The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiGuru yang Merapikan Kelas Sebelum Murid Datang
jejak-luar

Guru yang Merapikan Kelas Sebelum Murid Datang

Tentang ruang belajar yang disiapkan tanpa perlu diumumkan

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Litani Sunyi
Lama Membaca: 2 menit

Sebelum dering sekolah terdengar dan suara anak-anak memenuhi koridor, ada satu pintu kelas yang sudah terbuka lebih dulu. Seorang guru masuk pelan, memindahkan kursi, merapikan meja, menulis tanggal di papan tulis, dan memastikan spidol masih bisa dipakai. Tidak ada yang melihat. Tidak ada yang perlu melihat.

Di banyak sekolah, rutinitas diam seperti ini terjadi setiap pagi. Guru itu datang sedikit lebih awal, bukan karena ada rapat penting atau inspeksi mendadak, tetapi karena ia ingin memastikan muridnya punya ruang belajar yang layak sejak jam pertama dimulai.

Ia tidak memotret ruang kelas yang rapi untuk dibagikan. Ia tidak mengatakan “datang paling pagi demi pendidikan”. Ia hanya tahu bahwa ketika murid masuk, mereka akan lebih siap belajar jika kursi tidak berserakan dan papan tulis sudah bersih.

Dalam Sistem Sunyi, ada sikap yang tidak berubah: melakukan yang perlu tanpa menunggu tepuk tangan. Guru yang merapikan kelas pagi hari bergerak dalam nada itu. Ia tidak sedang mengesankan siapa pun. Ia hanya setia pada pekerjaannya.

Beberapa hal terasa dekat dengan sikap batin dalam Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.

  • datang lebih awal tanpa perlu diberitakan
  • menata ruang belajar agar pikiran murid tidak terganggu
  • memastikan alat sederhana siap dipakai sebelum pengajaran dimulai
  • tidak menganggap rutinitas kecil ini sebagai pengorbanan besar
  • percaya bahwa pendidikan yang baik dimulai dari ketertiban kecil

Kadang ada murid yang datang lebih cepat dan melihatnya bekerja. Mereka mungkin hanya memberi salam singkat atau memandangi diam-diam. Mereka tidak selalu sadar sekarang, tapi suatu saat mereka akan mengerti bahwa ada pekerjaan yang tidak pernah diminta untuk dipuji, namun tetap dilakukan setiap hari.

Tidak semua kontribusi dalam pendidikan berada di halaman buku atau layar presentasi. Ada yang dimulai dari kursi yang ditarik lurus, papan tulis yang bersih, dan ruang yang terasa siap menyambut pikiran-pikiran muda.

Pekerjaan kecil semacam ini tidak akan tercatat di buku prestasi. Tapi sering kali, kualitas hadir justru di ruang yang paling sederhana. Dan ketika kita melihat ketekunan seperti ini di dunia luar, kita tidak perlu memberi label apa-apa. Cukup diingat sebagai tanda bahwa sunyi juga menjaga masa depan.

Kutipan
Tidak semua pelajaran dimulai dari kata pertama; sebagian dimulai dari ruang yang disiapkan dengan diam.

Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.

Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (16.9%), Jokowi (16%), Megawati (11.7%), Soeharto (10.3%)

Ramai Dibaca

Terbaru