Page 7 - Majalah Berita Indonesia Edisi 87
P. 7
BERITAINDONESIA, Maret 2013 7YBERITA TERDEPANraf surat perintah penyidikan (sprindik)atas nama Anas Urbaningrum sebagaitersangka kasus suap proyek Hamba- lang bocor dan beredar luas. Ironisnya, orangyang diduga kuat membocorkan Sprindik ituadalah unsur pimpinan dan petinggi KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) sendiri.Ketua KPK Abraham Samad sendiri merasasedang difitnah soal bocornya Sprindik atasnama Anas tersebut. “Saya tidak pernahmembocorkan sprindik, itu semua fitnah untukmenjatuhkan saya dari ketua KPK,” kataAbraham kepada pers, Kamis (21/2/13).Dia mengaku, hanya bisa berdoa agarsemuanya bisa terungkap dengan benar.Abraham juga berharap fitnah terhadap dirinyatidak lagi disebarkan oknum yang tidakbertanggung jawab. “Berhentilah saling memfitnah dan saling menjatuhkan,” ujarnya tanpamenyebut rinci siapa yang dimaksud menyebarfitnah tersebut.Copy dokumen dengan kepala Surat PerintahPenyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi yangmenetapkan Anas Urbaningrum sebagaitersangka tersebut mulai beredar di publik Sabtu9 Februari 2013. Sehari sebelumnya, PresidenSBY selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat mengambil-alih semua kewenanganpengendalian PD dan memberi kesempatankepada Ketua Umum Partai Demokrat AnasUrbaningrum untuk memfokuskan diri menghadapi masalah dugaan hukum di KPK.Timbul dugaan bahwa pimpinan KPK sendiriyang memberikan copy draf Sprindik itu kepada’orang istana’ atau intelijen atau pihak tertentuyang kemudian sengaja membocorkannyakepada media (publik) untuk tujuan tertentu.Jadi bukan pimpinan KPK yang langsungmembocorkannya ke media. Dugaan itu munculbukan tanpa sebab. Berawal dari berita sebuahmedia online yang merilis pernyataan Ketua KPKAbraham Samad Jumat, 8 Februari 2013, bahwaseluruh pimpinan lembaga antirasuah itu telahsepakat untuk menetapkan Anas, sebagaitersangka. Tetapi, siangnya, Wakil Ketua KPKBusyro Muqoddas membantah isu itu. Busyromenegaskan, belum ada surat perintah penyidikan atas nama Anas Urbaningrum.Banyak pihak yang sangat menyesalkan sikapKetua KPK Abraham Samad yang mengomentaristatus hukum Anas di tengah tingginya keinginanpara pihak untuk melengserkan Anas darijabatan Ketua Umum Partai Demokrat.Sesungguhnya, proses penerbitan sprindik ituhanya diketahui segelintir orang berposisipenting di KPK, yakni satuan tugas kasusnya,direktur penyelidikan, direktur penyidikan,deputi bidang penindakan, dan lima pimpinanKPK. Sehubungan dengan itu, KPK sudahmembentuk tim menyelidiki bocornya sprindikitu. Ternyata, Sprindik yang beredar itu adalahmilik KPK. Sprindik itu tergolong rahasia negara.Maka, pembocornya terancam sanksi etika danpidana.Karena pembocor Sprindik itu diduga adalahunsur petinggi dan pimpinan KPK sendiri makaKPK telah menyerahkan kasus itu kepadaKomite Etik untuk menyelidiki siapa pihak internal yang membocorkan. Komite Etik yangterdiri dari lima orang itu dalam satu bulan akanmenyelidiki berdasarkan rekomendasi daritemuan Tim investigasi Deputi Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat KPK yangsudah selesai melaksanakan tugasnya.Biasanya, Komite Etik KPK dibentuk apabilatelah ditemukan dugaan pelanggaran