Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 51


                                    BERITAINDONESIA, Edisi 98 51BERITA NASIONAL kemerdekaan yang diproklamirkan pada 17/08/1945.Tolok ukur kemerdekaan yang ketiga adalah bangsa ini bersatu bukan karena atas nama persatuan suku, bukan atas nama persatuan bahasanya ma sing-masing, tapi persatuan Indonesia. Bukan persatuan agama, jika pesatuan agama maka akan hancur Indonesia ini. Merdekanya akan kurang bila terjadi persatuan dasarnya agama, agama hancur dan lebur dan kemerdekaannya akan hilang. Maka, tatkala kita mempertahankan kemerdekaan, tetaplah dalam persatuan Indonesia.Tolok ukur yang keempat, orang menyatakan kerakyatan itu adalah satu sikap demokrasi, Indonesia pun bentuk demokrasi ala Indonesia, bukan demokrasi ala bangsa-bangsa lain, bukan demokrasi atas fi losofi -fi losofi lain. Demokrasi Indonesia yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan perwakilan. Hikmat kebijaksanaan bukan orang perorang. Hikmat kebijaksanaan adalah sumber daripada ajaran ilahi, ilmu pengetahuan, ahlaqul karimah, budi pekerti luhur dan lain sebagainya. Itulah hikmat kebijksanaan yang mampu mengarahkan sikap bermusyawarah dalam lingkaran majelis mahupun dewan yang dibentuk oleh rakyat Indonesia. Itu adalah demokrasi ala Indonesia.Yang kelima tolok ukur kemerdekaan Indonesia telah digariskan, adalah cita-cita yang luhur mewuujudkan satu keadilan sosial, sosial yang adil, masyarakat yang adil, kehidupan yang adil. Adil artinya, bisa diukur dalam ukuran yang pasti, punya ukuran yang pasti yakni UUD negara yang telah disepakati yang kata orang Indonesia, UUD 1945.Mewujudkan satu keadilan sosial merata bagi rakyat seluruhnya, seluruh rakyat Indonesia merata, tidak boleh sekelompok kecil menguasai kelompok banyak, kelompok kecil menjadi kumpulan modal besar Indonesia. Modal terbesar Indonesia mestinya ada di kas negara, bukan di kantong orang-orang tertentu yang menjadikan nantinya adalah borjuisme yang sangat tinggi. Di situlah kapitalis-kapitalis Indonesia yang tidak pro pada keadilan rakyat dan sosial Indonesia. Ini ukuran keadilan Indonesia. Selama ini dijalankan, maka rakyat Indonesia akan tetap merdeka. Merdeka bukan teriakan, merdeka punya ukuran, dan inilah yang akan kita pertahankan. Kemerdekaan dipertahankan artinya mempertahankan dasar negara Indonesia yang lima itu. Itu baru merdeka. Demikian pesan dari Syaykh Al-Zaytun dalam pidato kebangsaan 17 Agustus 2018 di Kampus peradaban Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Indonesia.Usai pidato Kebangsaan oleh Syaykh, upacara pun dibubarkan, seluruh santriwan-santriwati, mahasiswa, guru, dosen, karyawan dan eksponen keluar lapangan Palagan Agung dengan membubarkan barisan secara berurut dan keluar dengan cara membuat setengah lingkaran.Walisantri, koordinator, dosen dan guru bergegas menuju asrama dan Wisma Al-Islah untuk mempersiapkan diri guna mengikuti Shalat Jumat. Tak lama kemudian, shalat Jumat pun dilaksanakan di Masjid Al-Hayat. Dalam Dzikir Jumat tersebut, Syaykh menekankan kepada seluruh civitas Mahad Al-Zaytun untuk menjadikan Upacara Peringatan Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebuah keharusan, tidak harus diundang untuk Upacara HUT Kemerdekaan RI.Syaykh juga menekankan akan pentingnya menjunjung tinggi budaya yang diterapkan di Al-Zaytun, salah satunya adalah budaya mengenakan songkok yang didesain sendiri oleh Al-Zaytun, tidak mengenakan sarung saat shalat berjamaah dan tidak memakai cadar bagi kaum perempuan. Ini adalah budaya yang harus dihormati dan dilaksanakan, jika tidak mengenakan songkok hitam, tidak usah shalat di sini (di Al-Zaytun) itulah budaya yang sedang dan akan terus kita bangun. Demikian pesan Syaykh Panji Gumilang. m. najib - rukmana | editor: tslPeserta Upacara HUT Kemerdekaan RI Ke-73 di Al-Zaytun secara teratur meninggalkan lapangan
                                
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55