The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiPagar Bukan Penolakan
resonansi

Pagar Bukan Penolakan

Tentang kasih yang memilih menjaga jarak agar tetap suci.

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Litani Sunyi
Lama Membaca: < 1 menit

Orbit RelasionalPsikospiritual

Inti Makna Tulisan
Pagar bukan penolakan, melainkan kasih yang sadar arah. Ia menahan bukan karena takut kehilangan, tapi karena ingin menjaga agar cinta tetap bernilai. Dalam pagar yang tenang, kasih menemukan kedewasaan yang tidak perlu bukti.

Tidak semua jarak berarti menjauh. Kadang, pagar dibangun bukan untuk menolak, tapi untuk menjaga agar yang di dalam dan yang di luar sama-sama tetap baik. Dan di sanalah kasih belajar bentuk lain dari kejujuran, menjaga tanpa harus memiliki.

Manusia mudah salah mengira batas sebagai dingin, padahal batas sering kali lahir dari kasih yang ingin tetap murni. Pagar bukan dinding pemisah, melainkan garis kesadaran: tempat seseorang berkata cukup, agar yang suci tidak tercemar oleh keinginan.

Menetapkan pagar membutuhkan keberanian. Ia menuntut seseorang berhadapan dengan dirinya sendiri, dengan rasa yang ingin melampaui nilai, dan nilai yang berusaha menuntun rasa. Dalam benturan itu, jiwa belajar seimbang: menahan tanpa menolak, melindungi tanpa membenci.

Kasih yang tidak memiliki pagar akan mudah lelah. Ia bisa berubah arah, menjadi kelekatan yang perlahan kehilangan makna. Sedangkan kasih yang tahu batas justru tumbuh lebih dalam, karena ia memilih sadar daripada larut.

Kadang, menjaga jarak adalah bentuk keintiman tertinggi: menghormati ruang orang lain tanpa kehilangan rasa hangat. Dalam diam, pagar menjadi tempat keduanya saling mendoakan tanpa harus saling menyentuh.

Yang membangun pagar bukan orang yang takut, tapi orang yang tahu kapasitas cintanya. Ia memilih tetap benar walau hatinya ingin lebih jauh. Karena yang dijaga bukan hanya hubungan, tapi juga kesucian diri.

Dan ketika waktu akhirnya menguji, pagar itu tidak menjadi penghalang, melainkan penopang. Ia membuat kasih tidak tumbang oleh hasrat, tidak hilang oleh waktu. Pagar menegakkan bentuk yang membuat cinta bisa tetap berdiri, bahkan setelah jarak menjadi sunyi.

Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (24.9%), Gusdur (17.5%), Jokowi (16.1%), Megawati (11.5%), Soeharto (10.1%)

Ramai Dibaca

Terbaru