Page 60 - Majalah Berita Indonesia Edisi 06
P. 60


                                    BERITA PARIWISATA60 BERITAINDONESIA, Desember 2005Panjang, salah satu pulau di tengah danau,yang kini disebut Kampung Pulo. Di pulauitu terdapat sebuah candi Hindu.Meski sudah lama diketahui adanyamasyarakat Kampung Pulo, candinyasendiri baru ditemukan tahun 1966. TimSejarah Leles menemukan kerangka bangunan purbakala itu di bukit tempat ArifMuhammad dimakamkan. Penelitiandilakukan hingga 1968. Pemugaran yangsesungguhnya dilakukan pada 1974. Batubatu asli yang sebagian sempat dijadikantembok makam dan nisan direkonstruksilagi ke bentuk asli. Batu yang hilang dibuattiruannya.Adat Kampung PuloMemasuki Kampung Pulo dimana ArifMuhammad pernah tinggal dan menyebarkan syiar Islam, terasa suasana heningdan tenang. Kampung itu hanya terdiridari enam rumah panggung tradisionalberbentuk panjang dan sebuah mesjidyang berdiri di tengah, menghadap kegerbang kampung.Berita Indonesia berkunjung ke rumah Pak Iri, yang menjadi juru kunci makam dan tetua kampung, kami disambutanak lelaki dan suami anak perempuannya. Pak Iri ternyata sudah meninggalbeberapa bulan yang lalu.Menurut mereka, Kampung Pulomemiliki adat istiadat dan tabu yang takboleh dilanggar. Diantaranya jumlahenam buah rumah yang saling menghadapmasing-masing tiga di setiap sisi tidakboleh bertambah. Rumah diwariskankepada anak perempuan yang dipilihberdasarkan musyawarah.Mereka juga tidak boleh memeliharahewan ternak berkaki empat seperti sapidan kambing karena khawatir akan merusak dan mengotori makam-makamleluhur yang tersebar.Atap rumah juga harus berbentukmemanjang (jolopong). Selain itu alatmusik gong dilarang. Konon dahulu,anak laki-laki satu-satunya Arif Muhammad yang tengah dikhitan diusungdengan tandu berbentuk rumah beratappersegi (jure), diiringi bebunyian gong.Tiba-tiba terjadi angin topan. Anak itujatuh terbawa angin dan akhirnya meninggal dunia.Penduduk Kampung Pulo sampaisekarang percaya jika semua tabu itu dilanggar, akan terjadi bencana besar menimpa mereka.Candi Cangkuang dan Kampung Pulonya memang terasa unik. Untuk kehidupan sehari-hari, mereka menjalankanadat Sunda dan menjalankan ajaran Islam. ■ RHSEBUAH CANDIdi Tengah DanauSebuah fenomena langka. Makam Islam yang berdampingandengan sebuah candi Hindu. Simbol keanekaragaman budayadan agama di Nusantara.BERDAMPINGAN: Kerangka candi baru ditemukan tahun 1966.Sebuah rakit sudah siap di tepidanau. Pendayungnyaseorang laki-laki muda,membawa sebilah bambupanjang sebagai alat penggerak rakit. Sebenarnya ‘mendayung’bukan kata yang tepat. Bambu itu ditancapkan ke dasar danau dengan gerakanmengungkit sehingga rakit bergerakperlahan-lahan melintas menuju sebuahpulau di seberang.Danau itu dinamai seperti halnyacandi tempat tujuan para penumpangrakit, Danau Cangkuang dan Candi Cangkuang. Di antara rerimbunan pohon dansemilir angin, Berita Indonesia melihatsebuah bangunan batu dari zaman Hindu.Uniknya, persis di sebelahnya ada makamseorang pemuka agama Islam setempat,‘Mbah Dalem Arif Muhammad.’ Di sekeliling makam, tersebar makam-makampara pengikutnya.Cangkuang adalah nama sejenis pohon pandan yang terdapat di daerah ini.Daunnya bisa digunakan sebagai topi,tikar dan pembungkus gula aren.Konon, Arif Muhammad dan parapengikutnya yang membendung daerahini, sehingga terbentuklah sebuah danauyang kemudian disebut situ (danau dalambahasa Sunda) Cangkuang, kurang lebihdi abad XVII. Setelah bendungan selesai,terbentuklah pulau-pulau dari daratantinggi yang tidak terendam air.Arif Muhammad dan teman-temannya itu berasal dari Kerajaan Mataram diJawa Timur. Mereka adalah tentara Sultan Agung yang bermaksud menyerangVOC di Batavia yang kala itu dipimpinGubernur Jenderal J.P. Coen. Namunserangan mereka gagal. Pasukannyaterpukul mundur sampai ke PrianganTimur, di kawasan Cangkuang sekarang,yang sekarang termasuk Kecamatan Leles,Kabupaten Garut, Jawa Barat. Merekamemutuskan tidak kembali ke Mataramdan menetap di daerah itu sambil menyebarkan agama Islam kepada penduduksetempat yang semula memeluk agamaanimisme, dinamisme dan Hindu.Arif Muhammad dan semua pengikutnya kemudian memilih menetap di Pulau
                                
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64