Di sebuah toko buku kecil di pusat kota, rak-rak tersusun rapi seperti jalan-jalan tenang dalam kota imajinasi. Seorang pengunjung mengambil sebuah buku, membuka beberapa halaman, lalu menutupnya pelan. Ia berjalan kembali ke rak, mencari tempat semula, membandingkan punggung buku, lalu menyelipkannya dengan hati-hati di tempat yang tepat. Tidak tergesa, tidak asal letak, tidak menaruh di meja terdekat. Setelah itu, ia lanjut melihat rak lain seakan tidak terjadi apa-apa.
Buku yang salah tempat mungkin tampak sepele. Tapi satu ketidakrapian kecil bisa menular, lalu lama-lama menjadi kebiasaan ruang yang dipikul petugas. Banyak orang menganggap “itu tugas karyawan”. Dan banyak yang bahkan tidak memikirkan apa-apa selain minatnya sendiri saat melihat-lihat.
Sikap orang ini berbeda. Ia tidak sedang membantu toko. Ia hanya menghormati ruang yang memberinya kesempatan menyentuh dunia lain lewat halaman.
Tidak ada yang memuji. Tidak ada kamera. Tidak ada sensasi “aku peduli literasi”. Hanya rasa bahwa buku juga perlu pulang ke tempatnya.
Dalam Sistem Sunyi, ini adalah bentuk kesadaran tanpa label moral: menjaga keteraturan bukan karena diperintah, tapi karena menghargai ritme ruang yang ia pinjam sebentar.
Beberapa sikap terasa dekat dengan dasar Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.
- memberi hormat pada ruang belajar umum
- memilih rapi meski tidak ada yang menuntut
- tidak menyerahkan hal kecil pada “orang lain”
- selesai bertindak tanpa memberi isyarat kebaikan
- membiarkan ruang tetap rapi bagi pengunjung berikutnya
Rak tetap teratur. Buku kembali ke rumahnya. Tidak ada nama yang menempel pada tindakan itu, dan justru itulah yang membuatnya bersih.
Tidak semua yang rapi lahir dari aturan. Kadang hanya dari seseorang yang tidak tergesa dan memilih peduli diam-diam.
Kutipan
Beberapa tangan merapikan dunia tanpa bertanya siapa yang akan mengetahuinya.
Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.
Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



