Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 28
28 BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006DES ALWIDi Banda Naira ia bukan sajatokoh, tapi juga ‘pusatkomunikasi’ sebagai tempatmengadu, berkeluh kesah,meminta petunjuk untukmemecahkan masalah. DiJakarta, ia terkenal sebagaipelobi tingkat tinggi dansimbol masyarakat Banda.Lalu, siapa Des Alwi?TOKOH SIMBOL MASYARAKAT ♦jauh’ itu bernama Muhammad Hatta danSjahrir, orang tahanan politik Belandayang dibuang ke Boven Digul. Pertemuandengan kedua tokoh itulah yang hinggakini tak pernah ia lupakan. Bahkan iamenganggapnya sebagai pertemuan yangkemudian menjadi arah hidupnya hinggamenjadi Des Alwi yang sekarang ini.Karena kecerdikan, kepandaian dan‘kenakalan’nya, kedua tokoh tersebutkonon sangat menyukai cucu Said Baadilaini. Hingga kemudian Bung Hatta mengambil Des Alwi sebagai anak angkat.“Saya merasa sebagai orang pertamayang mereka tangani. Dalam kehidupansaya selanjutnya, ketepatan dan ketelitiandalam bekerja yang telah beliau tanamkan merupakan salah satu nilai tambahyang besar dalam karier saya selamaini. Dari Oom Sjahrir, saya mendapatbanyak wawasan dan pengertian,”kata Des Alwi.FOTO ISTBERITA TOKOHCucu Raja Mutiara MalukuDes Alwi Abubakar lahir 17 November1927 di Desa Nusantara, Naira sebuahpulau kecil dalam kelompok Banda diKepulauan Maluku. Ayahnya bernamaAlwi, berasal dari Ternate yang kononmasih keturunan Sultan Palembang yangdibuang ke Banda. Sang ibu bernamaHalijah Baadilla, anak perempuan dariSaid Baadilla, pengusaha mutiara yangpernah terkenal dari Naira.“Sebuah kapal putih tampak merapat ke dermaga. Semua mata tertuju pada dua orang tuamengenakan setelan jasputih dan berdasi yangmenuruni tangga kapal. Kedua tuanberparas pucat itu membawa delapankoper besar dari kayu dan empat tas besardari kulit. Dengan celana renang danrambut yang masih basah saya perhatikanmereka. Yang salah seorang di antaranyamemakai kaca mata. Seorang di antaramereka tersenyum kepada saya,” demikian kenangan Des Alwi saat pertamakali bertemu Muhammad Hatta dan SutanSjahrir di masa pembuangan mereka diBanda Naira.Saat itu Des Alwi baru berusia 8 tahundan duduk di kelas dua ELS (EuropeescheLagere School). Namun ia mengaku sudahmengetahui dengan pasti bahwa keduatuan itu dari Boven Digul, karena wajahmereka pucat. “Setiap orang yang datangdari Digul senantiasa berwajah pucat.Agaknya di sana mereka kekuranganmakan dan banyak yang menderita malaria,” ungkapnya.Kedua orang itu lalu bertanya pada Desdengan bahasan Belanda, apakah tahu dimana rumah dokter Tjipto Mangunkusumo? “Tahu, tetapi jauh dari sini.Kalau rumah Mr. Iwa Kusumah Sumantripersis di depan dermaga ini,” jawab Deskecil. Nama dokter Tjipto dan Mr. Iwamemang sangat di kenal di Banda, karenamereka telah cukup lama berdiam di Nairadan Des Alwi adalah teman putra-putrimereka.Belakangan Des baru tahu, kedua ‘tamu