Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 10
P. 33
BERITAINDONESIA, 6 April 2006 33Dua Tugas BeratDi awal masa kepemimpinannya, Sulaiman langsungmendapat dua tugas ‘berat’. Pertama, POM dilibatkan dalamKomisi Penyelidikan Nasional (KPN) untuk mengungkap tabirpembunuhan Theys Hiyo Eleuay, yang tewas pada 11 November 2001. Ketua Presidium Dewan Papua ini tewas setelahmengikuti perayaan hari pahlawan di Markas Satgas (SatuanTugas) Tribuana X Kopassus (Komando Pasukan Khusus) diHamadi, Jayapura. Kedua, kasus penembakan dua wargaAmerika Serikat di Timika. Kedua kasus ini dianggapnya sebagaitugas yang tidak ringan, sebab selain diduga melibatkan aparatTNI, juga mengandung nilai politis.Pembunuhan tokoh pejuang rakyat Papua ini tidak hanyamenyulut emosi pendukungnya, tapi juga dunia internasional.Posisi pemerintah khususnya dalam pelanggaran HAM semakinmendapat sorotan tajam. Sehingga semua pihak mendesakuntuk mengusut tuntas pembunuhan itu. Apalagi, isu-isuketerlibatan aparat TNI semakin kuat dan tersebar di manamana. Sehingga Presiden Megawati kala itu merasa perlumengeluarkan Keppres No. 10 tahun 2002 tentang KomisiPenyelidikan Nasional yang dipimpin oleh Inspektur JenderalPolisi (Purn) Koesparmono Irsan dari Komnas HAM.Untuk mengungkap kasus ini, KPN dibantu POM memeriksaanggotanya. Sebagai Danpuspom, Sulaiman bertekad mengungkap kasus ini secara tuntas. Tidak sampai dua bulan, tabirpembunuhan Theys terungkap. Di situ Sulaiman mengakuiadanya keterlibatan anggota TNI. Dengan kasus ini ia berharap,setidaknya masyarakat akan mengerti, bahwa TNI tak pernahmentolelir anggotanya, siapa pun dan apa pun pangkatnya, jikayang bersangkutan melanggar hukum, tetap akan dihukum.Demikian juga dengan kasus penembakan bis rombongankaryawan PT. Freeport di Timika, yang menewaskan 3 orang,termasuk warga Amerika. Kasus ini sempat menjadi sorotandunia Internasional. Bahkan akibat insiden itu, Konggres ASmemutuskan untuk menunda dana bantuan pendidikan danpelatihan militer (IMET – International Military Education andTraining) untuk Indonesia.Untuk mengusut peristiwa ini, Panglima TNI JenderalEndriarto Sutarto kembali memberikan tugas kepada MayjenSulaiman. Bersama Polri, ia membentuk tim terpadu. Namunkemudian Tim ini tidak menemukan bukti-bukti keterlibatanTNI.Upaya Menghindari Pelanggaran HAM Di AcehSulaiman sangat memerhatikan keberadaan pasukan TNI didaerah konflik, seperti di Aceh. Sudah lama Aceh ‘bergejolak’,bahkan sejak 1989 hingga 1998, Presiden Soeharto menetapkanAceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM). Tentu saja kurunwaktu 10 tahun itu menjadi lembaran paling hitam bagi rakyatAceh. Sebagai putra Aceh, Sulaiman tahu betul permasalahannya.Sebagai prajurit TNI, Sulaiman sadar, di daerah konflikbanyak hal tak diinginkan yang bisa dilakukan aparat TNI, baikdisengaja maupun tidak. Ia tidak ingin pelanggaran HAM terjadidi daerah kelahirannya itu. Maka, Sulaiman kemudianmengusulkan kepada Panglima TNI, membuat programpengiriman satuan tugas (Satgas) POM ke daerah konflik,khususnya Aceh. Dengan didukung Keputusan Presiden Nomor28 tahun 2003, Puspom kemudian mengirim satuan tugas POMke Aceh.Mereka bertugas memelihara disiplin dan penegakan hukumbagi prajurit TNI yang bertugas di Aceh dan membina para GAMyang telah menyerah. Selain melakukan penyuluhan hukum,satgas POM di Aceh juga melakukan penindakan langsungterhadap prajurit TNI yang melakukan pelanggaran hukum.Berbagai kalangan mengakui, kehadiran pasukan POM diAceh terbukti membawa hasil positif. Sejak pengiriman POMke Aceh, angka pelanggaran yang dilakukan pasukan TNImenurun drastis. Di mata anak pasangan H. Ahmad Basyir danHj. Asmah Boru Lubis ini, konflik Aceh memang tidak bisadiselesaikan dengan kekerasan. Tapi, juga harus dilakukanpendekatan secara damai. Maka, dengan bukti itu banyakkalangan memuji langkah Sulaiman. Bahkan, pengiriman satgasPOM ke Aceh itu dianggap sebagai ide dan prestasi gemilangSulaiman memimpin kesatuannya. Ia dinilai sebagai Danpuspom yang berhasil membawa visi dan misi polisi militer sebagaipenegak hukum. Sulaiman berhenti menjabat Danpuspom pada5 Agustus 2004.Prestasi gemilang yang diraih itu tampaknya tak menyurutkanlangkahnya. Kendati masa tugas sebagai Polisi Militer telahberakhir, semangat untuk membangun negeri ini tak pernahluntur. Masa-masa pensiun, masih digunakannya untuk‘mengabdi’. Sebagai putra Aceh yang mendambakan Acehdamai, beberapa kali ia turut serta dalam perundinganperdamaian, antara pemerintah RI dengan GAM. Sehingga iatahu betul, betapa tidak mulusnya membuat kesepakatan kalaitu. Namun, ia kini bisa bernafas lega. Perjanjian damai telahtercapai, konflik di Aceh telah usai. Namun pembangunan diAceh baru dimulai, apalagi pasca Tsunami. Kini, Sulaimanbergabung dengan Badan Rehabilitasi Konstruksi (BBR) untukmembangun bumi kelahirannya itu. ■ TI/ADBERITA TOKOHBIODATA BIODATANAMA :MAYJEN TNI (PURN) DRS. H SULAIMAN. AB, SH, MSCLAHIR : LAHIR :KUALA SIMPANG, 5 AGUSTUS 1949AGAMA : AGAMA :ISLAMISTRI : ISTRI :HJ. DRA. IMAN HANDAYANANINGRUMANAK :KARTIKA CHANDRA ARINI, KHAIRUL BASYARPENDIDIKAN : PENDIDIKAN :• SD, SMP, SMA • AKABRI, 1974 • SUSSARCAB POM, 1975• SUSLAPA POM (1984) • SESKOAD (1993)• SUSSOSPOL ABRI (1994) • SUSSAR PARA (1998) • KRAXXXII LEMHANNAS PADA 1999/2000KARIER : KARIER :• PERWIRA PERTAMA POLISI MILITER DAERAH MILITERVII DIPONEGORO, 1975 • KOMANDAN DETASEMEN POLISIMILITER V BRAWIJAYA • DANPOMDAM VI TANJUNG PURADI BALIKPAPAN • SEKRETARIS POM (1998) • PERWIRAAHLI KSAD BIDANG HUKUM • KOMANDAN POLISI MILITER(DANPUSPOM), 2002-2004 • KOMISARIS BANKCENTURY