Page 35 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 35


                                    (LENTERA)BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006 35Perbedaan persepsi pelaku didik dan pembuat kebijakanpolitik masih sangat terasa, misalnya, dalam kaitan dengankebijakan otonomi daerah dan kaitannya dengan pendidikan.Pertimbangan-pertimbangan yang terkadang begitu rumit dalampemberian perijinan pembukaan lembaga pendidikan tinggi baruataupun program program baru di universitas dan atauperguruan tinggi lainnya, masih harus dihadapi oleh pelaku didikdi negeri ini. Begitu juga dengan masih adanya dualisme antaradepartemen pendidikan dan departemen agama serta departemen lainnya dalam kaitan dengan otoritas pengawasan danpengelolaan lembaga pendidikan, adalah juga termasuk dalamderetan persoalan Indonesia di dalam menempatkan dirinya diera globalisasi ini.Namun dari berbagai persolan yang dihadapi bangsa Indonesia, Al-Zaytun terus menerobos masuk ke percaturan pendidikaninternasional. Hal ini telah, sedang dan terus diusahakan dalambentuk usaha bersama mendirikan Al-Zaytun American University. Hal lain yang terus dirintis diakuinya Al-Zaytun sebagaisatu-satunya pemegang hak sertifikasi kemampuan olahkomputer oleh ICDL-AP di Indonesia.Selain itu, Program Pendidikan Pertanian Terpadu, yangsekarang telah menjadi Fakultas Pertanian Terpadu Universitas Al-Zaytun pun telah mendapatkan pengakuan bukan hanyadari dalam negeri namun juga pengakuan dari luar negeri.Melihat keberhasilan yang telah dicapai selama tujuh tahunsetelah dimulainya pendidikan di Kampus Al-Zaytun, kita harusyakin bahwa kita berkemampuan menempatkan diri sebagailembaga pendidikan yang dapat mengangkat bangsa Indonesidari keterpurukan dan terus melaju bersaing dengan lembagalembaga pendidikan internasional. Tidak mustahil di masadepan, akan lebih banyak lagi pelajar asing yang datang belajarke Indonesia khususnya ke Al-Zaytun.Masa Depan: Beberapa Jalan Menuju Era GlobalisasiBerdasarkan uraian tersebut di atas, terdapat tiga jalan yangamat reasonable dan dapat memberikan beberapa harapanuntuk memosisikan diri di era globalisasi ini.Jalan pertama yang harus dilakukan adalah jelas, yaknikesediaan untuk melakukan reformasi total dalam hal kebijakanpendidikan, yang berkaitan dengan kurikulum, anggaranpendidikan, akreditasi dan rekognisi, termasuk di dalamnyamemberikan peluang yang seluas-luasnya kepada lembaga pendidikan swasta, baik umum maupunpesantren, untuk melaksanakan programpenelitiannya, baik sendiri maupunbekerja sama dengan peneliti-penelitimancanegara.Reformasi total tersebut di atas, memberikan kebebasan sepenuhnya kepadaseluruh lapisan masyarakat yang mampuuntuk mendirikan lembaga pendidikantinggi, di manapun di negeri ini, danpemerintah dalam hal ini hanyalahbertindak sebagai fasilitator. DepartemenPendidikan hanya berwenang untuk mendaftar semua lembagapendidikan tinggi, sedangkan untuk hal hal yang berkaitandengan mutu pendidikan penilaiannya dilakukan oleh pihakketiga, yang dalam hal ini mendapatkan pengakuan dariDepartemen Pendidikan.Lembaga akreditasi berupa Badan Akreditasi Nasional yangsudah ada dengan sedikit modifikasi legalitas, dan juga lembagalembaga akreditasi internasional, dalam hal ini DepartemenPendidikan akan bertindak sebagai advisor, sehingga lembagapengakuan terhadap institusi partnership-nya? Jika tidak, makasudah barang tentu kerja sama tersebut tidak menarik minatpelajar/mahasiswa.Seperti disebutkan di atas, bahwa untuk bisa mengikutipembelajaran, calon mahasiswa harus menguasai bahasa Inggrisdengan baik, dan sesuai dengan standard test yang diakui secarainternasional. Keberadaan universitas internasional tersebutakan mempersyaratkan hal yang sama bagi calon mahasiswanya,dan kenyataan yang ada, hampir 95% lulusan sekolah menengahkemampuan berbahasa Inggris mereka di bawah standar.Akibatnya, keberadaan institusi internasional tersebut akankurang menarik minat mahasiswa nasional.Masalah lain yang patut menjadi pertimbangan adalah biaya kuliah - tuition fees- dan biaya-biaya tambahan lainnya. Tentusaja akan lebih besar dibandingkan denganbiaya yang dikenakan oleh universitaslokal. Mengapa? Karena universitas partner harus menanggung biaya yang telahditetapkan per-program yang sekalipuntelah diukur dengan kekuatan daya belibangsa Indonesia, tetapi masih sangatmahal.Jika ketiga faktor tersebut di atas terpenuhi, ada pertimbangan terakhir, yakni ketidaksamaan mutuantara universitas yang ada di negaranya dengan franchise university yang ada di negeri ini. Di Amerika misalnya, terdapatberbagai rupa fasilitas penunjang, dan juga resource tenagapendidik. Di negeri ini sangatlah sulit untuk mencari resourcependidik/pengajar dengan kualifikasi yang sama. Jikapunterdapat maka mereka hanya akan menjadi tenaga part-timer,dan tentu saja dengan keterbatasan fasilitas, mahasiswa tidakakan mendapatkan pelayanan yang sama.G AL-ZAYTUN PASAR DUNIAKrisis ekonomi, tidaklah menjadifaktor utama menurunnyapengiriman pelajar-mahasiswake luar negeri, terbukti dengansemakin gencarnya lembagalembaga pendidikan mancanegaradi dalam mempromosikaninstitusinya di Indonesia.
                                
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39