etika yangdilakukan oleh petinggi KPK, meliputi DirekturPenyelidikan, Direktur Penyidikan, DeputiPenindakan, Satuan Tugas yang menanganikasus, dan lima pimpinan KPK sendiri.Sementara, kuasa hukum Anas, FirmanWijaya mengatakan tengah mendiskusikankemungkinan untuk memidanakan pimpinanKPK terkait bocornya sprindik itu. Merekamenyoroti kejanggalan dalam bocornya sprindikitu. Menurutnya, kasus bocornya sprindik dapatdituntut dengan delik penyalahgunaan jabatan.Bocornya Sprindik itu telah menyulitkan KPK.Berat dugaan, hal ini merupakan produk kerjaintelijen atau orang-orang tertentu yangberkaitan langsung atau tidak langsung denganlingkaran kekuasaan atau pihak berkepenDampak Ganda Bocornya SprindikDIntegritas petinggi KPK dipertaruhkan. Sebuah pelajaran berharga bagi KPK, untuk tidak masukdalam pusaran pencitraan dan popularitas (interes politik).tingan. Sangat sulit membayangkan hal inihanya sekadar akibat kelalaian. Apalagi parapetinggi KPK dianggap memiliki integritas tinggidan telah melalui seleksi ketat.Tetapi sangat disayangkan jika ternyata diantara petinggi KPK masih ada celah untukdimasuki para intelijen atau pihak-pihakberkepentingan. Celah itu bisa saja munculmanakala petinggi KPK memiliki interes politik.Indikasi adanya interes politik ini antara lainbisa terlihat dari ada tidaknya niat pencitraandiri dengan menaikkan popularitas melaluimedia. Seyogyanya para petinggi KPK itu bertindak senyap! Tidak butuh pencitraan danpopularitas. Indikasi lainnya terlihat darikemampuan pemimpin KPK dalam mengendalikan diri, misalnya masih senang disanjungdan masih mudah tersinggung. Pimpinan KPKyang memiliki celah inilah kemungkinan mudahdibaca intelijen atau pihak berkepentingan danmemperdayanya. Tentu dengan tujuan tertentuyang berdampak ganda. Pertama, untukdigunakan dalam tujuan politik. Misalnya,menjatuhkan lawan politik. Jika pada zamanOrba stigma PKI dipakai menjatuhkan lawanpolitik, sekarang dugaan korupsi telah menjadialat politik. Kedua, menyandera KPK, terutamapetinggi KPK pembocor rahasia negara tersebut.Itu berarti mengendalikan dan memperlemahKPK. Paling tidak kedua tujuan ini, tampaknyaterjadi dalam bocornya Sprindik tersebut.Selain itu, bocornya Sprindik tersebut jugasangat menyulitkan KPK untuk meyakinkanpublik bahwa tidak ada intervensi dalam kasusyang tengah ditanganinya (dalam hal ini kasusyang menimpa Anas Urbaningrum).Pada gilirannya, bocornya Sprindik tersebut,akan memukul balik KPK. Kelak, temuan KomiteEtik, setelah menemukan bukti petinggi KPKpembocor Sprindik tersebut misalnya, tentulahakan ditindak sesuai dengan etika dan hukumyang berlaku. Sehingga, KPK akan tergembosioleh ulah petingginya sendiri. Tentu, komplotankoruptor sistemik yang berkolaborasi denganpara petinggi kekuasaan akan bertepuk tangan.Bagi mereka, sekali merengkuh dayung, duatiga pulau terlampaui. Satu kali melakukanpekerjaan, mendapatkan beberapa hasil ataukeuntungan sekaligus.Inilah pelajaran berharga bagi KPK, untuktidak gemar masuk dalam pusaran pencitraandan popularitas. Jangan terseret dengan interespolitik, iming-iming jabatan apa pun. Janganlagi gemar disanjung dan sebaliknya gampangtersinggung. Jagalah integritas dan bekerjalahdengan senyap! ch. robin simanullang