Ada iman yang tidak diciptakan oleh doa, tapi tumbuh dari diam yang perlahan mengerti siapa yang sedang mendengarkan.
Iman sejati tidak tumbuh dari banyaknya kata, tapi dari keheningan yang berani mempercayai tanpa bukti.
Dulu, ia mencari Tuhan lewat kalimat. Membaca, mendengar, membandingkan, mencoba memahami lewat definisi. Namun semakin banyak ia tahu, semakin jauh rasanya dari yang ia cari. Sampai akhirnya ia berhenti di satu titik: bukan karena kehilangan keyakinan, tapi karena sadar tak ada kata yang cukup menampung-Nya.
Suatu malam, ia berjalan sendirian tanpa tujuan. Langit gelap, udara lembap, hanya bunyi langkah di trotoar yang menemani. Dan di tengah diam itu, muncul rasa yang sederhana. Bukan rasa tahu, tapi rasa dekat. Tidak ada ayat, tidak ada dalil, hanya kesadaran bahwa ia tidak pernah sendiri.
Sejak itu, ia tidak lagi berusaha mendefinisikan iman. Ia hanya menjaganya lewat cara hidup: dengan tidak melukai, dengan bekerja sepenuh hati, dengan tenang menghadapi yang tak bisa dikendalikan. Karena baginya, iman bukanlah konsep yang harus dijelaskan, melainkan keseharian yang dijalani dengan sadar.
Kini, setiap kali seseorang bertanya “apa yang kamu yakini?”, ia tidak menjawab panjang. Ia hanya tersenyum lembut dan berkata, “Mungkin yang aku yakini bukan sesuatu yang bisa aku ucapkan.”
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



