Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 08
P. 31


                                    BERITAINDONESIA, 10 - 23 Februari 2006 31(BERITA EKONOMI) ( )Soros Bantah TerlibatSpekulan pasar uang peringkat terbesarke-10 dunia, George Soros, yang jugapemilik serta pimpinan Soros Fund Management, Quantum Fund, dan yayasanphilanthropist Open Society, membantahdirinya sebagai biang keladi krisis ekonomi Asia, termasuk Indonesia, yangmengakibatkan kejatuhan Presiden Soeharto pada tahun 1998.Dalam kesempatan kunjungan pertamake Indonesia setelah tahun 1997, Sorosyang menyinggahi kota Jakarta dan BandaAceh menyebut tuduhan demikian sebagaibetul-betul omong kosong.Harian Investor Daily menulis, dia yangterkesan dengan perkembangan Indonesia pascakrisis ekonomi, mengatakan,tidak punya hak untuk menggunakan uanguntuk kepentingan politik. Dan, kunjungannya kali ini sama sekali tak disertaiagenda politik terselubung.Soros malah mengatakan, “Agendapolitik saya sangat jelas. Yaitu mendorongterciptanya masyarakat yang terbuka dandemokratisasi. Di Indonesia, itu dilakukanmelalui Yayasan Tifa.”Soros berusaha menyakinkan khalayakdi tanah air dengan menyebut tidak bermain dalam spekulasi terhadap mata uangrupiah sebelum terjadi krisis finansial Asiatahun 1997. Sebagai spekulan Sorosmengaku mendapat keuntungan di Asiatetapi rugi besar di Indonesia.Menurutnya, kesalahan utama penyebab krisis ekonomi Asia ketika ituterletak pada nilai tukar mata uang danrezim politik yang terlalu kaku.Kompas (8/1) menulis ia hanya mengeksploitasi kelemahan pasar dan kesalahan pemerintah, yang lalu menjadikannya kaya, sehingga sama sekalitidak bisa disalahkan. Ia hanya mengelolauang di dalam fund management untukmencari keuntungan.Soros memberi saran agar pembangunan Indonesia ditekankan pada pengembangan infrastruktur untuk mendorongkegiatan ekonomi yang bertumpu padapenciptaan lapangan kerja baru, pengurangan kemiskinan, dan peningkatanpertumbuhan ekonomi. Katanya, itusemua merupakan strategi pembangunanyang tepat untuk Indonesia.Pasar Properti 2006 CerahPeneliti pada Pusat Strategi IntelijenProperti (PSIP), Ali Tranghanda, kepadaInvestor Daily (4/1) memperkirakantransaksi pasar properti sekunder yangdilakukan para broker profesional anggotaArebi selama tahun 2006 akan menembusangka Rp 60 triliun.Angka itu, yang disebutnya masih minim,didasarkan atas pencapaian transaksi broker profesional yang sudah mencapai Rp39 triliun di tahun 2005, di luar transaksiyang dilakukan broker tradisional maupunprofesional perusahaan maupun individudi luar anggota Asosiasi Real Estat BrokerIndonesia (Arebi).Lima besar broker properti profesionalyang mendominasi transaksi pasar propertisekunder sejak tahun 2003 adalah RayWhite, Era Indonesia, Century 21, Raine &Horne, dan LI Hooker.Haircut Utang Atasi KemiskinanBila pemerintah berniat tulus ingin memberantas kemiskinan serta membukalapangan kerja baru, ada cara mudah untukmengurani kesenjangan sosial ekonomi.Seperti yang disarankan para ekonom, Indonesia dapat dan harus mengajukanpemotongan (hair cut) utang luar negerinya, yang jumlahnya kini sudah mencapai78,5 miliar dolar AS.Ekonom itu mengungkapkan keyakinannya Indonesia berpeluang mendapatkanpenghapusan utang dari sejumlah negarakreditor seperti Jepang. Tapi untuk mendapatkan itu Indonesia tidak perlu malumengaku sebagai negara miskin, sebab28,16 persen atau total 62 juta dari 220juta penduduk Indonesia sudah tergolongmiskin.Malah dengan besarnya jumlah pendudukmiskin tersebut, menurut penilaian JubileeUSA Nertwork, Indonesia sudah layak untuktidak membayar utang luar negerinya.Lembaga itu juga menilai utang-utangwarisan Orde Baru tidak layak dilunasi,sebab tidak jelas arah penggunaannya.Sebelum terjadi kenaikan BBM 1 Oktober 2005, BPS mencatat di akhir tahun2004 dari 216,4 juta penduduk hanyaterdapat 36,1 juta penduduk miskin, atau16,68 persennya saja.Cegah PHK, Berikan InsentifMenanggapi rencana pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi diakhir Januari 2006, Aviliani, ekonom dariTim Indonesia Bangkit (TIB) mengatakanpaket kebijakan lanjutan itu sebaiknyadifokuskan pada insentif jangka pendek.Insentif tersebut dapat berupa penundaanpembayaran pajak atau biaya-biaya, sehingga sektor riil dapat berjalan danpemutusan hubungan kerja (PHK) dapatdihindari.Berdasarakn pengalaman di negara lain,kata Aviliani, ketika terjadi kenaikankenaikan maka akan dilihat sektor manayang menyerap tenaga kerja paling banyak. Di sektor itulah diberikan insentifagar pelakunya tidak menutup usahanyadan bisa menampung tenaga kerja.Pupuk Kujang Tetap BeroperasiPabrik Pupuk Kujang 1A akhirnya dapatterus beroperasi setelah memperolehkepastian pasokan gas dari PT PetaminaEksporasi dan Produksi (EP) sebesar 42juta kaki kubik per hari (MMSCFD.Jumlah itu, yang memenuhi 80% daritotal kebutuhan pabrik 1A, diperolehsebagai pengalihan dari gas PT Perusahaan Gas Negara sebanyak 38 jutaMMSCFD dan delapan MMSCFD dariOdira.Dirut PT Pupuk Kujang, Aas Asikin Idat,kepada Kompas (2/1-06) menyebut pasokan ini terjamin paling tidak untuk tigabulan ke depan terhitung sejak 1 Januarihingga April 2006. Ia melihat tersedianyapasokan menunjukkan ada komitmen dankeberpihakan pemerintah serta pihakterkait terhadap petani.Meskipun hanya sampai April pasokangas tersebut sudah sangat menolong,sebab periode Mei-Juni akan ada penghentian pabrik karena perawatan diKujang 1A dan 1B.“Kami akan memikirkan lagi untukperiode Juli-Desember 2006,” kata AasAsikin.Kepala Divisi Utilisasi Gas PT PertaminaEP, Dedi Sarodji, kepada Investor Daily(6/1) mengatakan pasokan gas dialihkanke Pupuk Kujang untuk persiapan musimtanam awal tahun 2006 ini. ■ HT
                                
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35