Diam yang Menjaga
Tentang keheningan yang lahir dari kasih, bukan dari takut.
Orbit Relasional – Psikospiritual
Ada diam yang menyakitkan, ada diam yang menyelamatkan. Dan di antara keduanya, ada diam yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang mencintai dengan cara yang tenang.
Diam yang menjaga adalah laku kasih yang tidak memerlukan pembenaran. Ia tidak mencari balasan, tidak menuntut dimengerti. Ia hanya ingin memastikan yang rapuh tetap utuh, meski itu berarti harus menanggung sunyi sendirian.
Di masa kini, semua orang ingin didengar. Kita hidup di antara suara-suara yang saling menumpuk, seolah diam adalah tanda kalah. Padahal, diam sering kali justru cara paling lembut untuk menjaga sesuatu yang rapuh agar tidak hancur.
Tidak semua diam lahir dari ketidakberdayaan. Ada diam yang lahir dari cinta, dari keinginan untuk melindungi sesuatu yang belum siap disuarakan. Kadang kita tahu kata-kata hanya akan memperparah luka, maka kita memilih menahan. Bukan karena tak bisa bicara, tapi karena sadar waktu belum tiba.
Ada masa ketika kamu tahu segalanya bisa berubah kalau kamu bicara, tapi kamu tetap memilih diam. Bukan karena tidak punya alasan, tapi karena cinta yang kamu miliki lebih besar dari keinginan untuk menang.
Kamu diam, bukan karena menyerah, tapi karena ingin menjaga sisa tenang di dalam sesuatu yang pernah berarti. Kadang yang kamu lindungi bukan orangnya, tapi kenangan yang masih bergetar halus di dalam dirimu.
Dalam diam yang seperti itu, sesuatu di dalam diri berubah. Kamu mulai mengerti bahwa tidak semua hal perlu diselesaikan dengan suara. Ada hal-hal yang justru tumbuh ketika kamu biarkan tenang tanpa penjelasan.
Diam yang menjaga bukan berarti tidak peduli, tapi cara paling halus untuk mengatakan: aku masih di sini, hanya saja dengan cara yang tidak melukai siapa pun.
Mungkin suatu hari, orang yang kamu jaga dengan diam itu akan mengerti. Tapi bahkan jika tidak, diam itu tetap punya makna: ia menjaga sesuatu di dalam dirimu agar tidak hilang bersama kebisingan.
Sebab tidak semua yang hening berarti pergi. Kadang, diam hanyalah cara lain untuk tetap mencintai tanpa membuat luka baru.
Catatan
Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti
Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh Atur Lorielcide melalui persona batinnya, RielNiro.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)