Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 41


                                    (BERITA NEWSMAKER)BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006 41untuk lebih mengembangkan langkahlangkah destruktif terhadap Indonesia.Kata Amien, jika menuruti emosi, memangkelihatan gagah memutus hubungan.Tetapi setelah diputus, ruginya akan lebihbanyak, karena Indonesia masih membutuhkan saluran resmi dengan Australia.Jika terbukti Australia ikut menggerakkan kerusuhan di Papua, kata AmienIndonesia masih membutuhkan saluranuntuk memprosesnya. Amien menilai PMJohn Howard mengeluarkan pernyataanmendukung NKRI, namun kondisi yangsebenarnya telah tampak dari beberapapernyataan lain yang mengartikan dukungan lepasnya Papua dari NKRI.“Ada dua senator yang menyebut masuknya Papua ke dalam RI ilegal,” kataAmien. Indonesia perlu memperlihatkanketegasan, bukan dengan sikap reaktif,tetapi melalui diplomasi yang matang.Salah satu sikap keras yang dimaksudAmien, setelah memanggil pulang Dubesnya di Australia, misalnya, mengirimkan nota kenegaraan yang langsungdibuat oleh presiden atas nama bangsaIndonesia. Tetapi yang paling pentingmemperlihatkan bahwa Indonesia memiliki langkah strategis untuk menghadapiAustralia.Kasus Freeport Indonesia; Amien—meski sepak terjangnya pernah diamatiaparat intelijen—tidak pernah berhentimengeritik ketidakadilan dan perusakanlingkungan yang dilakukan oleh industritambang raksasa asal AS ini. Meskipundituding sebagai tokoh yang kerap menciptakan provokasi bagi kondisi Papuayang pernah memanas, Amien dapatmemaafkan kepala BIN Syamsir Siregar.Amien menolak tudingan sebagai provokator. Nadanya cukup keras menanggapitudingan BIN yang dipandangnya; spekulatif dan imajiner, karena tidak didukung fakta dan data. Kepala BIN Syamsir Siregar mengaku sedang mengamatipara elit politik dan LSM yang didugaberada di balik kasus Abepura.Ketika ditanya siapakah elit politiktersebut? Syamsir menukas: “sudah tahukok tanya.” Meski terkena tudingan tersebut, Amien mengaku telah memaafkanSyamsir. “Semua orang bisa keliru. Sayatidak akan menggugat. Cuma lain kali lebihhati-hati,” kata Amien.Amien memang menerima rombongan20 orang Papua, jauh hari sebelum meletusnya tragedi berdarah di Abepura yangmenewaskan tiga polisi dan seorangprajurit TNI-AU. Kepada mereka, diamengatakan Freeport hendaknya membagi hasil kekayaan Papua secara adil.Karena itu, Freeport ditutup sementarasampai dicapainya kesepakatan tentangpembagian yang lebih adil. MenurutAmien kontrak karya Freeport sangatmerugikan masyarakat Papua dan bangsaIndonesia. “Kita bukan budak dan Amerika bukan majikan,” kata Amien.Kaus Blok Cepu; Amien bergabungdengan sejumlah tokoh nasional, termasukmantan Wapres Try Sutrisno dan mantanMenhankam/Pangab Wiranto, yangmemelopori penolakan pengelolaan ladang minyak lepas pantai, Blok Cepu, olehExxon Mobil Oil, sebuah perusahaanminyak raksasa AS. Sembilan tokoh mengirim surat ke Presden Susilo BambangYudhoyono, meminta waktu bertemu.“Pak SBY kan suka angka sembilan,”kelakar Amien.Dalam masalah Blok Cepu, kata Amien,Indonesia dihadapkan pada dua pilihan;untung ala kadarnya atau untung setinggitingginya. “Kita mau jadi bangsa majikanatau pelayan,” kata Amien. Keputusanpemerintah tersebut, menurut Amien,merupakan pilihan yang berujung padabangsa pelayan. “Ketika jabatan GeneralManager itu diberikan kepada mereka, kitatelah memilih jadi pelayan.”Gerakan ini juga berjuang untuk memenangkan hak angket DPR mengenaiBlok Cepu, meskipun Amien menyadari ituhal yang tidak mudah. Tetapi dia berharapagar para anggota DPR yang mendukungberjuang maksimal. Dalam hal Exxon,Amien berselisih jalan dengan SutrisnoBachir yang didudukkannya di pucukpimpinan PAN. Sutrisno memilih mendukung kebijakan pemerintah, dan terusmerapat ke SBY, perlahan-lahan meninggalkan mentornya, Amien. TetapiAmien tidak merasa kecewa.Amien malah melihat secara keseluruhan DPR telah menjadi: “stempel pemerintah.” Tudingan Amien ini terkaitdengan keputusan DPR yang penandatanganan kontrak kerja antara pemerintah dan ExxonMobil untuk pengelolaan Blok Cepu. “Usul hak angket BlokCepu melemah setelah pemerintah melobi.Semakin terbukti bahwa DPR memangstempel pemerintah,” kata Amien. Diakecewa pada fraksi-fraksi DPR yangmencabut dukungan mereka usulan hakangket.“Usulan ini jalannya memang terjal.Tidak sampai tidak apa-apa,” kata Amiendengan nada puitis. Namun dia banggakarena di antara anak bangsa ada yangmencuatkan persoalan tersebut ke permukaan.Amien, selaku politisi senior, memberisaran kepada para pendatang baru diSenayan; “katakan yang benar itu benar,dan yang salah itu salah.” ■ SHB • I • O • D • A • T • ANama:Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais, MALahir:Surakarta, 26 April 1944Orang tua:Syuhud Rais dan SudalmiyahIstri:Kusnariyati Sri RahayuPendidikan:• Fakultas Sosial Politik Universitas Gajah Mada (lulus 1968)• Notre Dame Catholic University, Indiana, USA (1974)• Al-Azhar University, Cairo, Mesir (1981)• Chicago University, Chicago, USA (gelar Ph.D dalam ilmu politik 1984)• George Washington University (postdoctoral degree, 1988-1989)Perjalanan karir:• Dosen pada FISIP UGM (1969-1999)• Pengurus Muhammadiyah (1985)• Asisten Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (1991-1995)• Wakil Ketua Muhammadiyah (1991)• Direktur Pusat Kajian Politik (1988)• Peneliti Senior di BPPT (1991)• Anggota Grup V Dewan Riset Nasional (1995-2000)• Ketua Muhammadiyah (1995-2000)• Ketua Umum Partai Amanat Nasional (1999-sekarang)• Ketua MPR (1999-2004)Alamat Rumah:Jl. Pandean Sari II No.5 Rt.003/55 Condong Catur, Depok-Sleman, Yogyakarta
                                
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45