Page 18 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 20
P. 18


                                    18 Q TokohINDONESIA 20 THE EXCELLENT BIOGRAPHYtraumatis warga, dengan penjarahan pusatpusat perbelanjaan dan di rumah-rumahmewah ditambah kasus perkosaan segalamacam.Karena itu, Sutiyoso menjalankan masajabatan pertama dengan anggarankeuangan yang sangat minim. Ia bekerjadari titik yang nadir. Target paling utamanyaadalah mempertahankan Jakarta supayatetap survival dulu. Sutiyoso bekerja ekstrakeras memimpin Jakarta agar tetap eksisuntuk menjalankan beban-beban yangditugaskan negara sebagai pusatpemerintahan, Ibukota Negara, pintugerbang internasional, kota pariwisata, kotabudaya dan sebagainya. Beban-beban tugasitu harus dijamin Sutiyoso bisa terlaksanadengan baik. Karena itu titik sentralkepemimpinan awalnya memulihkankeamanan dan ketertiban terlebih dahulu.Dalam periode pertama jabatannya,Sutiyoso berupaya menangani setidaknyaempat masalah penting yang menyangkutkeamanan dan ketertiban, transportasi danekonomi, kependudukan serta kehidupankeagamaan.Bang Yos melihat masalah keamanan danketertiban ibukota merupakan aspekstrategis dalam rangka melakukanpemulihan perekonomian. Kerawanan yangcukup menonjol di bidang keamanan danketertiban, termasuk ancaman di BalaiKota, ketika itu, dinilainya merupakanupaya untuk mengacaukan kehidupanmasyarakat ibukota dan upaya merusakcitra ibukota Jakarta, sekaligus satu upayauntuk menciptakan instabilitas di negeritercinta ini.Masalah lain adalah akibat adanyaperilaku euforia yang cenderungmenganggap bebas melakukan apa saja,mengakibatkan tingkat kesemrawutanibukota semakin tinggi. Demikian pulaperilaku masyarakat ibukota yangmelakukan pelanggaran ketertiban umum,cenderung memiliki sikap melawan aparatdalam setiap kali dilakukan upayapenertiban juga menjadi pekerjaan rumahPemda DKI Jakarta ketika itu.Tidak mudah untuk memulihkanketertiban dan keamanan itu. Tapi berbekalpengalaman sebagai Panglima Kodam Jaya,dia berupaya memobilisasi aparat TNI/Polriuntuk mau bekerjasama erat dengan aparatPemda DKI Jakarta. Persoalannya ketikaitu, TNI/Polri sendiri sedang ikut digebukinsama seperti pejabat yang lain. Sehingga,adalah lebih baik TNI/Polri itu tiarap saja dibarak daripada digebukin.“Tapi saya ajak, ayo berbuat sesuatumeski ini memang sulit,” kata Sutiyoso.Secara perlahan, kondisi keamanan danketertiban Jakarta pun berangsur pulih.Bahkan terbukti sukses mengamankanIbukota melaksanakan Pemilu 1999 yangdemokratis, transpraran, diikuti 95 persenpemilih tanpa satu tetesan darah puntercurah. Padahal semula banyak orangmenduga Pemilu pasti berdarah-darah.‘Bangunkan’GlodokBersamaan kembalinya rasa aman,Sutiyoso rela hadir dan nongol di Glodokuntuk membangunkan sekaligusmeyakinkan warga agar pasar bisa dibukakembali sehingga roda perekonomian bisapulih. Sutiyoso paham, kota Jakarta yangdipimpinnya tak memiliki sumber daya alamkecuali mengandalkan sektor jasa danpariwisata.Kemudian, Bang Yos membenahi kondisikeuangan Pemerintah Provinsi (Pemprov)DKI Jakarta, yang hasilnya tercermin padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) yang meningkat dari tahun ketahun. APBD Ibukota Negara ini, di tahunpertama masa jabatan Sutiyoso (1998)baru tercatat Rp 1,7 triliun, lalu naikhampir dua kali lipat di tahun kedua (1999)menjadi Rp 3,2 triliun dan tahun ketiga(2000) menjadi 4,1 triliun, kemudian