The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiAnak Muda yang Menggendong Plastik Sampah Kecil dari Taman sampai Menemukan Tempat Sampah
jejak-luar

Anak Muda yang Menggendong Plastik Sampah Kecil dari Taman sampai Menemukan Tempat Sampah

Tentang memilih bertanggung jawab meski tidak ada yang memperhatikan

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Lama Membaca: 2 menit

Di taman, ketika sore mulai tenang dan angin pelan bergeser, ada anak muda yang berdiri sambil memegang plastik kecil bekas makanan. Tidak ada tempat sampah di dekat bangku. Ia tidak meletakkannya di atas pot, tidak menyelipkannya di sela kursi. Ia hanya menggenggamnya dan berjalan pulang pelan, sampai menemukan tempat sampah di sudut jalan.

Sampah kecil sering dianggap sepele. Bungkus permen, plastik minuman, tisu bekas. Banyak orang tidak berniat mengotori tempat umum, tapi ketika wadah sampah tidak terlihat, mereka menyerah dan meletakkannya begitu saja di ruang terbuka. Bukan karena tidak peduli, kadang hanya karena ingin mudah.

Anak muda ini memilih jalan yang berbeda. Ia membawa sampah itu beberapa menit, mungkin terasa mengganggu di tangan, tapi ia tetap menggenggamnya. Tidak ada yang melihat. Tidak ada yang akan menilai jika ia tinggalkan saja. Tapi ia justru memilih tidak memberi beban pada orang lain atau pada ruang yang sudah cukup penuh oleh jejak manusia.

Ia tidak sedang membuat pernyataan. Tidak sedang mengikuti kampanye. Tidak memakai kaos bertuliskan “jaga lingkungan”. Ia hanya menolak menjadi bagian dari kebiasaan membiarkan hal kecil menjadi masalah bersama.

Dalam Sistem Sunyi, ada sikap mengerjakan yang benar tanpa harus menjadikannya bahan bicara. Anak muda ini berdiri dekat wilayah itu. Bukan dengan konsep, tapi dengan kebiasaan sederhana yang tidak dipamerkan.

Beberapa sikap terasa dekat dengan dasar Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.

  • menjaga ruang bersama tanpa menunggu fasilitasi lengkap
  • bertanggung jawab pada jejak sendiri
  • tidak menggunakan ketiadaan aturan sebagai alasan
  • menyelesaikan hal kecil meski lebih mudah membiarkannya
  • mempraktikkan peduli dalam bisu, bukan kampanye

Saat akhirnya membuang plastik itu, ia tidak menepuk tangan atau merasa selesai melakukan kebaikan besar. Ia hanya melanjutkan langkahnya, mungkin memikirkan hal lain. Dunia tidak berubah besar karena ini, tapi tetap lebih bersih di satu titik. Itu cukup.

Peta Sunyi Terkait
Memuat tulisan…
geser →
Memuat istilah…

Dan diam-diam, kebiasaan seperti ini membuat ruang publik lebih mudah dihuni. Tidak heroik. Tidak viral. Tapi nyata.

Kutipan
Terkadang merawat dunia hanya butuh satu genggaman kecil yang tidak dilepas di tengah jalan.

Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.

Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (25.5%), Gusdur (17%), Jokowi (16%), Megawati (11.8%), Soeharto (10.4%)
Artikulli paraprak
Artikulli tjetër

Sering Dibaca

Terbaru