Yang Membersihkan Jalan Pagi Itu
Tentang mereka yang bekerja sebelum dunia sempat berisik
Ada yang bergerak ketika sebagian besar dari kita masih menunda bangun. Tidak untuk mencari tepuk tangan atau ucapan terima kasih, tetapi karena pekerjaan itu harus dilakukan. Jalan tidak tiba-tiba bersih. Trotoar tidak tiba-tiba rapi. Selalu ada tangan yang bekerja sebelum mata orang lain terbuka.
Di banyak kota, sebelum lampu toko menyala dan sebelum suara kendaraan mulai memadat, ada sekelompok kecil orang yang memulai hari jauh lebih awal. Mereka menyapu daun kering, mengumpulkan sampah, dan merapikan ruang yang nanti akan dilewati ribuan langkah yang tidak akan pernah tahu siapa yang membuat tempat itu layak dilalui.
Mereka tidak sedang mencari atensi. Bahkan sering kali mereka tidak terlihat. Namun pekerjaan itu tetap dilakukan. Jam sunyi itu bukan jeda. Itu justru waktu bekerja. Tidak ada siaran motivasi, tidak ada papan nama. Hanya gerak yang sederhana dan konsisten.
Dalam Sistem Sunyi, ada satu hal yang sering muncul: ketekunan yang tidak memerlukan saksi. Mereka yang membersihkan jalan pagi hari bergerak dengan sikap seperti itu. Tidak berusaha menandai diri, tidak menagih ruang sorotan, tidak perlu berkata sedang berkontribusi. Mereka hanya bekerja, karena pekerjaan itu perlu.
Beberapa hal terasa dekat dengan sikap batin yang juga menjadi dasar dalam Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.
- hadir lebih awal dari keramaian — tidak menunggu dilihat untuk mulai bekerja
- bekerja tanpa menuntut pengakuan — kinerja tetap meski tidak ada penonton
- membiarkan hasil bicara — jalan bersih tanpa siapa pun tahu siapa yang melakukannya
- tidak mengeluh meski pekerjaan berulang — konsisten tanpa teatrikalitas
- mengetahui peran mereka penting meski tidak terlihat — fungsi di atas sorotan
Tidak ada momen heroik di sini. Tidak ada sorak atau ucapan terima kasih yang viral. Hanya kenyataan sederhana bahwa dunia yang kita tempati lebih nyaman karena seseorang memilih datang lebih awal dan bekerja tanpa menyebut namanya.
Di luar mungkin tampak sebagai pekerjaan kecil. Tetapi ada martabat diam di sana: melakukan yang perlu dilakukan, tanpa membangun panggung untuk diri sendiri.
Kadang, kesunyian semacam ini muncul tanpa disadari. Ia tidak menuntut interpretasi. Kita hanya lewat, dan dunia terasa lebih rapi. Cukup dengan itu, kita tahu ada seseorang yang bekerja lebih dulu dari kita.
Dan ketika menemukan jejak seperti ini di luar ruang yang kita bangun, kita tidak perlu menyebutnya bagian dari apa pun. Cukup dicatat sebagai contoh tentang bagaimana kerja diam menjaga dunia tetap berjalan.
Kutipan
Tidak ada nama di trotoar yang rapi,
tetapi ada kerja hening di bawahnya.
Catatan
Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.
Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro – TokohIndonesia.com
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)



