BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    28.9 C
    Jakarta
    Populer Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaLorong KataYang Berpisah Bukan Dua Hati

    Yang Berpisah Bukan Dua Hati

    Tentang cinta yang selesai tanpa berakhir.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi
    “...”
    Lama Membaca: < 1 menit

    Orbit RelasionalMetafisik-Naratif

    Ada perpisahan yang tidak menyedihkan. Bukan karena tak ada lagi rasa, tapi karena keduanya telah tumbuh menjadi kesadaran yang berbeda. Yang berpisah bukan dua hati, melainkan dua cara mencintai.

    Inti Makna Tulisan
    Yang berpisah bukan dua hati, melainkan dua cara mencintai. Dalam perpisahan, kasih tidak hilang; ia hanya berpindah bentuk menjadi pengertian. Cinta sejati tetap hidup, bahkan ketika ia berhenti disebut hubungan.

    Cinta sejati tidak berhenti hanya karena bentuknya berubah. Ia bergeser dari kedekatan menjadi doa, dari kebersamaan menjadi pengertian. Yang dulu memeluk kini belajar melepaskan, tanpa kehilangan hangatnya kasih.

    Manusia sering mengira akhir hubungan adalah kegagalan. Padahal, tidak semua yang selesai harus disesali. Ada kisah yang berhenti tepat ketika maknanya sudah lengkap, seperti lagu yang tahu kapan harus diam agar gema terakhirnya tetap indah.

    Yang berpisah bukan hati yang menolak, tapi hati yang sudah mengerti batas. Ia tahu bahwa menjaga cinta tidak selalu berarti mempertahankannya. Kadang, justru dengan membiarkannya pergi, cinta bisa kembali ke bentuk paling murninya: keikhlasan.

    Kedewasaan batin terukur bukan dari seberapa kuat menggenggam, tapi dari seberapa lembut melepaskan. Karena kasih yang sejati tidak memenjarakan, ia membiarkan yang dicintai tumbuh, bahkan bila itu berarti tak lagi bersisian.

    Dalam keheningan setelah perpisahan, seseorang menyadari bahwa cinta tidak pernah benar-benar pergi. Ia hanya berpindah tempat. Dari genggaman ke doa, dari kebersamaan ke makna, dari luar ke dalam diri.

    Perpisahan hanyalah pergantian wujud, bukan akhir hubungan batin. Sebab cinta yang pernah jujur tak bisa dihapus oleh jarak; ia hanya berubah cara hadir. Kini ia tidak lagi berbicara lewat kata, tapi lewat kedamaian yang diam-diam menenangkan.

    Dan di titik itulah, seseorang tahu bahwa cinta yang matang tidak meminta dipertahankan, hanya dikenang dengan tenang. Bukan untuk dihidupkan kembali, tapi untuk disyukuri karena pernah hidup dengan penuh.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: / Lorong Kata – TokohIndonesia.com.

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

     

    Kuis Kepribadian Presiden RI
    🔥 Teratas: Habibie (25.4%), Gusdur (17.6%), Jokowi (14.6%), Megawati (12.2%), Soeharto (10.2%)
    Artikulli paraprak
    Artikulli tjetër

    Populer (All Time)

    Terbaru