naiklagi dua kali lipat di tahun keempat (2001)menjadi Rp 8,4 triliun dan tahun kelima(2002) sudah mencapai Rp 9,6 triliun.Luar biasa! “Yang ini, dianggap sulapanapa tidak, terserah saja penilai,” kataSutiyoso. Secara umum Sutiyoso berhasilmen-setting ulang Ibukota Jakarta menjadikota yang lebih aman, manusiawi, bersih,tertib, layak dihuni dan dimasuki oleh siapasaja.Sutiyoso adalah pemimpin sipil yangkarena berlatarbelakang militer banyakmemanfaatkan pengalaman untukmembangun masyarakat sipil. Ia bekerjaselama 24 jam penuh dalam sehari.Sebagai pemimpin, Sutiyoso sudah bertekaduntuk memosisikan diri sebagai pelayanyang harus melayani 10 juta warga Jakarta,ditambah dua juta pendatang dari daerahpenyangga yang siang hari bekerja mencarinafkah di wilayah Ibukota Jakarta. Bahkan,mereka itu menyesaki Jakarta ‘membawa’beban kemacetan 600.000 unit kendaraanbermotor.Karena kenyataan faktual demikian,termasuk adanya keinginannya yang kuatuntuk menyelesaikan masalah banjir lintasBopunjur-Jakarta-Tangerang secaraterintegrasi, Sutiyoso berharap revisi UU No.34 Tahun 1999 Tentang Kedudukan DKIJakarta Sebagai Ibukota Negara RepublikIndonesia dapat segera disusun Pemerintahuntuk dibahas DPR RI. Seperti, mengangkatPemerintahan Provinsi DKI Jakarta, setelahditambah Bogor, Depok, Tangerang, danBekasi menjadi kota megapolitan.Gubernur JabatanPolitisSebagai Gubernur sejak awal Sutiyosomenyadari jabatannya adalah jabatanpolitis, areanya area politis, dan itu wilayahhukum sipil. Karena itu prajurit komando iniharus segera mensipilkan diri. Termasukuntuk tersenyum hingga cengengesan harusdipelajarinya agar terlihat santun saatbersinggungan warga.Tradisi dan iklim ketentaraan saat masihterjun sebagai militer aktif, khususnyatentang disiplin, kerja keras, dan ketegasanmasih tetap diberlakukan Bang Yos dihabitat sipil barunya. Demikian pula tradisidan iklim di lingkungan keluarga, kembalidisepakati ulang bahwa Sutiyoso masihakan menomorsatukan urusan tugas danpengabdian dibanding urusan keluarga.Sebagai pelayan masyarakat, Sutiyosomeminta semua stafnya menghidupkannomor telepon genggam masing-masing,yang di dalamnya sudah terekam nomorkhusus Sang Gubernur. Semua staf harussiap menerima perintah 24 jam kapan sajadiperlukan. Sebab sama seperti dirinya,semua staf berfungsi sebagai pelayanmasyarakat.Karena itu, Sutiyoso ingin manakalamuncul ide dan gagasannya membangunatau memperbaiki Jakarta, yang bisamuncul kapan saja dan saat di mana saja,perintah itu harus bisa segera disampaikantanpa menunggu besok. “Takut lupa,” kataKetua Asosiasi Pemerintahan DaerahSeluruh Indonesia ini. Karena nomor akseslangsung sudah terekam jika panggilan dariSang Boss tak diterima bawahan itu alamatbesoknya siap menerima omelan habis daripimpinan.Periode KeduaSutiyoso mengakhiri masa jabatanpertama 1997-2002 dengan baik. Partaipemenang Pemilu 1999 PDI Perjuangan,pimpinan Megawati Soekarnoputri yangsaat itu sedang berkuasa mengusulkannama Sutiyoso untuk dipilih kembalimemegang tampuk pemerintahan 2002-2007. Megawati mempertahankanpilihannya terhadap Sutiyoso sebagai satusatunya Gubernur yang paling layakmemimpin Ibukota Negara, kendatimendapat berbagai hujatan dan penilaianmiring.Walau sebagian kalangan menuduhSutiyoso sebagai Gubernur yang tidakberpihak kepada wong cilik (warga yang
                                
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22