Page 61 - Majalah Berita Indonesia Edisi 100
P. 61
BERITAINDONESIA, Edisi 100 61BERITA KEGIATAN Holy Journey ala Hakam MabruriHakam Mabruri, pria asal Malang, Jawa Timur mengunjungi Mahad Al Zaytun pada 2 Oktober 2019. Kunjungannya itu sebagai bagian dari perjalanan keliling 14 negara di Afrika menggunakan sepeda angin dengan target waktu selama 12 bulan. Tema perjalanannya adalah ‘Road to Africa Holy Journey’. Ia membawa misi “Moslem for Peace” dan akan memberitahukan negara-negara tersebut bahwa Indonesia yang mayoritas muslim adalah negara yang ramah dan penuh toleransi.Hakam akan menempuh rute sekitar 17.000 kilometer (km). Dari Ponpes An Nur 2, Bululawang, Kabupaten Malang, ia melintasi Kota Batu menuju Jakarta (sekalian mampir ke Al-Zaytun) lewat jalur darat. Setelah itu, pria yang juga alumni Ponpes An Nur 2 ini terbang ke Afrika untuk menjelajahi Mesir, Sudan, Ethiopia, Kenya, Uganda, Rwanda, Tanzania, Mozambik, Malawi, Zambia, Zimbabwe, Botswana, Namibia, dan Afrika Selatan.Sebelumnya dia sudah mengadakan perjalanan dengan tema “Holy Journey” pada 2011. Dia bersepeda tandem dengan istrinya keliling dunia, menuju Jazirah Arab sampai ke Mesir dengan perjalanan selama 14 bulan.Saat di Al-Zaytun, founder merchandise Holy Journey ini menemui Ustadz Ismail, yang sudah dianggapnya sebagai orang tua sendiri. Mengapa? Saat bersepeda di Serawak, Malaysia tahun 2011, Hakam Mabruri kehabisan perbekalan. Ustadz Ismail kemudian menerima Hakam Mabruri di rumahnya. Kebetulan istri Ustadz Ismail berasal dari Malang, Jawa Timur.Hakam Mabruri mengaku mendengar berita simpang-siur tentang Al-Zaytun. Namun setelah diajak oleh Ustad Ismail (sahabat Syaykh Al-Zaytun dari Malaysia) ke Al-Zaytun, Hakam Mabruri mendapati kenyataan yang berbeda. “Dan ternyata sangat keren suasana di sini. Yang saya salut adalah kemandiriannya, bisa ada satu komunitas yang bisa menghidupi sendiri, bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Selama ini saya menginginkan kehidupan yang seperti ini hanya di khayalan saja, dan ternyata itu sudah jalan disini dan sudah bisa dibuktikan secara langsung. Dan visi misi di sini sama dengan visi misi saya di setiap perjalanan keliling dunia yaitu “Moslem for Peace,” katanya.Hakam Mabruri bercerita bagaimana caranya dia membagikan visi-misinya itu kepada orang-orang di negara yang disinggahinya. “Misal ketika saya sampai di suatu tempat sudah larut malam, ter kadang penduduk di situ menawarkan tempat istirahat. Di situ kami mengobrol dan mengenalkan saya berasal dari Indonesia, dimana jumlah penduduk muslimnya terbesar di dunia, dan bagaimana kami bisa hidup rukun berdampingan, di situlah saya menyampaikan visi-misi saya bahwa ‘Muslim for Peace’,” kisahnya. Dia mengaku tidak menguasai bahasa negara-negara yang dikunjungi. Namun dia melihat bahwa manusia itu memiliki bahasa tubuh alami sehingga mereka bisa saling berkomunikasi satu sama lain walau dengan bahasa yang terbatas. Malah ironisnya, kita dari bangsa yang sama dan bahasa yang sama namun tidak mau saling mengerti sehingga bertengkar. “Dan saya bersyukur bisa datang di Al-Zaytun ini dikenalkan dengan ajaran-ajarannya yang selama ini hanya bayangan saja namun di sini membuat takjub. Ini semua nyambung dengan visi misi saya selama ini, yaitu menyampaikan perdamaian sesuai dengan syair lagunya Al-Zaytun ‘menjunjung tinggi nilai kemanusiaan’,” katanya lagi. Yan Haryadie, redKeliling dunia dengan sepeda angin membawa bendera “Moslem for Peace”, Hakam Mabruri ingin memberitahu dunia bahwa Islam itu pembawa damai dan toleransi.Hakam Mabruri (tengah)