Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 33
BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006 33(BERITA EKONOMI) ( ) Pengusaha Keturunankapasitas produksi pulp 6,9 juta tonpertahun.Sjamsul Nursalim, pemilik Grup GadjahTunggal mencoba membangun imperiumbisnis baru di Singapura dengan kekuataninvestasi US$ 1,2 miliar. Mantan “RajaUdang” pemilik nama asli Lim Tek Siong,alias, Liem Tek Siong, alias Liem Tjen Ho,ini menggeluti bisnis baru bidang teknologi, properti, energi, perdagangan,distribusi, ritel, hingga marketing.Investor Daily berhasil memperolehsebuah dokumen, yang isinya antara lainmenyebutkan Sjamsul memiliki beberapaproyek dalam skala besar di Singapura,China dan Australia melalui perusahaanTuan Sing dan Gultech, dengan investasisekitar US$ 1 miliar.Taipan lokal Sudwikatmono lebih tertarik berbisnis di tanah air dengan menyediakan energi listrik. Bersama PTPerusahaan Tambang Batubara BukitAsam (PTBA), dan China Huadian Corporation, PT Indika Inti Energy salah satuanggota Grup Indika milik Pak Dwi,berencana membangun sebuah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) muluttambang berkapasitas 4x600 MW (total2.400 MW), terletak di Bangko Tengah,Muara Enim, Sumatera Selatan, berbiayaUS$ 1,6 miliar atau Rp 14,7 T.PLTU mulai dibangun akhir 2006 danberoperasi sekitar 2009/2010, berdasarkan kontrak kerjasama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akanmenjual listrik sampai di transmisi seharga US$ 0,035 per KWH.Putera Sampoerna memilih investasi diperusahaan perjudian. Putera menanaminvestasi US$ 200 juta (Rp 1,8 T) untukmembeli Mansion, sebuah kasino“onlinemelalui internet berbasis di Gibraltar.Sebelum tiba pada Mansion Puterasempat menjajaki investasi proyek infrastruktur jalan tol Cipularang, dan mencoba mengakuisisi pabrik kertas KianiKertas milik Prabowo Soebianto namunkeduanya gagal. Putera dengan kekuatanuang Rp 3,8 T diketahui sedang bergerilyalagi mengincar 25,53% saham PT SemenGresik milik Cemex, yang memang hendak dijual.Sejumlah sebab dikemukakan parapengamat ekonomi dan keuangan, mengapa pebisnis keturunan ini eksodusmelakukan investasi di luar negeri. Seperti, undang-undang perburuhan yangtak pro pengusaha, ketidakpastian otonomi daerah, iklim investasi yang takmenggairahkan, sumber dana perbankanyang berbunga tinggi, biaya pelabuhanyang tak kompetitif, belum ada payunghukum yang memberikan kenyamananinvestasi, dan lain-lain.Tetapi, sebagian pengusaha justrumenilai langkah yang dilakukannya bukanlah eksodus atau pelarian modal.Gandhi Sulistiyanto, Vice President GrupSinar Mas mengatakan, ekspansi kelompoknya ke China berbeda dengan diIndonesia. Di Negeri Tirai Bambu itupendanaan pembangunan pabrik pulpmaupun pengembangan lahan didukungoleh Bank of China (BoC), sementara diIndonesia berasal dari obligasi dan sindikasi bank dalam negeri.“Terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Jadi, tidak ada pelarian modal. DiChina pendanaan berasal dari mereka,sedangkan di Indonesia, Sinar Mas menarik modal masuk,” kata Gandhi, kepadaInvestor Daily. ■ HTnya, Ir Budi Brasali dan Ir Ismail Sofyan mendirikan PT Metropolitan Development untuk bergerak di bidang properti,konstruksi, konsultansi, perdagangan dan manufaktur. Ciputrayang menduduki Presiden Komisaris, di situ bertindak sebagaiinspirator, motivator, dan inovator untuk membangun sejumlahproyek besar seperti Wisma Metropolitan dan Wisma WTC diJalan Jenderal Sudirman Jakarta, perumahan elit Pondok Indahdan Puri Indah, Hotel Horison di Ancol dan lain-lain. Di Metropolitan ini pula ia memperoleh kepercayaan dari Grup Salim.Memperingati usia ke-50, Ciputra pada tahun 1981 mendirikankelompok usaha baru yang melibatkan istri, anak dan menantuyaitu Rina Ciputra Sastrawinata dan suami Budiarsa Sastrawinata, Junita Ciputra dan suami Harun Hajadi, Candra Ciputradan istri Sandra Hendarto, serta Cakra Ciputra. Kelompok usahaini diberi nama Grup Ciputra (Ciputra Develoment) terdiri tigasub holding.Sejak tahun 1980 Ciputra diketahui sudah mulai mengarahkandiri untuk membentuk perusahaan berkelas multinasional, saatmelakukan investasi di Singapura dan Hawai melalui Grup Metropolitan. Kegiatan sama dilanjutkan lagi mulai tahun 199odengan memasuki Vietnam, kali ini melalui Grup Ciputra. DiHanoi, ibukota Vietnam saat itu Ciputra membangun hotelbintang-5 Hanoi Horison Hotel, dua tahun kemudian membangunkota mandiri Ciputra Hanoi International City, sebuah proyek realestat terbesar yang memiliki reputasi tinggi di Vietnam.Saat ini bersama Grup Salim Ciputra membangun KolkataWest International City di Kalkuta, India sebuah proyek perumahan skala kota. Ide yang sama akan diteruskan lagi keKamboja.Ciputra belakangan fokus hanya pada bisnis properti. Iabercita-cita perusahaannya dapat bergerak di seluruh duniasebagai perusahaan multinasional (Multinational Corporations,MNC), sama seperti Mc Donald’s dan KFC yang hanya berbisnismakanan cepat saji namun memiliki outlet dimana-mana.■ HTings Ltd (PRIL), mengakuisisi perusahaanpulp Shandong Rizhao SSYMB Pulp Co diChina senilai US$ 360 juta. ShandongRizhao ini memiliki kapasitas produksi220 ribu ton pertahun. Lewat APRIL puladiambilalih 55% saham proyek SarawakPulp & Paper, di Bitulu, kota Sarawak,Malaysia senilai US$ 1,2 miliar. Proyek iniakan menghasilkan 300 ribu moptypenggilingan kertas kayu lapis.RGM juga mendirikan pabrik pulp baruberkapasitas 1 juta ton pertahun di kotaXinhui, Guandong, menelan investasiUS$ 1,98 miliar (Rp 18,2 T), dan dikawasan Zona Pengembangan EkonomiTaizhou senilai US$ 50 juta.RGM saat ini memiliki kapasitas produksi pulp 4 juta ton pertahun. Diproyeksikan, di China RGM akan investasipulp & paper hingga US$ 7 miliar atau Rp64,4 T. Sehingga dalam tiga atau empattahun ke depan RGM akan tampil sebagaipenghasil pulp terbesar dunia, menyalipposisi Sinar Mas yang saat ini memiliki