Reda
Tentang diam yang akhirnya menjadi rumah bagi yang pernah gelisah.
Orbit Psikospiritual
Segala yang datang dengan riuh, akhirnya akan pergi dengan diam. Dan di antara datang dan pergi itu, manusia belajar satu hal paling lembut dari hidup: bahwa reda bukan berarti hilang, melainkan berubah menjadi tenang.
Reda bukan hilangnya rasa, tapi perubahan bentuknya menjadi kesadaran. Ia datang ketika manusia berhenti bertanya, berhenti menolak, dan mulai memahami bahwa tenang bukan berarti selesai, melainkan cukup.
Kita tumbuh dalam keyakinan bahwa hidup harus selalu bergerak. Bahwa rasa harus selalu diikuti, dan luka harus segera disembuhkan. Tapi ada waktu ketika yang paling benar justru berhenti, membiarkan segalanya mendingin dengan sendirinya.
Reda bukan hasil dari usaha keras, melainkan buah dari penerimaan. Ia datang ketika manusia berhenti mencari alasan untuk segala yang terjadi, dan mulai memahami bahwa tidak semua hal butuh penjelasan.
Dalam reda, ada jenis kebahagiaan yang tidak bersuara: kesadaran bahwa yang telah lewat tidak harus dilawan, cukup dihormati. Luka tidak perlu dihapus, cukup dipeluk sampai berhenti menggeliat.
Manusia sering mencari kedamaian di luar, padahal damai lahir dari kemampuan menatap kekacauan tanpa keinginan mengubahnya. Reda bukan melupakan, tapi berdamai dengan yang tidak bisa diubah.
Di fase itu, air mata bukan lagi tanda lemah. Ia menjadi cara tubuh berterima kasih karena akhirnya diizinkan berhenti melawan. Dan dari sana, jiwa mulai bernafas lagi: perlahan, tanpa beban, tanpa janji apa-apa.
Setelah badai, dunia tidak langsung indah. Tapi ada cahaya yang berbeda: lebih lembut, lebih jujur, lebih manusia. Reda bukan akhir dari perasaan, melainkan permulaan dari pengertian.
Dan siapa pun yang pernah sampai di titik itu tahu, bahwa kedamaian bukan ditemukan, melainkan lahir, dari kesediaan untuk tidak lagi menuntut apa pun dari hidup.
Catatan
Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti
Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh Atur Lorielcide melalui persona batinnya, RielNiro.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)







