambah panjang alur sungai makapulau per pulau. Ada kanal, pulau, adakanal lagi. Dan sambil ditinggikan makakalau ada air pasang mental lagi itu,konsepnya, intinya seperti itu. Itu adalahyang paling mungkin, sambil mengatasilahan, supaya lahan kita itu bertambahkarena kebutuhan lahan itu sangat diperlukan mengingat orang bertambah terusdari urbanisasi. Namun seperti anda tahu,urbanisasi itu selalu penuh pro kontra,tapi sampai sekarang nggak terwujud.Memang namanya reklamasi tentu sajaada nilai-nilai negatifnya di sampingpositif, tapi sebenarnya reklamasi itubukan barang tabu. Tetangga kita sajayang paling dekat, Singapura, sudah lamamelakukannya. Sebentar lagi mungkinnyambung dengan pulau Indonesia. Lalu,Tokyo juga reklamasi, Bangkok jugaseperti itu, jadi bukan barang aneh bukanbarang tabu. Kalau kita takut dampakdampak yang timbul akan merusak ekosistem, ya harus sungguh-sunguh amdalnya dan bagaimana kita meminimalkansisi-sisi negatif ini. Tapi sebuah keputusanharus diambil, nggak diambangkan sajaterus seperti ini.Ancaman ketiga, banjir Jakarta yangpaling berat adalah dari 13 sungai yangbermuara ke Jakarta. Kita flash back duluke zaman Belanda, dimana kota yangbernama Sunda Kelapa ini dulu hanyapusat perdagangan saja pada saat Belandamenduduki Jakarta. Daerah Selatan dariasalnya sungai ini datang, katakanlah ituPuncak dan Cianjur, itu diawasi secaraketat karena itu adalah daerah resapan airdan curah hujan tinggi. Karena itulahPuncak sampai Cianjur sana hanya hutankopi, jati, pinus lalu kebun teh. Jadiresapan air dari kawasan itu maksimal.Curah hujan yang tinggi disedot semua.Setelah itu, sekarang ini dimana SundaKelapa tadi berkembang sedemikian rupaoleh Bung Karno dijadikan ibukota negara, lalu berkembang menjadi kotawisata, pusat ekonomi, kota pendidikan,pusat budaya, lalu berkembang pularumah-rumah yang di Puncak sana, vilavila, jadi sudah puluhan ribu vila di sana.Apa yang terjadi kemudian? Rusaklahekosistem kita.Resapan air itu sudah tidak berfungsilagi. Pada saat curah hujan tinggi, air itutidak bisa diserap tanah lagi. Maka airmasuk ke-13 sungai itu. Karena itu,meluap-luap dia datang ke Jakarta. Masihberuntung kita karena air ini sampai diCiawi, memanjang ke Tangerang, Bekasi,Sentul, itu flat, datar, jadi air itu kayadirem. Karena itulah masuk Jakarta itupelan-pelan naiknya. Kita nggak pernahada bandang-bandang kayak yang diPapua itu.Jadi kesimpulannya apa? Apa pun yangdilakukan oleh Jakarta terutama untukmengatasi 13 sungai itu, ya tetap sajatergenang apabila di daerah hulu selatanitu tidak dilakukan langkah apapun. Apalangkah itu? Kata Bupati Bogor adalah, yadirobohkan lagi vila-vila itu supaya fungsipenyerapan air kembali. Itu omongan,dari saya jadi gubernur sampai pensiunpun belum pernah terealisasi. Karena itumemang tidak masuk akal. Secara yuridis,itu benar, tapi apa realistis? Kalau vila itumau dibongkar berapa duit yang harus diakeluarkan untuk merobohkan ribuan vilaitu? Akhirnya kan hanya wacana-wacana.Begitu nanti hujan deras, banjir. Kitateriak mau menghancurkan vila, misalnya, setelah usai, kemarau, sudah lupalagi. Begitu setiap tahun saya mendengarkalimat itu selama 10 tahun. Mendengarkalimat itu sampai hapal aku.Nah, marilah kita sekarang, tujuannyasama untuk mengurangi banjir ini akibat13 sungai itu tetapi dengan cara lain. Carayang saya tawarkan adalah membangun8 sampai 11 waduk-waduk besar di daerahselatan, Ciawi, lalu memanjang sampaiSentul. Gunanya apa? Agar air dari 13sungai itu kita tampung di waduk-waduktadi.Jadi fungsi waduk atau situ besar(raksasa) itu adalah menampung air padasaat musim hujan, tabunganlah, dan airini akan berfungsi juga untuk irigasipertanian. Situ besar ini juga bisa untukrekreasi dan sport. Nah situ-situ ini juga,bisa sebagai tabungan air untuk bahanbaku air bersih di DKI Jakarta dantetangga kita, Tangerang dan Bekasi. Jadiakhirnya multifungsi. Dan kalau inidibikin, pasti menyelesaikan masalahkarena air masuk waduk, kemudian yangkeluar dari situ itu sudah tinggal kecil dandiatur oleh pintu air. Sudah masukJakarta pun, masih diterima oleh kanalbarat dan timur, ini kan mesti beres dong.Tapi kenapa nggak pernah direalisasi.Karena tidak cukup koordinasi dengantetangga kita. Bupati Bogor, “Pak bupati!tolong bikin situ besar di sana supayatidak ada banjir”. “Sumuhun pak gubernur!” Kan begitu kira-kira jawabannya.Ngapain kita bikin situ, orang di situ yangbanjir. Memang bikin situ gratisan?Duitnya dari mana? Begitu kira-kirajawabannya.Nah, karena itulah harus ada megapolitan, lembaga yang lebih atas, mengkoordinasi Jakarta dan kota-kota yang adadi sekelilingnya. Mengapa juga nggakpernah direalisir? Padahal dengan megapolitan, masalah banjir bisa kita atasi, lalulintas, sampah, bisa kita atasi. Kan begitu?Tiga ini yang paling krusial. Termasukjuga urbanisasi. Apalagi kalau dikaitkandengan pindahnya pusat pemerintahan,kayak Mahatir bikin Putrajaya, kan gitu,kita juga bisa misalnya geser ke Jonggol.Ini tidak mubazir yang di sini, lancarsemua angkutan ada, tolnya ada, keretaapi ada.Saya menghormati orang-orang yangberpikiran idealis, yang berpikiran pokoknya bikin kota baru di Palangkaraya. Ya,kayaknya aja bagus. Tapi pertanyaanya,punya duit nggak bangun kota baru?BERITA UTAMABELUM TUNTAS: Dari 15 koridor jalur busway yang dirfoto: dok.berindo
                                
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36