Page 36 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 36
P. 36


                                    36 Q TokohINDONESIA 36 THE EXCELLENT BIOGRAPHYETITERAS NARANGUndang Hukum Acara Pidana. Akusudah ke parlemen, aku sudahngomong di parlemen itu, tahun1979. Sudah mantap itu, mikrofonitu sudah kupegang. Jadi kalau akukembali ke situ pada saat itu(anggota DPR), aku bilang, akusudah pernah ke sini. Jadi,sudahlah.Nah, dikoordinir pada saat ituoleh Pak Buyung. Jadi dari SenatMahasiswa ada beberapa yangdiundang, di situ aku merasa tidakmelihat kepada sekolah. Karenapada saat itu ada dari UI, ada dariUnpad, ada dari Airlangga, aku dariUKI. Boleh ngomong. Artinyaswasta boleh punya nih. Di situ rasapercaya diri ada, bahwa ternyata dimana pun itu tergantung kita.Begitu, ngomong aku. MasalahKUHAP, kita kasih masukanba…ba…ba sudah. Pokoknya padasaat itu hearing-nya sudahlah,sudah punya kitalah. Sampai BangBuyung juga bingung, ini kok masihmahasiswa tapi sudah beraniberbicara masalah Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana.Karena dulu kita masih terpakukepada ini, hukum acara yangRBG, yang lama. Jadi kitateroboskan.Memang kita pada saat ituberkeinginan, bukan hanya berhentidi KUHAP. Saya dulu sudah pernahmengusulkan juga KUHP. KUHP itukita harus segera ubah, sudahngomong aku 1979, kita tidak bolehpakai yang ini. Karena aku pernahngomong, itu diskriminasi. Nggakboleh kita membedakan lagi, iniIndonesia Barat, ini IndonesiaTimur, ini Jawa, ini Jawa Madura,tidak boleh. Masih belum ngomongwawasan nusantara pada saat itu,cuma spiritnya adalah negarakesatuan.Nah, kalau negara kesatuanmaka hukumnya pun satu. Tidakboleh membedakan karena wilayah.Ini kan kita dulu berlaku, KUHPacaranya dulu luar Jawa lain.Sekarang RBG masih, perdata,masih berlaku hukum acaranya,ada yang Jawa ada yang luar Jawa,Jawa Madura ada yang luar Jawa.Nah, aku sudah ngomong itu, tidakboleh, yang namanya negara,masih mahasiswa, jadi itu.Aku selesai. Kemudian, aku didunia hukum, memang duniaku,dan, setelah itu kembali sepertiyang saya katakan, saya sekolahke Inggris, tapi akhirnya kembali kehabitat, masuklah pekerjaan disalah satu law firm (kantor hukum),namanya Koesnandar andAssociates, setelah itu aku pindahke RO Tambunan, terakhir aku diAlbert Hasibuan. Setelah itu, tahun1989, aku mendirikan kantorsendiri. Tahun 1989 aku keluar dariPak Albert mendirikan kantorsendiri, sampai dengan 1999.Karena aku harus masuk ke DPR.Jadi, terbentuknya kenapa akucinta hukum, itu dari orangtua. Ya,ngobrol-ngobrol. Ras, dia bilang,pemimpin di Amerika, senatornya,presidennya, itu dari fakultashukum. Ada yang dari Harvard.Beliau rupanya tidak berhentisampai di situ. Nah inilah hebatnyaalmarhum ayahku. Jadi bukanhanya dia berpikir, bukan hanyaberucap, tetapi juga beliau berbuat.Yaitu dengan yang tadi, aku dikasihkesempatan untuk hubungan samalawyer tadi.Banyak keluarga, dengankemampuan material, tidakmembekali anaknya suatu spiritatau kemandirian, bahkanmemanjakannya. Kenapa itutidak terjadi pada diri Anda?Karena aku lain sendiri darienam. Yang enam itu, orangdagang. Sedangkan aku, beda, akubukan orang