Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 80
P. 33


                                    BERITAINDONESIA, November 2010 33Bayangin nggak bikin ibukota? Berapaduitnya untuk membangun Istana Negara, perumahan, menteri-menteri dengan segala pegawainya, semua departemen pindah ke sana, PNS-nya bagaimana, rumahnya juga. Infrastruktur,jalan, jaringan kereta api, mungkin adaperlu juga stadion, sekolahan, lalu membangun lagi rumah sakit. Nah, berapaduitnya kira-kira?Apakah layak pada saat rakyat masihseperti ini lalu kita membangun ibukotanegara. Ini bukan salah, ini idealis, tapitidak realistis jadinya. Kita yang realistissaja, biarlah itu dilakukan oleh anak cucukita nanti. Yang mudah terjangkau itumemindahkan pusat pemerintahan kita didekat sini, Jonggol misalnya. Jadi denganmegapolitan maka terbukalah kawasanJakarta, Depok, Tangerang, Bekasi,sampai Cianjur.Lalu kita tata kawasan ini. Karenainfrastrukturnya kita bangun denganbagus, lalu developer nggak lagi melirikJakarta. Ngapain, sudah sempit mahallagi, enakan membangun gedung bankmisalnya di daerah Bogor, bikin hotel ataumall di Bekasi, nggak ada masalah.Perumahan di Sentul, universitas didaerah Depok. Jadi dari megapolitan itutetangga kita jadi hidup, ekonominyatumbuh, infrastrukturnya lebih bagus.Jakarta sudah seperti berhenti pembangunan, nggak disedot banyak airnyalagi, tanahnya nggak dijarah lagi.Ketika megapolitan Anda lontarkanBERITA UTAMAdengan konsep sedemikian rupaapa reaksi pemerintah pusat waktuitu?Ya, pemerintah itu kan ribut semua padasaat banjir besar itu tadi saja.Kembali ke masalah wacana pemindahan ibukota?Mau memindahkan ibukota bukan pemikiran jelek. Tapi saya takut setelah pindah,lalu fokus kepada pindah ibukotanya ini.Lupa maut yang sudah diambang pintu,kemacetan total 2014. Itu kan sebentarlagi, bahkan mungkin tahun 2012 sudahterjadi kalau tidak ada tindakan yangsignifikan.Jadi karena itulah yang namanya memanage pemerintahan itu kan ada skalaprioritas, bahasa Jawanya itu ambegprama arta, itu namaya prioritas. Kenapadulu Soekarno nggak jadi pindah kePalangkaraya? Karena dia merasa adakepentingan yang lebih mendesak. PakHarto juga kok nggak jadi pindah keJonggol? Sama. Nah sekarang kita pertanyakan saja sudah saatnya belum?Saatnya belum, ya sudah, go ahead,nggak ada masalah. Dan menurut sayagagasan itu diteruskan tapi carilah yangrealistis. Nggak usah semua pindah,dekat-dekat sini, terjangkau, sehingga adakebalikan sirkulasi kendaraan. Kalau pagisemua kan menuju ke Monas karena itusemua tol macet tapi lihat sebelahnya,kosong. Kalau pusat pemerintahan disana, tersebar ada bank di sana, sekolahdi sana, maka akan imbang muternya,masuk dan keluar.Artinya apa? Dengan megapolitannggak mungkin tetangga kita dirugikan,dia akan kecipratan madu bukan racun.Sekarang ini racun terus yang dia terima,Jadi kalau ada yang menolak jadinya anehkarena penggabungan megapolitan itupenggabungan tata ruang bukan administrasi. Dia tetap walikota, tetapDPRD, Tangerang tetap di bawah Banten.Bekasi, Depok, Bogor tetap di bawahJabar, apa yang perlu berubah? Tataruang yang kita manage secara terintegrasi.Itu memerlukan gubernur setingkatmenteri?Ya, kalau gubernur menjadi komandanmegapolitan. Bisa aja semua tetap megapolitan ditunjuk komandannya sendiri.Karena lembaga ini di atas pemerintahan,tangannya pemerintah pusat, dia harusdidanai oleh pemerintah pusat, pasti jadi.Monorail nggak sampai 5 triliyun jadi,subway, MRT pasti dibiayai Jepangkarena sudah kita tandatangani. Tinggaldilaksanakan. Busway paling tinggalberapa trilyun untuk 15 koridor. Selesaimasalah. Setelah itu baru dipikir bagaimana memindahkan ibukota.Kalau kami melihat hal itu sangattergantung pemimpinnya? Kalaunggak ada pikirannya ke sana walaupun begitu bagus konsepnya,tetap tidak jalan?Ya, memang semua pikiran apapun selaluada risikonya. Ada positif dan negatifnyatapi kan kita mengambil mana yang paling banyak positifnya dan paling sedikitnegatifnya. Setelah kita ambil keputusanpun kita berusaha sambil jalan meminimize negatifnya, tapi 0% kan nggakmungkin.Sejalan dengan konsep Anda,Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang,punya gagasan membangun kanalberbentuk huruf U melingkari Jakarta, berpusat di Cibinong sampaike pantai Banten dan Karawang.Mirip megapolitan, dimana gubernurnya mempunyai kewenangan memimpin rapat menteri.Bagaimana pandangan Anda?Ya, sekali lagi pandangan itu kan ada yangrealistis dan idealis. Sekarang berapa kitabutuh biaya untuk membangun ini. Marikita lihat, ini ‘kan panjangnya 240 km.Kita ini sekarang membangun banjirkanal timur itu 23,7, katakan kita genapkan 24 kilo, anggaranya 5 trilyun. Berarti240 kan 50 trilyun. Tinggal kita punya duitatau tidak, kan gitu?Kalau Syaykh Al-Zaytun menyarankan jual saja obligasi sama rakyat?Perlu pengkajian lebih dalam. Ini ‘kanpada prinsipnya sama, kita nggak maumembuang hal yang sudah jadi, mubazir.Kita ‘kan sudah ada kanal barat, kanaltimur.Menurut Anda, masalah pemindahan ibukota perlu keputusanpasti?Ya, wacana itu merupakan pemikiranidealis. Sementara, kita kan harus segeraada keputusan politik yang berisi, kapanmau dipindahkan, dimana, caranya bagaimana? Kita bangun sekaligus dari tanahkosong untuk bikin ibukota kaya diCanberra, atau berangsur-angsur? Dimana dan kapan? Ini kan perlu, kalau diluar Jawa pasti cost-nya akan lebihbanyak, dihitung saja. Harus segerasupaya tidak terus menjadi bola liarwacana pemindahan ibukota. Terus padaberduyun-duyunlah spekulan memborong tanah di mana-mana. Begitu diputuskan, misalnya, di salah satu kota X,Pemda kota X itu harus dikasih tahu tidakada jual beli tanah lagi. Kalau nggak, bisajatuh ke tangah spekulan tanah semua.Nanti cost-nya pemerintah membangunkota itu akan tinggi sekali. „encanakan baru 8 koridor yang berfungsi.
                                
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37