Page 14 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 20
P. 14


                                    14 Q TokohINDONESIA 20 THE EXCELLENT BIOGRAPHYditegaskan, sebab aturan akademiyang berlaku, kalau saja orangtuamemang tak mau anaknya masukAkmil, bisa dan berhak mengambilkembali anaknya kapan sajasewaktu-waktu diinginkan.Karena itulah Pratar Sutiyososelalu merasakan kekhawatiran,selama menjalani pendidikanterutama di basis selama empatbulan pertama. Jantung Sutiyosopasti akan berdegub kencang degdegan manakala mendengar adapengumuman di ruang makan.Jangan-jangan bunyi pengumumanitu adalah panggilan dari orangtuaterhadap Sutiyoso yang menyuruhpulang.Sutiyoso baru berkesempatanbertemu dengan kedua orangtuanyapada saat dilantik menjadi PrajuritTaruna. Ayah-Ibunya diundangdatang menyaksikan pelantikan, dankeduanya berkenan hadir. Padapertemuan itulah mereka menangisharu. Sang Ayah terlihat bahagia,karena didikan keras yangditerapkannya telah membuatSutiyoso kuat dan mandiri.Karena keras dan beratnyapendidikan, tubuh Sutiyoso sudahberubah menjadi seperti jelangkung.Pipinya pun sudah tidak jelas sepertiapa bentuknya. Perubahan fisik yangdrastis, itu terjadi bukan cumakarena mengalami pendidikan keras.Batin Sutiyoso sekalian menderitapula ketika itu. Uniknya derita batinmuncul bukan karena kerasnyapendidikan tetapi karena terjadiperubahan disiplin hidup yang luarbiasa sekali.Kehidupan Sutiyoso sebagaipetualang jalanan dahulu, itu harussegera disesuaikan dengan disiplinmiliter. Misalnya, sebagai Pratar,Sutiyoso harus bangun pagi-pagipada jam-jam tertentu. Ia juga harusmenata sendiri tempat tidurnyapadahal sebelumnya tinggal mainlempar saja benda apa pun ketempat tidur. Sutiyoso seringkalidisuruh push up oleh petugas pikethanya karena tempat tidurnya tidakrapi. Sehingga dia sering kalimemilih lebih baik tidur di kolongtempat tidurnya hanya agarkasurnya tetap tertata rapi.Sutiyoso kembali mengalamisurprise atau kejutan luar biasatatkala sebagai Sersan Taruna, iacuti lalu pulang ke rumah. Ketikatiba di rumah, tampak di matakakak-kakak dan orangtuanya sianak bandel ini telah berubah total.Ia sudah sangat santun, bersahabat,disiplin, tidak lagi berkelahi, tak lagikeluyuran dan segala macam.Sersan Taruna Sutiyoso ini taklagi berkelahi karena memangdisiplin militer tak mengizinkannya.Sebab jika saja masih mengulangikebiasaan nakalnya dulu, bisa-bisaia dikeluarkan dari Akademi. “Jadi,nggak berani berkelahi karena itu,”kata Sutiyoso dalam percakapandengan wartawan Tokoh Indonesia.Ia tak lagi mau kembali kekehidupan perkelahian demi reputasisebagai Sersan Taruna yang sedangmenjalani pendidikan militer.ParadigmaPlatinumKarena dahulu hidup laksanadalam kubangan lumpur dan polusidebu kenakalan, dan laksana anakkerang kemasukan pasir dalamtubuhnya, pengalaman itu padaakhirnya justru menjadi bermanfaattatkala Sutiyoso mulai menatahidup lebih teratur sejak perobahanpradigmanya tentang kehidupan danmasa depannya. Dia tidak sekadarmemperbaiki tingkah laku,melainkan mengubah paradigmamenjadi tentara sebagai pilihanmembangun jenjang karier dankehidupan berikutnya. Sejak masukAkmil dan kemudian menjadi LetnanDua, ia secara sadar mengaturhidupnya. Karir kemiliterandikemasnya sedemikian rupa denganukiran etos kerja dan prestasi.Karir militer Sutiyoso terusmeroket bukan karena relasi bukanpula karena dekat dengan atasan,melainkan karena ia sudahberprinsip harus hidup berprestasi.Sebuah sikap yang tetap dipertahankannya tatkala dipercaya memimpinIbukota Negara Republik Indonesia,sebagai Gubernur Kota Jakarta.Dalam perjalanan hidup itu,setelah dewasa dan mengabdikandiri dalam militer, dia melakukanflashback ke belakang. Dulu,Sutiyoso tak mengerti betul mengapaayahnya mendidiknya sedemikiankeras. Ia hanya bisa menerka,ayahnya mungkin terobsesi denganmodel pendidikan Belanda yangmenekankan disiplin dan pendidikankeras. Lalu harus diterapkan dikeluarga yang berpendidikan dantergolong terhormat demi untukmenjaga nama baik keluarga.Kehidupan keluarga Sutiyosomemang terbilang berkecukupanatau berada di atas ukuran keluargalain yang rata-rata miskin padamasa itu. “Jika diukur dari masasekarang, ya miskin juga,” kataSutiyoso merendah. Ayahnya sendiriberharap hidup Sutiyoso akan lebihsejahtera, dengan memberi kataakhir dalam namanya “Yoso”, yangartinya memiliki atau kaya.Memori-memori masa kecilmembuat Sutiyoso awalnya sangatmembenci didikan Sang Ayah.Namun setelah dewasa melakukanflashback ulang ke belakang,barulah dia dapat memahami,didikan keras disertai hukumanpukul dari Ayahnya ketika kecil itutelah mengajarinya untuk harushidup mandiri dan bertanggungjawab.Sutiyoso akhirnya menyadarijustru dengan didikan dan disiplinkeras dari Sang Ayah itulah ia bisabertahan dan berprestasi sebagaiprajurit komando selama puluhantahun, termasuk menjadikannyamampu tampil sebagai pemimpinmiliter maupun sipil yang terkemukadan layak disegani.“Itulah masa yang sangat unik.Ya, mudah-mudahan bisa menjadipelajaran bagi anak-anak kita,” kataSutiyoso. Bahwa seorang yangbandel tapi kalau mau mengertidirinya dan mengubah hidupnya,bisa menjadi orang yang berhasildan berprestasi. Bak kata orangbijak, mengubah pasir menjadimutiara. Sutiyoso pun mengukirperjalanan hidupnya dari polusidebu yang beterbangan menjadiplatina yang kuat dan teguh. Yanglama telah berlalu dan yang barusesungguhnya sudah tiba, menjadiplatinum. U ti/sh-ht-crsBANG YOS BERSAMA ABANG-NONE CILIK Q e-ti/as
                                
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18