Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 34
LENTERA34 BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006Saat ini lebih dari 600.000mahasiswa asing berdatangan keAmerika Serikat. Dengan jumlahyang hampir sama di Inggris danAustralia, begitu juga dengan NewZealand dan Canada jumlah mahasiswa asingnya terus bertambahdari waktu ke waktu. Sebagian dari merekaberasal dari Asia. Tentu saja telah terjadiketimpangan antara jumlah mahasiswa asingyang datang dan mahasiswa negeri-negeri Asiayang dikirim ke beberapa negara tersebut di atas,terlebih lagi dengan Indonesia.Krisis ekonomi, tidaklah menjadi faktor utamamenurunnya pengiriman pelajar-mahasiswa keluar negeri, terbukti dengan semakin gencarnyalembaga-lembaga pendidikan mancanegara didalam mempromosikan institusinya di Indonesia. Jika tahun-tahun sebelum krisis, Amerikamenjadi tujuan utama, kini beralih ke Australia,walau sebenarnya biayanya 10 kali lebih tinggidari biaya pendidikan nasional, belum termasukbiaya hidup.Mengapa minat belajar ke luar negeri begitubesar, dan dari waktu ke waktu selalu meningkatjumlahnya? Banyak hal yang membuat wargamampu memilih hal ini. Salah satu dan yangutama tentu karena mereka tidak yakin terhadapmutu dan pengakuan internasional lembagapendidikan tinggi/menengah Indonesia. Sebabyang lain, adalah dengan menyekolahkan puteraputeri mereka ke luar negeri, dipastikan investasimereka yang cukup besar akan segera kembali.Kondisi tersebut di atas, sangat menarik bagilembaga pendidikan internasional. Oleh sebab itumereka lakukan upaya intensif untuk mempromosikan lembaganya di negeri ini. Namundemikian besarnya jumlah penduduk tidakmenarik mereka untuk datang dan menawarkankerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten, sebagaimana yang mereka lakukan di Malaysia dan kini China.Curtin University, misalnya, lebih tertarikuntuk mendirikan off shore campus-nya di kotaMiri, Sarawak, sebuah kota yang hanya berpenduduk 125,000 orang, dari pada harusmendirikannya di Jakarta. Begitu juga denganMonash, George Washington University, LondonMetropolitant University dan berpuluh yang laindari berbagai negara. Mengapa? Karena di negeriyang relatif kecil itu, keberadaan mereka mendapatkan jaminan kepastian dari pemerintah,sebab jumlah populasi Malaysia bukanlah ukuranpertama. Karena dalam perkembangannya justrupelajar/mahasiswa yang datang adalah darimancanegara, yang tentu saja mempunyaiketerbatasan yang sama dalam hal bahasa.Pemerintah Malaysia sejak awal telah memilikiOleh: Dr Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang*Syaykh Al-Zaytuncita-cita untuk menjadikan negerinya sebagaipusat pembelajaran internasional, dan untuk itukonsekuensinya adalah memberikan pengakuanterhadap lembaga-lembaga pendidikan asingyang beroperasi di negaranya. Sehingga keberadaan lembaga-lembaga pendidikan internasional tersebut di atas, memacu kemajuanlembaga pendidikan lokal, dan pada akhirnyatidak lagi bisa dibedakan dalam hal apapun,antara lembaga pendidikan transnasional danlembaga pendidikan nasional.Dalam satu kesempatan Dirjen PendidikanTinggi Depdiknas, menyuarakan keterbukaanpasca Undang Undang Pendidikan Nasional.Disebutkannya bahwa lembaga-lembaga pendidikan tinggi Indonesia mempunyai kebebasanuntuk melakukan kerja sama dengan lembagapendidikan internasional, mengubah bahkanmengadopsi kurikulum dan juga mencari akreditasi dari lembaga-lembaga akreditasi internasional. Sesuatu yang amat baik bagi perkembangan dunia pendidikan, dan disampaikan sebagai implementasi dari Undang-undang Pendidikan Nasional.Pertanyaannya adalah, apakah iklim barutersebut di atas, menarik minat institusi mancanegara? Sampai saat ini baru beberapa institusiinternasional yang melakukan kerja sama denganlembaga pendidikan tinggi nasional, dan tentusaja dengan status yang kurang jelas dalam kaitandengan pengakuan. Apakah kualifikasi yangdikeluarkan oleh institusi internasional tersebutmendapatkan pengakuan yang sama denganPELUANG DI TENGAH BAGIAN DUADARI DUA TULISAN