Segala yang benar-benar tumbuh, tumbuh dalam diam. Termasuk rasa yang membuat manusia kembali sederhana.
Tanah mengajarkan bahwa pertumbuhan sejati tidak perlu tergesa. Yang tumbuh paling dalam selalu dimulai dari keheningan, bukan ambisi.
Setiap hari ia melihat tanah. Diinjak, dilalui, diabaikan. Orang berjalan tergesa di atasnya, menanam untuk hasil, bukan untuk rasa. Padahal di dalam tanah yang tampak diam, kehidupan sedang berlangsung: akar saling mencari, air menyusup perlahan, biji berjuang menembus gelap menuju cahaya. Ia menyadari, mungkin justru di situlah rahasia kehidupan: segala yang tumbuh, tumbuh dalam diam.
Suatu hari ia menanam sesuatu tanpa harapan cepat tumbuh. Bukan untuk panen, hanya untuk belajar sabar. Ia menyiram, menunggu, lalu melupakan. Beberapa minggu kemudian, tunas kecil muncul dari tanah yang semula gersang. Rasa haru datang bukan karena berhasil menumbuhkan, tapi karena sadar bahwa sesuatu bisa tumbuh tanpa harus diawasi setiap waktu.
Sejak itu, ia mulai belajar hidup seperti tanah. Menerima, menampung, memberi ruang bagi yang lain untuk tumbuh. Ia tidak lagi ingin segera memetik hasil, cukup memastikan akar-akar di bawahnya sehat. Ia tahu, yang benar-benar penting tidak terlihat di permukaan: kesetiaan, kerja senyap, dan kepercayaan pada waktu.
Ia juga belajar bahwa tanah tidak pernah memilih apa yang jatuh ke dalamnya: hujan, benih, atau abu. Semuanya diterima dengan tenang, diolah perlahan menjadi sesuatu yang baru. Begitu pula manusia. Jika mau belajar dari tanah, ia akan tahu bagaimana menumbuhkan kebaikan tanpa pamrih.
Kini setiap kali ia menyentuh tanah, ia tidak lagi melihat kotoran, tapi kehidupan yang sabar. Ia merasa lebih dekat pada sesuatu yang purba dan murni, sesuatu yang mengingatkan bahwa kehidupan tidak perlu megah untuk menjadi bermakna. Yang tumbuh di tanah bukan hanya akar, tapi rasa hormat pada kehidupan.
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.
Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.
Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.
Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.
Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.
Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.



