Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 23
BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006 23Serbuan produk-produk Chinadi Indonesia pada masanyapernah disambut gembira.Masyarakat yang daya belinyabelum kuat, seolah menjadiberhak menikmati kualitashidup yang lebih baik.Cukup mengeluarkan separuh uang dariharga produk keluaran negara lain, merekasudah dapat menikmati gaya lebih yanglebih berkelas. Harga murah adalahpertimbangan utama, kualitas atau dayatahan produk menjadi nomor selanjutnya.Timbul kesan China adalah ikon pemimpin ekonomi baru Asia yang menjanjikan.Kehadiran produk-produk asal TiraiBambu seperti sepeda motor, elektronik,garmen, tekstil dan produk tekstil (TPT),perkakas rumah tangga, keramik, mebel,mainan anak-anak, sepatu dan alas kakilain hingga baja dan udang, telah mematahkan dominasi pemain bisnis lama.Bahkan seolah belum cukup berhenti disitu, untuk memenuhi kebutuhan nelayanakan kapal penangkap ikan pun, pejabatDepartemen Kelautan dan Perikananharus pergi jauh-jauh ke negeri Chinauntuk mengurus impor kapal.Produk China adalah ‘pahlawan” baruyang berhasil mengakhiri kecongkakanpebisnis lama dalam menentukan hargajual produk. Sebelum ini, mereka itubertindak sebagai market leader sekaligusprice leader di alam bisnis yang saratdengan suasana monopoli, oligopolihingga kartel segala macam.Tidaklah mengherankan apabila harianekonomi Investor Daily, dalam liputankhususnya (4-5/3) memberi judul menarikpada sebuah berita, bahwa “Tasbih PunBuatan China”.Di situ, diceritakan bagaimana seorangpria bernama Dadang Sulaeman, suatuketika menerima sebuah kemasan bingkisan berupa untaian tasbih, gantungankunci, serta dua buah ballpoint, dariseorang rekan yang baru saja menunaikanibadah haji. Namun kata di dalam bingkisan tak lagi menyebut Arab Saudi sebagainegara pembuat. Pada pengikat bingkisanjustru terdapat sebuah label merah, yangnyata bertuliskan Made in China.Untuk produk garmen dan TPT, jugasudah bukan rahasia lagi kalau mata rantaiperdagangannya belakangan ini sudahdikuasai produk China. Bukan hanya dipasar tekstil Mangga Dua, Tanah Abang,Masyestik atau Cipadu. Pun, di pasarKlewer, Jawa Tengah yang terkenal sebagai pusat bursa tekstil terbesar JawaTengah, kios-kiosnya sudah dihiasi anekaproduk China.“Hampir semua kios pakaian jadi nonbatik di pasar ini menjual produk China.Terus terang pedagang di sini lebih senangmenjual produk-produk impor daripadaproduk lokal,” kata Sardjono, seorangpedagang pakaian jadi Pasar Klewer.Sepatu? Oh, sudah empat lima tahunterakhir produk China turut mengisilapak-lapak penjualan sepatu bekas diPasar Rumput, Taman Puring, hinggaPasar Ular Jakarta. Radja Games Tampubolon, misalnya, seorang pria perantauanyang turut menjual sepatu asal China dipinggiran Jalan Sultan Agung, PasarRumput, Jakarta Selatan, memastikankalau sepatu buatan China lebih trendydan mudah dipasarkan karena harganyarelatif lebih murah dibanding sepatubuatan lokal apalagi Jepang dan Eropa.Mulai DibenciDalam sebuah diskusi mengenai serbuan produk China ke Indonesia, Sabtu(11/3), Menteri Perdagangan Mari ElkaPangestu mengakui selama Januari-November 2005 impor tekstil dan produktekstil (TPT) asal China meningkat hingga800%. Nilai absolutnya memang tidakterlalu besar. Kata Elka, dari US$ 1 jutanaik menjadi US$ 9 juta.Di kesempatan yang sama, SekretarisEksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia(API), Ernovian Gasali Ismy, membeberkan angka-angka ironi akibat serbuanproduk China. Bahwa sejak tahun 2001hingga pertengahan 2005, dari 2.600perusahaan anggota API sudah 347 yanggulung tikar, 30 diantaranya adalah pabriktekstil.Produk China Dirindu Lalu DibenciProduk China adalah momok baru bagi industri dalam negeri. Tapi lebih dari itu, China adalah contohpelajaran berharga bagaimana membangun industri dan perdagangan yang efisien.