The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiKeabadian yang Hening
fraktal

Keabadian yang Hening

Tentang menyadari bahwa keheningan melampaui waktu.

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Lama Membaca: 2 menit

Keabadian bukan tentang waktu yang tak berakhir, melainkan tentang jiwa yang tak lagi diikat oleh waktu.

Satu Napas
Keabadian tidak ditemukan di luar waktu, melainkan di dalam kesadaran yang hadir penuh pada setiap saat. Yang benar-benar hidup adalah yang telah berhenti takut kehilangan waktu.

Ia duduk di bawah langit malam, mendengar bunyi angin menyentuh daun. Tak ada yang istimewa, tapi ada rasa damai yang sulit dijelaskan. Seolah segalanya berjalan sebagaimana mestinya. Dulu ia sering berpikir tentang keabadian sebagai sesuatu yang jauh di ujung hidup: setelah mati, setelah selesai, setelah semuanya usai. Kini ia mengerti, keabadian tidak menunggu di akhir; ia hadir di setiap momen yang dijalani dengan penuh kesadaran.

Ia mengingat begitu banyak hal yang telah datang dan pergi: orang, peristiwa, rasa. Semuanya berubah, tapi sesuatu di dalam dirinya tetap diam, tetap menyaksikan. Ada bagian dari jiwa manusia yang tidak bisa dijamah oleh usia atau kehilangan: bagian yang hanya mengenal hening. Dan dari situlah keabadian bernafas, bukan dalam hitungan waktu, tapi dalam keberadaan yang tetap sadar.

Dalam kesunyian malam itu, ia merasakan dirinya kecil di tengah luasnya semesta. Namun anehnya, justru di situ ia merasa utuh. Karena untuk pertama kalinya, ia tidak ingin memperpanjang apa pun, tidak ingin mengulang, tidak ingin menahan. Ia hanya ingin hadir, sejenak yang terasa cukup untuk selamanya.

Ia menyadari bahwa waktu hanyalah cara semesta mengajarkan manusia untuk menghargai momen. Ketika manusia berhenti mengukur, ia berhenti kehilangan. Dan dalam diam itu, batas antara hidup dan mati, antara dulu dan nanti, mulai melebur. Yang tersisa hanya kesadaran yang tenang. Cahaya kecil yang terus ada, bahkan ketika semuanya padam.

Kini ia tahu: keabadian tidak memerlukan janji. Ia hidup dalam setiap detik yang dijalani dengan jujur, dalam setiap napas yang diterima dengan syukur, dalam setiap diam yang dipeluk dengan sadar. Keheningan bukan akhir perjalanan, melainkan rumah tempat waktu berhenti menuntut, dan jiwa berhenti bersembunyi.

(Fraktal H-IV – Eksistensial–Relasional | Seri Fraktal H – Sunyi dan Waktu | Spiral Kedua Sistem Sunyi – Seri Pemurnian)

Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.

Peta Sunyi Terkait
Memuat tulisan…
geser →
Memuat istilah…

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (25.5%), Gusdur (17%), Jokowi (16%), Megawati (11.8%), Soeharto (10.4%)

Sering Dibaca

Terbaru