BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    25.4 C
    Jakarta
    Populer Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaLorong KataPagar Bukan Penolakan

    Pagar Bukan Penolakan

    Tentang kasih yang memilih menjaga jarak agar tetap suci.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi
    “...”
    Lama Membaca: < 1 menit

    Orbit RelasionalPsikospiritual

    Inti Makna Tulisan
    Pagar bukan penolakan, melainkan kasih yang sadar arah. Ia menahan bukan karena takut kehilangan, tapi karena ingin menjaga agar cinta tetap bernilai. Dalam pagar yang tenang, kasih menemukan kedewasaan yang tidak perlu bukti.

    Tidak semua jarak berarti menjauh. Kadang, pagar dibangun bukan untuk menolak, tapi untuk menjaga agar yang di dalam dan yang di luar sama-sama tetap baik. Dan di sanalah kasih belajar bentuk lain dari kejujuran, menjaga tanpa harus memiliki.

    Manusia mudah salah mengira batas sebagai dingin, padahal batas sering kali lahir dari kasih yang ingin tetap murni. Pagar bukan dinding pemisah, melainkan garis kesadaran: tempat seseorang berkata cukup, agar yang suci tidak tercemar oleh keinginan.

    Menetapkan pagar membutuhkan keberanian. Ia menuntut seseorang berhadapan dengan dirinya sendiri, dengan rasa yang ingin melampaui nilai, dan nilai yang berusaha menuntun rasa. Dalam benturan itu, jiwa belajar seimbang: menahan tanpa menolak, melindungi tanpa membenci.

    Kasih yang tidak memiliki pagar akan mudah lelah. Ia bisa berubah arah, menjadi kelekatan yang perlahan kehilangan makna. Sedangkan kasih yang tahu batas justru tumbuh lebih dalam, karena ia memilih sadar daripada larut.

    Kadang, menjaga jarak adalah bentuk keintiman tertinggi: menghormati ruang orang lain tanpa kehilangan rasa hangat. Dalam diam, pagar menjadi tempat keduanya saling mendoakan tanpa harus saling menyentuh.

    Yang membangun pagar bukan orang yang takut, tapi orang yang tahu kapasitas cintanya. Ia memilih tetap benar walau hatinya ingin lebih jauh. Karena yang dijaga bukan hanya hubungan, tapi juga kesucian diri.

    Dan ketika waktu akhirnya menguji, pagar itu tidak menjadi penghalang, melainkan penopang. Ia membuat kasih tidak tumbang oleh hasrat, tidak hilang oleh waktu. Pagar menegakkan bentuk yang membuat cinta bisa tetap berdiri, bahkan setelah jarak menjadi sunyi.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

     

    Kuis Kepribadian Presiden RI
    🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (17.6%), Jokowi (14.6%), Megawati (12.2%), Soeharto (10.2%)

    Populer (All Time)

    Terbaru