Mengenal Sebelum Berjumpa
Tentang dua batin yang saling tahu arah sebelum saling menyapa.
Orbit Relasional – Eksistensial
Ada perjumpaan yang terasa seperti ingatan. Bukan karena masa lalu, tapi karena batin yang langsung saling mengenal. Tanpa rencana, tanpa usaha, hanya rasa tenang yang muncul begitu saja. Seolah hidup sedang mempertemukan dua jiwa yang pernah belajar hal yang sama dalam diamnya masing-masing.
Ada pertemuan yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki, tapi untuk diingat oleh jiwa. Ketika dua batin saling mengenal sebelum berjumpa, mereka tidak datang untuk saling melengkapi, melainkan untuk saling meneguhkan. Bahwa cinta sejati tidak selalu bersatu, kadang ia cukup menjadi kesadaran yang saling mengenal dalam sunyi.
Kadang kita bertemu seseorang bukan untuk mengenal, tapi untuk mengingat sesuatu yang sudah lama kita tahu. Ada yang terasa akrab tanpa sebab, jujur tanpa upaya, hangat tanpa niat. Seolah bukan pertama kali, hanya kelanjutan dari sesuatu yang sudah dimulai entah di mana.
Mereka tidak banyak menjelaskan. Tapi setiap kata terasa seperti gema dari ruang yang sama. Tidak ada peran yang harus dimainkan, tidak ada wajah yang perlu disembunyikan. Mereka bicara pelan, kadang tertawa, kadang diam, tapi di dalam diam itu justru mereka paling saling mengerti.
Yang satu berbicara, yang lain mendengar. Tapi sebenarnya keduanya sedang mendengarkan hal yang sama: suara lembut di dalam diri mereka masing-masing. Mereka seperti dua cermin yang saling memantulkan kejujuran, dan di antara pantulan itu, mereka menemukan kedamaian yang tak bisa dijelaskan.
Namun kedalaman juga menuntut kebijaksanaan. Karena ada rasa yang justru rusak jika digenggam terlalu erat. Mereka sadar, cinta yang mereka rasakan bukan untuk dimiliki, tapi untuk dihadirkan dengan penuh hormat.
Maka mereka belajar menjaga jarak yang halus, jarak yang bukan memisahkan, tapi melindungi. Mereka tidak menutup hati, mereka hanya menjaga agar cinta itu tetap jernih. Sebab ada cinta yang justru kehilangan suaranya jika dipaksa berbicara terlalu banyak.
Akhirnya mereka tidak benar-benar berpisah. Hanya kembali menjadi dua sunyi yang saling tahu arah. Dan di antara dua jiwa yang pernah saling mengenal di kedalaman, tidak ada kata “selesai.” Hanya keheningan yang saling menjaga, dan cinta yang diam-diam tetap berdoa agar keduanya selalu baik-baik saja.
Catatan
Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti
Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh Atur Lorielcide melalui persona batinnya, RielNiro.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)