Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 83
P. 63
BERITAINDONESIA, Maret - 10 April 2011 63BERITA BUDAYATilhang Oberlin GultomPendiri Opera BatakTilhang Oberlin Gultom, senimandan pendiri Opera Batak yangdinamai Opera Tilhang (1920-1973). Selama karirnya, pria kelahiranDesa Sitamiang, Pulau Samosir ini telahmencipta 360 lagu, 12 tumba dan 24judul drama. Setelah sang pendirimeninggal (1973), Opera Tilhang kemudian dilanjutkan para penerusnyadengan Opera Serindo (Seni Ragam Indonesia) sampai 1985. Setelah itu, opera Batak tidak pernah muncul lagi.Bagaimana proses kehadiran operatradisi Batak yang lebih mirip teaterkeliling ini, tidak ada catatan pasti.Namun, nama Tilhang Oberlin Gultomselalu dikaitkan sebagai tokoh senimanyang diperkirakan sudah ada sejaktahun 1920-an. Kala itu, ia menggelaropera ini di pedalaman Tapanuli Utara.Sebutan Opera Batak dipopulerkan olehDiego van Biggelar, misionaris Belandayang datang ke Pulau Samosir pada1930-an.Opera Tilhang mencapai masa keemasannya dari tahun 1960-1973. Setelah sang pendiri sekaligus pemimpinmeninggal pada tahun 1973, para penerusnya, di antaranya Abdul WahabKasim Samosir (Pimpinan Opera Serindo) dan Zulkaidah boru Harahap, ratuopera Tilhang kala itu, bersama suaminya Pontas Gultom, melanjutkan usahapertunjukan opera Batak bernama SeniRagam Indonesia alias Serindo tersebutatas persetujuan seluruh keluargaTilhang Gultom.Kala itu masih ada sekitar 70 anggota.Opera Serindo yang merupakan penjelmaan Opera Tilhang menggelar pertunjukan keliling dari desa ke desa. Namunhanya mampu bertahan sampai tahun1985 karena para penontonnya sudahmempunyai banyak pilihan hiburan,mulai dari pertunjukan musik dan artispopuler, juga terutama dengan kehadiran televisi sampai pelosok desa. Akhirnya, tahun 1985, grup opera BatakSerindo yang kala itu masih punya 45anggota, bubar. tokohindonesia.comband sudah lebih dominan ketimbanggondang saat upacara adat pernikahanterutama ketika menyampirkan uloskepada pengantin dan kerabatnya. “Pikiranku sudah buntu mengembangkankesenian Batak sebab semua orang Bataksudah menyeleweng dari budayanya,”katanya dalam suatu kesempatan wawancara dengan Wartawan Kompas, SalomoSimanungkalit.Ia mencontohkan, orang Batak bersediamembayar band di atas Rp 2 juta, tapiuntuk gondang rela kalau di bawah Rp 1juta,” ujar Kasim yang lahir 17 Agustus1928 ini. Hatinya pun makin tersayat saatorang yang menawar jauh dari apa yangdiharapkan berkata, “Sudah cukup Rp700.000 untuk gondang”. Padahal pemain gondang yang berjumlah delapanorang itu bekerja seharian hingga keringatan.Selain itu, menurut Ketua KoordinatorPusat Latihan Opera Batak, ThomsonHutasoit, semakin dilupakan dan terpinggirkannya Opera Batak juga dilihat sebagai ketidakberdayaan kesenian rakyat inibersaing dengan media-media yang lebihmodern. Oleh sebab itu, sejak tahun 2002,program revitalisasi Opera Batak dicanangkan untuk menghidupkan kembaliOpera Batak dan memperkenalkannyahingga mancanegara. Salah satu upayayang sedang dilakukan adalah denganmembangun gedung kebudayaan.Sebuah kelompok Opera Batak bernama Grup Opera Silindung (GOS) pundibentuk. Pemuda-pemudi yang bergabung dalam grup yang bermarkas di Tarutung ini diajari tentang musik khas Opera Batak dan seni peran. Kegiatan belajarlangsung dipandu oleh Thomson Hutasoitdan para pakar di bidangnya. GOS sudahbeberapa kali tampil di beberapa daerahseperti Tarutung, Sipaholon, Laguboti,Pematang Siantar, dan Jakarta.Upaya untuk menyelamatkan OperaBatak terus dilanjutkan. Pada tahun 2005,sastrawan Sitor Situmorang yang bermukim di Belanda mengajak Thomsonmendirikan Pusat Latihan Opera Batak(PLOt). Selain melatih GOS, para pemainlama yang telah menyebar diajak kembali.Alhasil, kembalinya para pemain lama inimembuat PLOt makin hidup dan kebanjiran order. Bahkan Opera Batakdijadikan sarana untuk menarik massaoleh calon kepala daerah dalam pilkada.Hingga tahun 2008, usaha Thomson terusberlanjut dengan mengadakan pelatihandi 10 kabupaten di Sumatera Utara.Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) jugamulai mengemas Opera Batak ke dalamempat bahasa pada satu panggung yaknibahasa Karo, Simalungun, Toba dan Indonesia. Biasanya Opera Batak identik denganbahasa Batak Toba. Dengan empat bahasa,diharapkan para pemain datang dari latarbelakang yang berbeda-beda sehinggasemangat kebersamaan semakin erat.Indahnya kebersamaan itu diwujudkandalam Opera Batak yang dipentaskanpada 11-12 Maret 2011 di Taman BudayaSumatera Utara, Medan. Opera Batakyang mementaskan naskah adaptasi ceritarakyat berjudul Si Jonaha (Si Jenaka) inijuga menampilkan keragaman tari-tariandari 5 etnis Batak. Selain maestro operaBatak Alister Nainggolan dan Zulkaidahboru Harahap, para pemain opera adalahpeserta program pelatihan revitalisasiopera Batak bantuan Pemerintah ProvinsiSumut tahun 2008. HSMERAKYAT: Opera Batak sempat mencapai masa keemasannya antara tahun 1960-1973