Di sebuah gang kecil, sebuah sepeda anak tergeletak miring di trotoar. Mungkin terguling angin atau tergeser roda motor. Seorang tetangga yang sedang berjalan pelan berhenti sebentar. Ia memegang stang sepeda, mengangkatnya kembali ke posisi berdiri, lalu menyandarkannya lembut ke pagar rumah terdekat. Setelah itu ia kembali berjalan, seolah tidak ada momen apa pun yang baru terjadi.
Sepeda anak bukan benda penting bagi dunia. Ia ringan, sederhana, dan sering tergeletak begitu saja. Tidak ada yang dirugikan besar jika ia jatuh. Tapi benda kecil yang terjatuh kadang membawa rasa: dunia sedang tidak terlalu rapi, ada sesuatu yang dibiarkan.
Tetangga ini tidak menilai siapa yang salah, tidak bertanya siapa pemiliknya, tidak menunggu orang melihat “kepeduliannya”. Ia hanya tahu satu hal: hal yang ditinggal dalam keadaan roboh sebaiknya ditegakkan kembali, walau hanya demi anak yang nanti ingin memakainya lagi.
Tidak ada niat menjadi “baik”. Tidak ada label pengabdian lingkungan. Hanya kebiasaan sederhana untuk tidak membiarkan hal kecil tetap jatuh.
Dalam Sistem Sunyi, inilah disiplin ringan yang natural: merawat yang kecil, bukan untuk mendapat nama, tapi karena dunia yang sedikit lebih rapi lebih enak dijalani bersama.
Beberapa sikap terasa dekat dengan dasar Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.
- merawat barang orang lain seperti milik sendiri
- memberi perhatian tanpa pamrih dan tanpa saksi
- menyentuh hal kecil agar tetap memiliki martabat
- memulihkan tatanan tanpa mengubahnya menjadi cerita
- pergi tanpa memaksa kebaikan itu menjadi identitas
Sepeda tetap sepeda, dunia tetap sibuk, tidak ada yang tahu. Tapi ketika anak itu kembali untuk bermain, ia menemukan dunianya tegak, sedikit lebih siap menyambutnya.
Kadang merawat bukan tentang manusia, tapi tentang benda agar hidup tetap terasa baik dimulai dari hal kecil.
Kutipan
Kebaikan terkadang hanya soal memastikan sesuatu kembali berdiri sebelum ada yang merindukannya.
Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.
Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



