Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 02
P. 32
BERITA AGAMA32 BERITAINDONESIA, Agustus 2005ujar Komarudin.Pada 17 Juli 2005, dua ribu kaummuslim menggelar doa dan zikir bersamadi Masjid Baitul Ihsan di KompleksPerkantoran Bank Indonesia, JakartaPusat. Peserta sebagian besar berasal dariJamiyah Thariqah Al-Mutabarah danYayasan Haqqani Indonesia.Doa dan zikir bersama yang dihadiriKetua Majelis Tinggi Islam Amerika(ISCA) Syekh Muhammad Hisham Kabbani itu dimaksudkan meningkatkansilaturahmi antarpenganut agama Islam,sekaligus agar umat Islam dalam menyelesaikan masalah, termasuk bila adaajaran yang dianggap berbeda, bisadilakukan secara bersama-sama.Sejumlah organisasi Islam dan tokohantaragama yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Untuk Kebebasan Beragama turut memberikan sikap. Aliansiitu meliputi International Conference onReligion and Peace (ICRP), Wahid Institute, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Lembaga Studi Agama danFilsafat (LSAF), Konferensi Wali GerejaIndonesia (KWI), Kontras, Pusat StudiAgama dan Peradaban Muhammadiyah,Nasyiatul Aisyiyah, Jaringan Islam Liberal (JIL), dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM).Dalam pernyataan bersama di KantorPP Muhammadiyah, Jakarta (17/7),Aliansi menilai, aksi massa terhadap JAImerupakan bentuk pengingkaran terhadap kebebasan beragama. Para pelakunya harus diproses secara hukum.Menurut Sukidi, Pendeta WeinataSairin, dan Romo Benny, ketiganyaanggota Aliansi, tindakan pengusiran danpenyerangan itu adalah bentuk kegagalandari pemerintah dalam melindungi kebebasan beragama bagi setiap warga negaranya, sekaligus kriminalisasi terhadapkebebasan beragama dan hak sipil masyarakat.“Aparat malahan memberi perlindungan terhadap pelaku pengrusakanyang jelas-jelas telah melanggar aturan.Hal ini menunjukkan bentuk negara yangtidak beradab karena memberi ruangyang terbuka bagi kelompok yang tidakberadab melakukan pelanggaran hukum,” kata Sukidi.“Itu ciri-ciri hancurnya keadabanpublik dan dampak akhir dari pembiarankekerasan yang dilakukan sekelompokorang oleh negara. Perbedaan bukanlahsesuatu hal yang harus dihancurkan,”sambung Romo Benny.Pembiaran atas aksi pengrusakan itu,tambah Weinata Sairin, akan menjadipreseden buruk dari negara yang seharusnya menjamin kehidupan berbangsatermasuk kebebasan beragama.“Ini bukan soal agama, tetapi bagaimana membangun fungsi bangsa dannegara. Peran pemerintah yang kerapgagal dalam menampilkan sikap kenegarawanan seperti dalam kasus tersebut,juga harus diakhiri,” kata Weinata Sairin.Dawam Rahardjo, juga dari Aliansi,mengritik pemerintah karena terkesanmendukung aksi kekerasan yang bisadisamakan dengan tindakan terorismeitu. ”Perbedaan seharusnya jangan ditentang melainkan menjadi pendukungberkembangnya peradaban,” ujar Dawam, seraya mengkhawatirkan tindakanserupa akan merembet ke kelompok lainyang memiliki pemikiran yang berbedaseperti halnya JAI.Dawam juga mengkritisi sikap MUIkarena organisasi muslim seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah belummengeluarkan komentar resmi tentangJAI. “Padahal mereka (NU dan Muhammadiyah) juga orang muslim,” tukasmenyesalkan.Bagi Siti Musdah Mulia, anggotaAliansi lainnya, peristiwa itu adalahsimbol kegagalan umat Islam menunjukkan bahwa Islam agama yang santundan menjunjung tinggi pluralisme.Kepada Berita Indonesia, pimpinanMa’had Al-Zaytun, Syaykh DR. AS PanjiGumilang menilai, kejadian di parungsangat berbahaya bagi integritas Indonesia dan umat manusia. Manusia sejagatsedih menyaksikan kejadian di Parung.Dia mengingatkan, Tuhan telah memberikan kebebasan kepada umat manusia.Jadi, sungguh aneh apabila manusia yangsatu justru membatasi kebebasan manusia lain.“Tuhan itu begitu liberalnya. Makhluknya mau ingkar diperbolehkan, mautaat kepada-Nya pun dipersilahkan. Inikok sekarang umat manusia yang sebenarnya sangat terbatas kemampuannyamalah membatasi kemampuan orangdalam memaknai kehidupan. Al-Quranyang diturunkan Allah SWT dan dimuliakan umat Islam terkadang bisamenjadi wacana. Apalagi untuk sebuahekspresi keberagamaan manusia yangmasih harus makan dan minum itu,seperti Ahmadiyah,” kata Syaykh lugas.Kehidupan berbangsa dan bernegaraitu tidak boleh eksklusif. Harus inklusif.Makna individu tidak akan tergeser atautergeser oleh inklusivitas. Makna kelompok tidak akan hilang oleh sikaphidup yang inklusif.“Tuhan sangat memuliakan BaniAdam dan mengangkat derajatnya dimuka bumi dan langit. Itu konsep hakasasi menurut Tuhan. Menghormati hakasasi adalah pesan Ilahi. Tuhan menginginkan sikap hamba-Nya untuk salingtoleran apapun agamanya. Dari toleransitumbuhlah perdamaian. Damai itu dariTuhan. Siapa pun yang antidamai berartitidak mengikuti sikap Tuhan. Dan itubukan sikap Tuhan.”Kalau begitu, mungkin belum terlambat bagi bangsa yang besar danheterogen ini untuk bisa bersikap inklusif,saling menghargai, toleran, dan menerima perbedaan sebagai sebuah rahmat. Semoga. n AF, SH, SB