Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 85
P. 45


                                    BERITAINDONESIA, November 2012 45YBERITA LINGKUNGANenergi panas dan ini terus berulang.Para peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, Amerika Serikat,mengamati catatan perubahan iklim selama 1.800tahun terakhir. Mereka menganalisa tingkat lemak takjenuh pada ganggang yang terkubur dalam lapisansedimen di danau Kongressvatnet, Svalbard, sebuahkepulauan di kawasan Kutub Utara, bagian dariNorwegia.Menurut peneliti, pada air yang lebih dingin,ganggang memproduksi lebih banyak lemak tak jenuh.Sementara jika kondisi air lebih hangat, merekamemproduksi lemak jenuh. Tingkat lemak padaganggang tersebut bisa menyediakan informasiperubahan iklim yang terjadi di masa lalu.Hasilnya, dalam laporan yang dipublikasikan dijurnal Geology, musim panas di kepulauan tersebutkini lebih hangat dibandingkan dengan waktumanapun selama 1.800 tahun terakhir. Termasuk diabad pertengahan, saat bagian dari belahan bumiutara sama panas atau bahkan lebih panas dibandingsaat ini.Saat mendapati bagaimana musim panas diSvalbard bervariasi, peneliti juga menemukan bahwapada periode “Little Ice Age” yang terjadi pada abad18 dan 19, gletser di Svalbard tumbuh mencapaiukuran terbesarnya dalam 10 ribu tahun terakhir.Namun, pengukuran suhu yang dilakukan barubaru ini menunjukkan bahwa kawasan Arktik mengalami pemanasan dua kali lebih cepat dibandingkanAncaman di Kutub UtaraKawasan Kutub Utara mengalami pemanasan duakali lebih cepat dibandingkan dengan kawasan lain diseluruh planet Bumi.Kehilangan lapisan es menyebabkan samuderamenyerap lebih banyak energi dari mataharidan kemudian melelehkan lebih banyak esdan terus menyebabkan kenaikan penyerapanMELELEH: Musim panas di Svalbard, sebuah kepulauan di kawasan Kutub Utara, bagian dari Norwegia, kinilebih hangat dibandingkan dengan waktu manapunselama 1.800 tahun terakhirdengan kawasan lain di seluruh planet Bumi.Dengan tingkat ketebalan es di laut mencapai titiktertipis dalam sejarah. Kehilangan lapisan es inimenyebabkan samudera menyerap lebih banyakenergi dari matahari dan kemudian melelehkanlebih banyak es dan terus menyebabkan kenaikanpenyerapan energi panas dan seterusnya.Dari pemodelan iklim yang dibuat oleh International Panel on Climate Change, tahun 2100mendatang, Svalbard akan menghangat jauh lebihcepat dibandingkan dengan kawasan lain di Bumikarena kombinasi hilangnya es laut dan perubahanatmosfer dan sirkulasi arus laut.Sebelum ini, dalam sebuah studi yang pernahdipublikasikan di jurnal Advances in Meteorology,sejumlah peneliti Norwegia memperkirakan bahwarata-rata temperatur musim dingin di Svalbard bisanaik sampai 10 derajat Celsius. QEkosistem Pasifik Akan BergeserKurang dari seabad lagi, diprediksi akan terjadi perubahan lokasi dari para penghunilaut di Samudera Pasifik. Mereka diperkirakan bakal berpindah lebih dari 965 kilometer di tahun 2100. Dari beberapa hewan besar, penyu, hiu, dan paus, akan menerimadampak paling besar. Ini akhirnya berekses pada komunitas dan industri yang bergantungpada hasil laut termasuk menyebabkan hilangnya 20 persen keanekaragaman hayati.Demikian hasil kesimpulan studi terbaru yang dipublikasikan Nature Climate Changeyang meneliti distribusi fauna di utara Pasifik. Studi ini mempelajari perubahan yangakan terjadi di lokasi tersebut seiring meningkatnya suhu laut dan level produksi.Kesimpulan pergeseran ini didapat setelah para peneliti yang terlibat menggabungkanmodel matematika dengan data dari “Tagging of Pacific Predators” (TOPP). Sekitar4.300 tag elektronik dari TOPP ditempatkan pada 23 spesies dengan rentang waktu2000-2009. QLaju Oksidasi Samudra MengkhawatirkanDalam ajang “International Symposium onthe Ocean in a High-CO2 World” ketigayang digelar di Monterey, California,Amerika Serikat, akhir September 2012,Daniela Schmidt, geolog dari School ofEarth Sciences, University of Bristol memperingatkan, kecepatan oksidasi samudrasaat ini tidak pernah terjadi sebelumnyadalam sejarah planet Bumi.Schmidt menyebutkan, oksidasi yangpaling mirip dengan kondisi yang tengahberlangsung saat ini kemungkinan terjadisekitar 55 juta tahun lalu. Namun,kecepatannya 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan oksidasi laut masa kini.Saat itu, kata Schmidt, spesies meresponskenaikan suhu, oksidasi, perubahan asupannutrisi dan kehilangan oksigen. Sebuahproses yang sama yang sekarang kita lihatterjadi di samudera kita.Kecepatan oksidasi yang kita alami saatini tidak pernah terjadi dalam sejarahplanet Bumi. Mendorong sebagian besarekosistem ke kondisi yang belum pernahdiketahui. Dalam proses kimia, oksidasimerupakan perubahan kimia dengan suatuatom atau partikel sehingga kehilanganelektron atau bertambah oksidasinya. Q
                                
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49