Cinta yang Tidak Jadi
Tentang rasa yang berhenti di nilai, bukan di pertemuan.
Orbit Relasional – Eksistensial-Kreatif
Kadang, cinta datang tidak untuk dimiliki. Ia hanya singgah sejenak, menyalakan kesadaran yang terlupa, lalu pergi tanpa suara. Namun dalam perginya itu, ada sesuatu yang tetap tinggal. Pengertian bahwa rasa pun punya batas yang suci.
Cinta yang tidak jadi adalah bentuk kedewasaan batin. Ia menunjukkan bahwa rasa tidak harus diwujudkan untuk bernilai. Dalam membiarkan yang indah tetap diam di tempatnya, seseorang belajar bahwa kasih sejati tidak menuntut memiliki, cukup memahami.
Ada cinta yang tidak dimaksudkan untuk terjadi. Ia hadir sebentar, lalu berhenti di ambang pengertian. Tidak karena kurang keberanian, tapi karena kesadaran datang lebih dulu daripada keinginan.
Cinta yang tidak jadi bukan kegagalan. Ia hanyalah bentuk lain dari kasih yang menemukan batasnya. Ada hal-hal yang justru tetap murni karena tidak diwujudkan, seperti lagu yang indah justru karena tidak dinyanyikan sampai akhir.
Kadang dua jiwa bertemu bukan untuk bersama, melainkan untuk saling mengingatkan arah. Mereka saling mengenali getar yang sama, tapi juga tahu jarak yang menjaga. Di antara dua keheningan itu, tumbuh pengertian yang tak membutuhkan janji.
Cinta seperti ini tidak menuntut kepastian, sebab yang dicari bukan memiliki, melainkan memahami. Ia tidak tumbuh dari kelekatan, tapi dari penghormatan. Ia tahu kapan harus diam, agar yang indah tidak berubah menjadi beban.
Banyak orang mengira cinta sejati harus disatukan. Padahal, ada cinta yang justru menemukan maknanya ketika dibiarkan tinggal di dalam batin. Ia tidak pudar karena jarak, justru menjadi lebih jernih ketika diterangi waktu.
Mungkin suatu hari mereka akan saling melewati tanpa rencana, dan hanya tersenyum ringan. Bukan karena lupa, tapi karena telah berdamai. Sebab yang tidak jadi bukan berarti tidak pernah ada; ia hanya berhenti di bentuk yang lebih tenang.
Dalam diamnya, cinta itu berubah menjadi doa. Ia tidak meminta kembali, tidak menyesal pergi. Ia hanya bergetar lembut setiap kali nama yang pernah dikenalnya terlintas dalam kesadaran. Bukan rindu, bukan penyesalan, hanya terima kasih yang tidak diucapkan.
Catatan
Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti
Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh Atur Lorielcide melalui persona batinnya, RielNiro.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)