Page 39 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 39
(BERITA OPINI)BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006 39BERITA OPINIIndonesia tengah mengalami musim gugurkepemimpinan nasional. Indikasinya, pendapatpara pemimpin bangsa tidak lagi didengar olehrakyat. Rakyat sudah cenderung apatis.Mungkin realitas itu bisa dimaklumi. Betapa tidak,kendati pun kemerdekaan bangsa Indonesia hampirmemasuki usia ke-61, namun kondisi yang dialamimayoritas rakyat negeri dirasakan “belum merdeka”akibat keterpurukan dalam aspek ekonomi, sosial,budaya dan kemandirian.Penyebabnya, tak lain dan tak bukan, merajalelanya praktekKKN dan ketidakjujuran yang dipertontonkan para pemimpinbangsa. Mulai dari kepemimpinan nasional, daerah hinggaaparatur birokrasi kita tidak mengedepankan kejujuransebagai teladan. Justru kepemimpinan yang terlepas darikepentingan rakyatnya.Pemimpin yang baik mestinya bisa menjadi jembatanaspirasi untuk memenuhi kepentingan rakyatnya melaluisarana kekuasaan yang dimilikinya, bukan justru sebaliknyamenyalahgunakan kekuasaan ituuntuk menindas rakyatnyasendiri.Mengapa sebagian besar masyarakat pedesaan seperti buruh,tani, nelayan, masyarakat adatpada umumnya, termasuk kaummiskin kota dan kelompok marjinal lain menjadi miskin? Mengapa kualitas hidup merekatidak beranjak dari masa kemasa?Jawaban pokok pertanyaan diatas adalah karena kelompokkelompok marjinal tidak memiliki akses yang berarti kepadapusat-pusat kekuasaan yangmenyusun dan memutuskan kebijakan yang mempengaruhikehidupan mereka, baik di tingkat akar rumput (komunitas),lokal, maupun nasional.Ketika doktrin sosial manusiasebagai satu bangsa, maka sudahsecara otomatis terdapat salingketergantungan sebagai satubangsa dan saling membutuhkan. Orang kaya membutuhkan orang miskin dan orang kuatmembutuhkan orang lemah.Idealita demikian agaknya belum jamak di Indonesiaapabila dilihat secara struktural. Kemiskinan struktural masihsangat kental mewarnai hubungan sosial.Di satu sisi, kehidupan kelompok-kelompok marjinal inisangat tergantung pada kelompok-kelompok (kepentingan)yang berada di luar diri mereka.Akan tetapi, di lain sisi, kelompok-kelompok yang disebutterakhir memiliki kepentingannya masing-masing yangbersifat partisan, yang umumnya berbeda dan tidaksejalan dengan kepentingan kelompok-kelompokmarjinal.Sebagian besar kelompok rakyat ini mulai tersingkir dari institusi utama masyarakat. Dari sisiekonomi, kondisi itu akibat kesehatan yang kurangterjamin, pendidikan yang rendah, dan ketiadaanketerampilan sehingga pada gilirannya berdampakpada penghasilan dan daya beli mereka.Sementara itu, dari sisi budaya dan tata nilai,kondisi itu berkaitan dengan rendahnya kualitas hidup yangseringkali mengondisikan mereka terjebak dalam etos kerjayang rendah, berpikir pendek, dan bersikap fatalis (masabodoh) terhadap lingkungan.Fenomena tersebut pada akhirnya menyebabkan kebutuhandasar (basic needs) manusia, seperti sandang, pangan, papan,keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi, kebebasan,partisipasi, dan waktu luang tidak terpenuhi. Meminjamistilah Moeslim Abdurrahman, kelompok-kelompok marjinalinilah yang sejatinya dalam keadaan “yatim” secara sosial danpolitik.Kesengsaraan yang dialamirakyat Indonesia dewasa inisangat terasa. Bukan saja kelasbawah, masyarakat yang beradadi kelas menengah pun turutmerasakan impitan ekonomi.Bedanya, kalau kelas menengahmasih bisa berhemat, maka bagimasyarakat bawah sudah tidakada lagi yang bisa dihemat.Saat ini, dibutuhkan kearifansemua pihak untuk mencarisolusi bersama. Mungkin, sudahtidak diperlukan lagi perdebatandi tingkat wacana pemberdayaan, tetapi dibutuhkan aksikonkret.Kini saat paling tepat mendorong pemberdayaan masyarakat meskipun pekerjaan inibukan hal yang mudah. Namunjika tidak dimulai dari sekarang,hasilnya tidak akan terlihat sampai kapan pun.Para pemimpin bangsa dan segenap komponen masyarakatterdidik dan bagian dari kekuatan kelompok sipil (civil society) juga harus bersama-sama mendorong berlangsungnyaRevolusi Moral Bangsa dengan mengikis mental koruptif,mengangkat keterpurukan bangsa, mengedepankan kejujurandan nurani, serta mengutamakan kepentingan rakyat. Bilakahmusim gugur kepemimpinan nasional berganti ke musimsemi? *Kasmir Tri Putra adalah Ketua Umum Asosiasi LembagaPemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Anggota Dewan PerwakilanDaerah Republik Indonesia (DPD-RI) dari Provinsi Lampung.■MUSIM GUGUR KEPEMIMPIAN NASIONALKasmir Tri Putra, MM.*