Page 16 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 20
P. 16


                                    16 Q TokohINDONESIA 20 THE EXCELLENT BIOGRAPHYKarena pangkatnya cepat meroket,ketika tiba kolonel sementarasenior-seniornya masih pada LetnanKolonel, maka, Sutiyoso akhirnya‘direm’ di situ. Selama enam tahunia “tour of duty” menjalani limajabatan berbeda dengan pangkatsama. Yakni sebagai AsistenPersonel Kopassus (1988), AsistenOperasi Kopassus (1990), AsistenOperasi Kepala Staf Kostrad (1991)dan Wakil Komandan JenderalKopassus (1992). Kemudiandiangkat menjabat KomandanKorem 062 Suryakencana, Bogor(1993). Semuanya untuk jatahpangkat kolonel.Keberhasilan Kolonel Sutiyosomengamankan pelaksanaan KTTAPEC, di Bogor 1993, saat menjabatDanrem 062 Suryakencana Bogor,membuat Pria penggemar olahragamenembak dan senang beratmengendarai motor gede HarleyDavidson, ini menerima banyakpujian. Tak sekadar pujian, ia punmenerima penghargaan sebagaiDanrem Terbaik Se Indonesia(1994).Lalu sejak Maret 1994, Sutiyosodipromosikan menjadi Kasdam Jayadi Jakarta, yang memberi maknapenting lain, ia menjadi jenderalberbintang satu. Promosi ini ibaratpecah telur setelah enam tahunlamanya ia seolah ‘dipantek’sebagai Kolonel, hingga pernahmenjalani tour of duty di limajabatan berbeda namun tetapdengan job pangkat kolonel.Tak lama sebagai Kasdam, padaApril 1996, ia lalu diangkat menjadiPanglima di daerah militer yangpaling strategis yakni Kodam Jaya.Dan tak lama pula sebagai PangdamJaya, di tahun 1997 Sutiyosomemperoleh perintah baru dariPanglima ABRI untuk tampilsebagai pemimpin sipil, menjadiGubernur DKI Jakarta yang tempodoeloe disebut Kota Bataviamenggantikan Soerjadi Sudirdja.Ia dikaryakan ke BalaikotaJakarta menempati sebuahbangunan kantor berarsitekturjaman Hindia Belanda, terletak diJalan Medan Merdeka Selatan,Jakarta Pusat.Sebagai prajurit sejati yang taatkepada perintah atasan, Sutiyosomau saja menerima penugasandimaksud dari Panglima ABRI walaupada awal hatinya tidak sreg.Perwira militer yang selaluprajurit komando itu telah mendidiksekaligus membentuk sosok Sutiyososebagai pemimpin yang beranimelakukan suatu tindakan yangbersiko tinggi asal itu untukkepentingan yang lebih besar.Kecemerlangan karir militerSutiyoso ditopang oleh latihannyayang cukup, penugasan hampirmerata di seluruh wilayah Indonesia,ditambah kesempatan berbagailatihan dan pendidikan ke luarnegeri. “Jadi, alhamdulillah sayajadi tentara itu latihannya cukupdan penugasan pun ke mana-mana,”kata Sutiyoso.Lulusan Akademi MiliterNasional, Magelang (1968), inimenjalani sejumlah kursus militer,seperti Sussarcab (1969), SuslapaInfantri (1978), Seskoad (1984),JSSC di Australia, Seskogab(1990).Kursus Lemhanas regulerselama sembilan bulan penuh (1994)pun sudah diikutinya saat masihberpangkat Kolonel. Ia juga pernahke Inggris (1987) menjalani on thejob training di Airborne Brig 5,latihan loncat terjun payungbersama tentara Amerika diFortbragg (1991). Sehinggakecemerlangan karir ia raih bukankarena relasi atau kedekatan denganatasan melainkan prestasi danprestasi.Sukses AmankanKTT APECSebagai prajurit sejak awalSutiyoso memang sudah tak mautanggung-tanggung. Ia memilihinfantri dan bergabung dalamKomando Pasukan Khusus(Kopassus) yang di mana-manaadalah topnya tentara (satuan elityang sangat disegani).Konsekuensinya, Sutiyoso harusmenjalani latihan-latihan yangberat macam komando termasuklatihan di luar negeri.Pangkat dan jabatannya punterus bersinar. Sebab cukup denganmemenuhi persyaratan minimalsaja, asal masih bisa ditolerir,pangkatnya selalu dinaikkan. Ituterjadi semenjak Letnan SatuInfantri hingga Konolel, walaupundi luar kehendaknya akhirnya haruspensiun dini dengan pangkatterakhir Letnan Jenderal TNI.Sutiyoso punya kisah unik ataskepangkatannya yang rada aneh itu.berprestasi dalam setiap penugasan,dalam usia 53 tahun relatif masihmuda untuk ukuran perwira tinggiberbintang dua, sesungguhnyamasih berprospek memasuki jenjangkepangkatan dan jabatan tertinggidi korps militer. Tapi ia serta-mertaharus berubah menjadi manusiasipil baru.Peristiwa 27 JuliKetika menjadi Pangdam Jaya,sebagai penanggungjawabpertahanan dan keamanan wilayahIbukota Jakarta berikut daerahpenyangga Bogor, Depok, Tangerangdan Bekasi, Sutiyoso diperhadapkanpada sebuah persoalan pelik 1996.Yakni perebutan paksa kantor DPPPartai Demokrasi Indonesia (PDI)antara dua kubu yang berseteru, PDIPro Megawati Soekarnoputri yangsecara de facto diakui sebagai KetuaUmum, dengan kubu Soerjadi, ketuaumum de jure dukunganPemerintah.Pada 27 Juli 1996, kubu PDISurjadi menyerbu kantor DPP PDI diJalan Diponegoro, Jakarta, yangdikuasai kubu PDI Megawati.Penyerbuan berdarah yangkemudian dikenal dengan sebutanPeristiwa 27 Juli, itu diikutikerusuhan massal yangmenyebabkan beberapa aktivisditangkap.Sutiyoso menyebut sama sekalitak punya interes apa pun denganPeristiwa 27 Juli, termasuk interespolitik. Sebab menurutnya, halseperti itu adalah bukan urusanlevel Panglima Kodam. “Tetapi saatitu, interes saya hanyalahbagaimana mengamankan Ibukota,”ujar Bang Yos.“Maka itu saya yakinkan Anda,apa interes saya? Nggak adakepentingan politik saya. Tetapi,kepentingan keamanan yang menjaditanggungjawab saya,” tegas Sutiyosodalam wawancara dengan wartawanTokoh Indonesia, di BalaikotaJakarta, Kamis 24 Maret 2005. Saatwawancara itu, ia didampingi limapembantu terdekatnya yakni KepalaBiro Humas dan Protokol CaturLaswanto, Kepala DinasPerhubungan Rustam Effendi,Kepala Dinas PU Fadly Misbach,Kepala Dinas Trantib & LinmasSoebagio dan Kepala DinasKesehatan Abdul Chalik Masulili. Uti/sh-ht-crs
                                
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20