BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    31.9 C
    Jakarta
    Populer Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaLorong KataNilai yang Menjaga Rasa

    Nilai yang Menjaga Rasa

    Tentang keindahan yang hanya tumbuh di bawah disiplin batin.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi
    “...”
    Lama Membaca: < 1 menit

    [esai_resonansi_header]

    Orbit RelasionalPsikospiritual

    Kadang, yang paling sulit bukan mencintai dengan sungguh, tapi mencintai tanpa melanggar nurani. Di titik itu, rasa dan nilai saling menatap dari dua tepi: satu ingin mendekat, satu harus tetap diam. Dan keseimbangan di antara keduanya disebut kedewasaan.

    Inti Makna Tulisan
    Nilai yang menjaga rasa bukan belenggu, melainkan sayap. Ia menuntun agar cinta tidak kehilangan arah dan kebaikan tetap menjadi pusatnya. Di antara nilai dan rasa, manusia menemukan keseimbangan yang membuat kasih bertahan tanpa harus dimiliki.

    Rasa memberi warna pada hidup, tapi nilai memberi bentuknya. Tanpa nilai, rasa akan tumpah; tanpa rasa, nilai akan kering. Keduanya bukan musuh, melainkan dua sayap yang membuat manusia bisa terbang tanpa tersesat.

    Nilai yang menjaga rasa tidak datang dari aturan luar, tapi dari kesadaran dalam. Ia bukan larangan, melainkan panduan lembut yang berbisik: ingat arahmu. Ia tidak memaksa, hanya menuntun, agar kasih tidak kehilangan martabatnya.

    Kadang, menjaga rasa justru berarti menahannya. Bukan karena takut salah, tapi karena ingin benar tanpa melukai. Dalam diam itu, manusia belajar membedakan antara keinginan dan kebenaran; antara hangat sesaat dan damai yang bertahan.

    Yang tidak dijaga akan mudah meluap. Tapi yang dijaga dengan nilai, justru tumbuh lebih dalam. Ia menjadi kasih yang tenang, bukan gairah yang terbakar. Dan di situlah manusia belajar, bahwa cinta sejati bukan tentang intensitas, tapi tentang arah.

    Menegakkan nilai di tengah rasa tidak membuat seseorang kaku. Justru di situ hati belajar lentur. Mampu mencintai tanpa menodai, mampu berjarak tanpa kehilangan hormat. Karena nilai sejati tidak membunuh rasa; ia menenangkannya.

    Dan ketika akhirnya rasa itu reda, yang tertinggal bukan penyesalan, melainkan rasa syukur: bahwa kasih itu pernah ada, dan tetap indah karena dijaga dengan kesadaran.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

    - Advertisement -Kuis Kepribadian Presiden RI
    🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (17.6%), Jokowi (14.6%), Megawati (12.2%), Soeharto (10.2%)

    Populer (All Time)

    Terbaru