The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiHati yang Tidak Meminta Bukti
resonansi

Hati yang Tidak Meminta Bukti

Tentang kepercayaan yang tumbuh dari diam, bukan dari tanda.

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Litani Sunyi
Lama Membaca: < 1 menit

Orbit PsikospiritualRelasional

Hati yang benar-benar percaya tidak menuntut kepastian. Ia tidak mencari bukti untuk yakin, karena keyakinannya sudah menjadi napas yang tenang. Ia tahu, kebenaran tidak selalu datang dalam bentuk yang bisa dijelaskan.

Inti Makna Tulisan
Kepercayaan yang sejati tidak lahir dari bukti, tapi dari kesadaran yang terus setia meski tak mengerti. Yang percaya tanpa melihat, bukan karena menutup mata, melainkan karena hatinya sudah melihat lebih jauh dari apa yang tampak.

Ada masa ketika kita memerlukan tanda agar bisa percaya. Kita menunggu doa dijawab, menanti pertolongan datang, berharap sesuatu terjadi agar iman terasa nyata. Namun seiring waktu, kita belajar bahwa kepercayaan yang sejati justru lahir ketika tidak ada tanda apa pun.

Bukti sering kali membuat iman menjadi transaksi: jika sesuatu terjadi, maka aku percaya. Padahal kepercayaan yang tulus tidak berawal dari logika, tapi dari kesediaan hati untuk tetap tenang meski tak mengerti. Ia tidak lahir dari pembuktian, tapi dari pengenalan yang dalam, bahwa segala yang terjadi selalu bekerja untuk menumbuhkan kesadaran.

Hati yang tidak meminta bukti tidak buta, ia justru lebih tajam. Ia melihat dengan cara yang berbeda: bukan lewat mata, melainkan lewat keheningan yang tahu kapan harus diam. Kepercayaan seperti ini bukanlah kepasrahan yang lemah, melainkan bentuk tertinggi dari keberanian. Keberanian untuk tetap percaya meski dunia tak memberi alasan untuk itu.

Dalam hubungan manusia pun demikian. Kadang kasih diuji bukan oleh pertengkaran, tapi oleh jarak dan diam yang panjang. Namun jika di dalam diam itu masih ada ketulusan yang tidak berubah, maka itulah iman dalam wujud paling sederhana: mencintai tanpa perlu dibuktikan kembali.

Kepercayaan sejati bukan hasil dari melihat, tapi dari mengalami. Dan pengalaman itu tidak selalu manis, kadang perih, kadang senyap. Namun justru di sanalah hati ditempa untuk mengenal kedewasaan yang sebenarnya: keyakinan tanpa syarat.

Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (24.9%), Gusdur (17.5%), Jokowi (16.1%), Megawati (11.5%), Soeharto (10.1%)
Artikulli paraprak
Artikulli tjetër

Ramai Dibaca

Terbaru