BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    26 C
    Jakarta
    Trending Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaLorong KataJalan Pulang yang Tak Pernah Usai

    Jalan Pulang yang Tak Pernah Usai

    Tentang kembali yang selalu berlangsung di dalam diri.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi
    “...”
    Lama Membaca: < 1 menit

    Orbit PsikospiritualMetafisik-Naratif

    Setiap langkah manusia sesungguhnya adalah perjalanan pulang. Bukan ke tempat, bukan ke waktu, tapi ke kesadaran yang pernah diam di dalam diri — lalu perlahan ingin dikenali kembali.

    Inti Makna Tulisan
    Pulang sejati adalah gerak kesadaran yang berulang menuju pusat diri, bukan perjalanan satu arah. Ia menegaskan bahwa kedamaian bukan akhir, tapi kesetiaan untuk terus kembali ke diam yang menenangkan.

    Pulang selalu terdengar seperti akhir, padahal ia adalah awal yang terus berulang. Tidak ada satu pun yang benar-benar sampai, karena setiap sampai hanyalah bentuk baru dari berangkat. Manusia hidup dalam lingkaran itu: menjauh untuk mengerti, kembali untuk memahami.

    Kita sering menyamakan “pulang” dengan kembali ke sesuatu yang kita rindukan. Padahal, yang kita rindukan bukan tempatnya, melainkan rasa tenteram yang dulu kita alami di sana. Dan rasa tenteram itu tidak pernah benar-benar pergi. Ia hanya tertutup oleh riuh yang kita ciptakan sendiri.

    Jalan pulang yang sejati tidak ditempuh dengan kaki, melainkan dengan kesadaran. Ia adalah proses pelan mengurai simpul dalam diri. Melepaskan yang tak lagi perlu, menenangkan yang belum berdamai. Setiap kali kita jujur pada diri sendiri, kita sudah sedikit lebih dekat dengan rumah.

    Dalam Sistem Sunyi, “pulang” bukan kembalinya tubuh, melainkan kembalinya makna. Kesadaran yang semula tercecer di luar, ditarik perlahan ke pusat yang diam. Dan di pusat itu, iman bekerja. Bukan sebagai keyakinan, tapi sebagai gravitasi yang memeluk semua arah.

    Tidak ada yang benar-benar selesai pulang, karena kesadaran selalu bergerak. Yang bisa kita lakukan hanya menjaga arah: agar setiap langkah, setiap kehilangan, setiap diam — tetap menuju pusat yang sama.

    Mungkin inilah yang dimaksud dengan damai: bukan karena telah tiba, tapi karena tak lagi takut tersesat. Karena ke mana pun hidup membawa, kita tahu: selama masih sadar, kita selalu di jalan pulang.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

     

    Kuis Kepribadian Presiden RI
    🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (17.6%), Jokowi (14.6%), Megawati (12.2%), Soeharto (10.2%)
    Artikulli paraprak

    Populer (All Time)

    Terbaru