BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    30.2 C
    Jakarta
    Populer Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaLorong KataBerdoa dengan Menulis, Mencipta dengan Diam

    Berdoa dengan Menulis, Mencipta dengan Diam

    Tentang iman yang bekerja melalui kesadaran dan penciptaan.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi
    “...”
    Lama Membaca: < 1 menit

    Orbit Eksistensial-KreatifMetafisik-Naratif

    Tidak semua doa terucap di ruang ibadah. Ada yang ditulis pelan, di sela-sela kalimat yang diciptakan dari perenungan. Dan ada yang tidak berbunyi sama sekali. Hanya bekerja dalam diam, menyala di kesadaran.

    Inti Makna Tulisan
    Berdoa dengan menulis, mencipta dengan diam. Keduanya adalah jalan menuju kesadaran . Bahwa iman tidak selalu bersuara, dan karya tidak selalu tentang hasil. Di antara kata dan keheningan, manusia menemukan bentuk baru dari doa: kesadaran yang hidup.

    Menulis dan berdoa memiliki akar yang sama: keduanya lahir dari keheningan. Dalam menulis, seseorang menata pikirannya agar jernih. Dalam berdoa, ia menata batinnya agar bersih. Dan di antara keduanya, ada kesadaran yang tumbuh: bahwa kata dan iman hanya berbeda cara menyapa Tuhan.

    Bagi sebagian orang, menulis adalah bentuk pencarian. Tapi bagi yang telah belajar diam, menulis menjadi bentuk pengabdian. Bukan lagi untuk menjelaskan dunia, melainkan untuk merapikan diri di hadapan-Nya.

    Mencipta tidak selalu berarti menambah sesuatu di luar diri. Kadang, mencipta berarti menyingkirkan kebisingan di dalam kepala agar makna bisa terdengar. Di titik itu, menulis berubah menjadi doa: kalimat demi kalimat menjadi langkah pulang menuju ketenangan.

    Doa sejati tidak menunggu dikabulkan. Ia bekerja dalam proses. Ia membuat tangan menulis lebih jernih, mata melihat lebih lembut, dan hati lebih mudah memaafkan. Karena dalam setiap proses penciptaan, ada niat baik yang kembali ke asalnya, kepada yang memberi daya.

    Mungkin sebab itu, manusia diberi kemampuan mencipta: agar ia bisa ikut serta dalam keheningan Tuhan. Menulis, menggambar, membangun, merawat, semuanya bentuk doa yang tidak minta balasan, hanya ingin menyambung makna.

    Dan pada akhirnya, seseorang akan sadar: yang paling sakral bukan hasilnya, tapi prosesnya. Karena setiap karya yang lahir dari kesadaran adalah doa yang sudah dikabulkan bahkan sebelum selesai ditulis.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

    - Advertisement -Kuis Kepribadian Presiden RI
    🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (17.6%), Jokowi (14.6%), Megawati (12.2%), Soeharto (10.2%)
    Artikulli paraprak
    Artikulli tjetër

    Populer (All Time)

    Terbaru