The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiPengendara Motor yang Menepi untuk Memberi Jalan Ambulans Tanpa Melihat Sekitar Dulu
jejak-luar

Pengendara Motor yang Menepi untuk Memberi Jalan Ambulans Tanpa Melihat Sekitar Dulu

Tentang refleks peduli yang mendahulukan nyawa daripada ruang diri

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Litani Sunyi
Lama Membaca: 2 menit

Di swalayan, orang sering mengambil sesuatu lalu berubah pikiran. Banyak yang meletakkannya di rak terdekat, di atas tumpukan roti, atau di antara snack yang tidak berkaitan. Tapi sesekali, ada seseorang yang kembali ke lorong semula, mencari tempat tepatnya, dan mengembalikan barang itu dengan pelan sebelum mengambil yang lain atau pergi.

Situasi jalanan sering menguji refleks kita terhadap orang lain. Tidak semua bantuan datang dalam bentuk besar, kadang hanya ruang selebar setengah meter agar sebuah ambulans bisa lewat. Dan sering, orang ragu: menepi dulu atau melihat ke sana-sini dulu?

Pengendara ini tidak memilih rumit. Ketika sirene terdengar, ia segera geser ke kiri. Tidak bertanya siapa yang akan ikut. Tidak menunggu tanda. Tidak memastikan apakah orang lain paham dulu. Gerakannya sederhana: sisihkan diri sedikit, beri ruang, biarkan siapa pun yang butuh lewat, lewat.

Tidak ada ekspresi heroik. Tidak ada gestur tangan dramatis. Tidak ada upaya memastikan orang lain melihatnya “peduli”. Ia hanya tahu satu hal: waktu ambulans adalah waktu orang lain yang mungkin sedang antara hidup dan mati. Itu cukup.

Dalam Sistem Sunyi, ada sikap untuk memilih tindakan yang tepat tanpa menuntut panggung. Orang ini bergerak di garis itu. Ia tidak sedang mendemonstrasikan kesadaran sosial; ia hanya melakukannya.

Beberapa sikap terasa dekat dengan dasar Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.

  • memberi prioritas pada kebutuhan yang lebih besar tanpa dipanggil
  • merespons lebih cepat daripada menilai situasi
  • mendahulukan nyawa orang lain meskipun tidak dikenali
  • bergerak spontan karena naluri menjaga, bukan motif dilihat
  • memahami bahwa kepedulian kadang hanya perkara satu langkah ke kiri, cepat dan sunyi

Dalam keramaian kota yang sering memacu ego, gestur kecil ini terasa seperti jeda. Ia tidak menjadikan dirinya contoh. Tidak menunggu “terima kasih”. Tidak menoleh ke belakang untuk memastikan dilihat. Ia hanya kembali melaju perlahan setelah ambulans melintas.

Yang penting sudah dilakukan. Itu saja.

Kutipan
Tidak semua aksi penyelamatan terlihat besar; kadang ia hanya setebal badan motor yang bergeser.

Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.

Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (24.9%), Gusdur (17.5%), Jokowi (16.1%), Megawati (11.5%), Soeharto (10.1%)

Ramai Dibaca

Terbaru