Page 17 - Majalah Berita Indonesia Edisi 02
P. 17


                                    BERITAINDONESIA, Agustus 2005 17BERITA HANKAMMendung menyelimutikeluarga besar TentaraNasional IndonesiaAngkatan Udara (TNIAU), pada Kamis, 21Juli 2005. Dua buah pesawat milik TNIAU, pesawat angkut CN-235 dan pesawatlatih/tempur OV-10 Bronco, terjatuh didua lokasi berbeda.Pesawat CN 235 yang diterbangkanKapten Imam Subekti (pilot) dan LettuJamias (kopilot) terjatuh di dekat Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe, NAD.Pesawat OV-10 Bronco, yang diawakiMayor Pnb. Robby Ibnu Robel, Komandan FLT Ops “B” Skuadron 21, dan LettuPnb. Hercus Adiya Wing Wibowo jatuhke jurang di hutan Magersari, BukitLimas, Kecamatan Jabung, KabupatenMalang, Jawa Timur. Sekitar 15 km dariPangkalan Udara (Lanud) AbdurachmanSaleh, Malang.Koran Tempo (22/7) memberitakan,pesawat CN-235 yang biasa menerbangirute Sabang-Banda Aceh-Lhokseumaweitu mengangkut 23 penumpang termasuksejumlah perwira yang akan mengikutibriefing dari Panglima TNI Jenderal TNIEndriartono Sutarto, Jumat (22/7).Tiga orang perwira terbaik TNI-ADtewas di tempat, yakni Letkol Inf. TugasWignyo Kusbianto (Dan Yon 521/Brawijaya), Letkol Inf. Tito (Dan Yon 312/Siliwangi), dan Mayor Inf. Taufan (Kasdim 0105 Aceh Barat Daya).Korban luka-luka, antara lain, KolonelReri Sutanto, Letkol Taufik Ismunandar,Letkol Mudjia Widyanto, Letkol Itison,Kapten A.Tambunan, Lettu Nugroho.Pesawat OV-10 Bronco yang tengahmenjalani latihan “Garuda Perkasa”untuk persiapan peringatan “60 TahunIndonesia” pada 17 Agustus nanti, ditemukan dalam keadaan tertancapdengan kemiringan 80 derajat. Keduapenerbangnya dipastikan meninggaldunia.Anggaran terbatasKendati penyebab kecelakaan masihdiselidiki, patut dipertanyakan apakahada korelasi antara dua kecelakaan itudengan kondisi pesawat?Anggota DPR-RI yang membidangimasalah pertahanan Djoko Susilo, mengungkapkan rasa prihatin mendalam ataskondisi pesawat-pesawat yang dimilikiTNI-AU.Anggota F-PAN itu mengaku pernahmenaiki pesawat CN-235 saat melakukankunjungan kerja bersama anggota Dewanlainnya ke perbatasan Kalimantan-Malaysia.Djoko mengisahkan, karena kondisipesawat tidak memungkinkan, jarakKalimantan-Jakarta yang seharusnya bisaditempuh dua jam akhirnya ditempuhselama empat jam.Saat ini banyak pesawat TNI-AU yangtidak laik terbang, seperti F-4 Sky Hawkdan MK Hawk, pesawat pengintai yangmasanya satu hingga dua tahun ke depanharus diganti. Yang masih layak terbanghanya pesawat tempur F-16. Itupunhanya beberapa saja dari satu skuadronyang ada. Pesawat jenis Sukhoi takmemiliki persenjataan. Pesawat Herculespun bisa dihitung dengan jari yang masihbisa beroperasi.Yang memprihatinkan lagi, ujarDjoko, anggaran yang disediakan untukmerawat seluruh alat utama sistemsenjata (Alutsista) TNI-AU hanya 5persen. Tahun ini anggaran TNI-AUhanya Rp 2,7 triliun dari Rp 23 triliunanggaran yang disediakan untuk MabesTNI dan Departemen Pertahanan.“Anggaran ini sangat jauh dari cukup.Seharusnya anggaran untuk pertahananini senilai Rp 50 triliun,” tandas DjokoSusilo, seperti dikutip harian Seputar Indonesia (22/7).Terbatasnya anggaran pemeliharaanAlutsista TNI pernah dilontarkan MenteriPertahanan, Juwono Sudarsono. Dari total anggaran tiap angkatan, hanya 30-35persen dialokasikan untukpengembangan dan perawatan Alutsista.Sedangkan 60-70 persen anggaran untukpersonil dan operasional administrasi.Namun Juwono tidak mau berspekulasi mengaitkan kecilnya anggaran itusebagai faktor penyebab kecelakaanpesawat CN-235 dan OV-10 Bronco.“Kami masih prihatin pada biayapemeliharaan. Tapi kita tidak bisa berspekulasi apakah ada kaitan antara danayang terbatas dengan kecelakaan itu. Kitatunggu hasil investigasi tim TNI-AU,”ujarnya.Menurut Kadispen TNI-AU, MarsekalPertama TNI Sagom Tamboen, TNI- AUmemiliki 122 pesawat dari berbagai jenisuntuk menjaga lima juta kilometer persegi luas wilayah Nusantara.Dia membenarkan, tingkat kesiapanoperasional hampir seluruh pesawat itusudah jauh menurun. Kondisi itu tidakterlepas dari embargo senjata AS.Khusus untuk pesawat yang umurnyalebih dari 20 tahun, seperti OV-10 Broncodan Hawk MK 53, kini dalam kajian TNIAU untuk diganti dengan jenis pesawatyang punya kemampuan sama guna lebihmengoptimalkan sistem pertahananudara.Sebenarnya, kemampuan TNI-AUyang terbatas ini sudah tercermin ketikaterjadi musibah bencana tsunami yangmemporak-porandakan Aceh dan PulauNias. Pemerintah (Presiden SBY) yangmenyadari, kesulitan mengevakuasikorban karena keterbatasan pesawatangkut, sehingga terpaksa memintabantuan dari AS, Australia, Singapura,dan Malaysia untuk membantu prosesevakuasi. Q SPTNI-ku SayangTNI-ku MalangDua pesawat TNI-AU jatuh pada hari yang sama.Tiga perwira tewas. Anggaran pemeliharaan yangterbatas dan embargo AS dianggap faktorpenyebab kecelakaan.TNI-ku SayangTNI-ku Malang
                                
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21