dagang. Jadi akuberpikir, aku tidak bisa hidup sepertimereka. Dan aku tidak bertopangpada mereka. Karena apa, karenamereka tidak kenal Adnan Buyung,tidak ada fase itu, dulu tidak adaKKN.Manalah orangtuaku bisa tahuYap Thiam Him, aku melamar kesiapa, dia tidak mengerti, karenaurusan dia, urusan mereka eksporimpor. Tapi kalau urusan lawyerakhirnya aku, berusaha sendiri,dan kebetulan aku ini terbiasamandiri. Ini maaf, yang namanyasekolah saja papahku tidak tahuaku itu tingkat berapa. Karenamemang aku rahasiakan. Akucuma berpikir satu, papah danmama itu, cuma tahu Teras lulus,that’s all (hanya itu). Proses dialulus, jangan tahu, pokoknya hasilakhirnya saja. Dan aku janji samapapah-mama, aku melakukan yangterbaik untuk mereka. Karena itu,kedekatan itu lo.Dan, orangtua percaya?Ya, saya tidak tahu, apakahmereka percaya sama aku, akutidak tahu. Cuma tekadku, adalahmemberi kepercayaan. Dan itubukan hanya masalah sekolah,semuanya. Termasuk masalahjodoh. Ya, maaf ya, bukannyasombong, orang-orang Dayakkepengennya ke mamah, ya, sudahdeh, yang itu buat kami saja, kitabesanan. Aku bilang sama mamah,janganlah, aku sudah sekolah, akusudah ini, kasih kesempatan aku,aku mau cari jodoh sendiri, bolehkan mah? “Boleh,” katanya.Sudah, berlanglang buana lahkita. Kalau berlanglang buana itukonotasi dengan playboy… nggakjauh, beda-beda tipis itu. Karenaapa, kemandirian itu, dan itu jugasekarang menjadi sikapku.Termasuk dengan kakak saya yangsekarang, (Ketua DPRD Kalteng, R.Atu Narang). Orang selalu katakan,kalau orang melihat hubungan, inikakak-adik. Tapi kami berdua,karena sudah terbiasa, itumembedakan yang mana masalahkeluarga, yang mana masalahprofesi.Karena mereka sudah tahuTeras, mereka sudah tahu. Dansaya pernah ngomong, ke saudarasaudara saya. Saya bilang sayamohon maaf, mungkin dengan sayajadi gubernur, kalian jadi tambahsulit. Dan itu mungkin terjadi. Makinmereka jadi sulit. Dan sayaorangnya, karena terbiasa mandiri,terbiasa tegas, terbiasa punyaobsesi, nah obsesi saya adalahuntuk kepentingan rakyat. Nah,saya bilang sama mereka,sepanjang Anda punya program ituuntuk kepentingan rakyat, ayo.Tetapi kalau itu untuk kepentingandiri sendiri, apalagi memakai namamacam-macam, ya sudahlah. Danjuga saya untungnya banyak yangnasehatin untuk bersikap denganbaik.Nah, itu yang membuat seorangTeras memiliki kepribadian. Karenadari proses. Dari proses, tapi sayatidak bisa memungkiri, bahwa sayadalam situasi hidup yang penuhdengan suka-cita. Orangtua, sayabungsu, rupanya enak jadi anakbungsu.Bagaimana denganpembekalan moral, maupun religidari orangtua?Oh, itu iya. Itu dari awal. Karenasaya sudah terbiasa denganorangtua saya di lingkungan KristenProtestan, dan beliau ini, memang,kakek saya itu dulu adalah sebagaipendiri dari Gereja Dayak Besar, diKalteng.Dan beliau adalah satu-satunyapribumi, yang pada saat ituketuanya orang Belanda, dan yangbukan Evangelis, yang bukanpendeta. Tetapi beliau adalahsebagai seorang tokoh di satutempat, nah beliau itu. Nah, turunTeras Narang saat wawancara dengan Pemimpin Redaksi Tok
                                
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40