Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 84
P. 38


                                    LenteraL ENTERAMenurut firmandalam Al-Quran,orang beriman itubersaudara, apapun agamanya.Banyak kaummuslimin yakintentang iman itu.Artinya, setiaporang yangberiman,bersaudara. Tidakmemandangagama, tidakmemandang ras.Syaykh Al-Zaytun dan penatua Vence Rombot saling memberi apresiasi ataspertemuan tersebut.foto-foto: berindoyakni ustad Abdul Halim, Nurdin AbuTsabit, dan Natsir Abdul Qodirmenyanyikan lagu-lagu pujianberbahasa Ibrani.Dipandu oleh Syaykh sendiri, merekapun menyanyikan tiga buah lagu, yaituSyalom Khaverim, Hinne Mattav, danLo Ve Khayil, dengan indah dan merduyang mendapat sambutan hangat dariseluruh hadirin.Selanjutnya, setelah menyatakanbersyukur pada Allah karena malam itudipertemukan dengan majelis GPIB,serta mengucapkan terimakasih kepadaseluruh fungsionaris, majelis SinodeGPIB, baik ketua umum, sekretarisumum dan ketua empat, maupun KetuaMajelis Jemaat GPIB Galilea lama danbaru atas undangan yang diberikankepada mereka, Syaykh pun dengansangat terbuka membicarakanpersoalan yang kerap dan sedangdihadapi umat beragama di Tanah Airbelakangan ini.Syaykh juga memperkenalkan siapaitu Al-Zaytun yang bermoto: “PusatPendidikan dan Pengembangan BudayaToleransi dan Perdamaian.” Syaykhmemberitahukan bahwa Al-Zaytunsering mendapat undangan dari gereja.Al Zaytun juga terbiasa bersahabatdengan sahabat-sahabat dari gereja,bahkan punya guru seorang pendetayang mengajar bahasa Ibrani di AlZaytun. Syaykh yang hari itu juga barumenjenguk pendeta dimaksud, yakniPendeta DR. SM Siahaan, mantanSekjen HKBP dan Rektor STTNommensen yang sedang sakit di RSSiloam, Karawaci. Pada kesempatan itu,Syaykh juga meminta hadirin untukmendoakan Pendeta Dr. Siahaan.Lebih lanjut, Syaykh mengatakanbahwa menurut firman dalam AlQuran, orang beriman itu bersaudara,apa pun agamanya. Dia katakan,dirinya, sahabat-sahabatnya, danbanyak kaum muslimin yakin tentangiman itu. Artinya, setiap orang yangberiman, bersaudara. Tidakmemandang agama, tidak memandangras. Yang dipandang adalahpersaudaraan seiman.Walau demikian, Syaykh tidakmengingkari kenyataan bahwa memangada juga yang meleset memahami imanitu. “Ternyata di dalam perjalananpanjang kita ini, saya tidak melihat keluar dulu, melihat di Indonesia. Kita inipunya budaya, telah panjang perjalanandan di Indonesia ini dikatakan bahwakelompok terbesar penduduk Indonesiaadalah muslim dengan budayanya,memahami iman ini terkadang meleset.Kalaulah tidak dikatakan banyak, tapiada yang meleset sehingga meletakkaniman itu pada posisi pandangan hanyaagama. Negara kita meletakkanKetuhanan Yang Maha Esa di atas.Maknanya, kita ini bangsa yangberiman, apa pun agamanya,” kataSyaykh.Menurutnya, pandangan yang sempitdi antara kelompok inilah yangterkadang menimbulkan gelombanggelombang yang tidak diinginkan.Mengambil contoh, Gereja Galileasendiri, Syaykh mengatakan mendapatinformasi bahwa semua persyaratanberdirinya rumah ibadah sudah beres,perijinan-perijinan dari tingkat RT, RW,desa, kecamatan sampai keluar IMB.Namun ada juga kelompok orang“beriman” yang memberikan gangguan,dalam arti memaksakan diri untukmenghalang-halangi pembangunannya.Ini, menurut Syaykh, satu pertandabahwa penanaman iman itu memangkerja besar bersama, kerja besar bangsaIndonesia, kerja besar umat manusiayang tinggal di Indonesia, yaknipenanaman iman. Sehingga kalau nantiiman itu sudah tertanamkan,tumbuhlah kemanusiaan yang tinggi,sehingga tidak ada pandangan inikelompok A dan ini kelompok B.Syaykh mengaku merasa tidak pasterhadap apa yang terjadi tentanggangguan-gangguan yang diberikanoleh pihak-pihak yang tidakbertanggung jawab tadi untukmengganggu perjalanan keimananbangsa.Melihat hal seperti ini, Syaykhberpendapat, mungkin ini karena adayang salah di dalam perjalananpendidikan di negara ini. Dimana sejakSD sudah dikelompok-kelompokkan.Mau belajar agama Islam masukkelompok kelas tersendiri, Budhatersendiri, Kristen tersendiri. Sampai38 BERITAINDONESIA, Mei 2011
                                
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42