Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 12
P. 25
BERITAINDONESIA, 4 Mei 2006 25Apa komentar Anda mengenaiancaman ledakan penganggurandalam waktu dekat ini, dan bagaimana daya serap industri sepatumenampung tenaga kerja?Tadi pagi kebetulan saya melakukansarapan pagi dengan Menteri Perindustrian Fami Idris. Jadi sebelum ada dumping, merek-merek besar seperti Adidas,Nike, Puma, Reebokdan yang lain mengalihkan ordernya keChina. Setelah kita mengalami krisis tahun1997 kejadian itu berlanjut terus sampai2004/2005, mereka secara besar-besaran pindah ke China.Negara kedua yangekspor sepatunya turutmaju adalah Vietnamkarena pemerintahnyasangat mendukung, dengan memberikan kemudahan fasilitas selainbiaya-biaya yang masihmurah.Kepindahan berakibat seperti apa yang ditulis koran Kompashari ini, Jumat 7/3, dimana PT Doson Indonesia yang terletak di Legok, Tangerang,Banten yang mengerjakan sepatu Nike,kini tinggal memiliki 2.000-3.000 karyawan. Di pabrik itu timbul 7.000 orangpengangguran korban PHK, belum merekayang terkena dampak seperti pedagangdan semua keluarga mereka.Dengan kepindahan tersebut otomatispengangguran di Indonesia makin bertambah angkatan kerja banyak yangkehilangan kesempatan.Persoalan berikutnyaadalah, banyak industriChina yang masuk kesini secara ilegal tanpabisa dideteksi pemerintah. Saya bilang tidakbisa terdeteksi, karena,kalau kita diskusi dengan pemerintah barang itu sudah dimasukkan ke jalur merah tetapi tetap bisa ditemukan di pasar denganharga jauh lebih murahbila dibanding kitamembuatnya di sini. Iniberarti dia tidak membayar bea masuk. Sebabkalau kita hitung biayaproduksi, plus biayamasuk tidak mungkin dijual dengan hargasekian.Ini yang mengakibatkan terpukulnyapenyediaan lapangan pekerjaan baik diindustri sepatu, tekstil, mainan anak-anakdan segala macam.Dalam perjalanannya Eropa akan mengenakan bea masuk anti dumping terhadap China dan Vietnam per 1 April2006. Ini adalah peluang dimana prinsipalakan kembali ke sini. Selain itu prinsipaljuga sudah melihat, buruh-buruh Chinaternyata sudah mulai pintar dan kritis,“Oh, apa yang dibayar selama ini adalahrendah.” Sejak Januari 2006 alhamdulilahmereka sudah pindah ke mari. Ini kesempatan, sebenarnya.Tetapi masih ada hal-hal yang tidakmereka sukai di sini yang perlu penyelesaian segera. Seperti soal penegakanhukum, masalah ketenagakerjaan, biayabiaya tinggi dan lain-lain. Ini bukan hanyamenyangkut persoalan ketenagakerjaan,tetapi merupakan salah satu penyebabekonomi biaya tinggi. Di situ, misalnya,ada masalah pesangon yang harus diberikan cukup tinggi dibanding negara-negaraAsia lainnya.Berbagai kesempatan sesungguhnyabisa membuka peluang kerja. Tetapimenyaksikan peristiwa 5 April 2006membuat mereka kembali ragu, apakahtempat dan negeri ini kondusif atau tidak.Bukan saja investor asing, lokal pun turutberpikir kalau kejadian seperti ini terusberlanjut ngapain buka pabrik. Lebih baikmembeli barang, jual, jelas lebih enak dantidak membuat pusing.Dengan kejadian itu berarti pula kesempatan tenaga kerja banyak yang menganggur. Karena orang yang tadinya maubikin sesuatu menjadi membeli. Yangtadinya ada kesempatan membuka lapangan kerja, sekarang orang pada standingpoint jadinya, melihat apakah negara inikondusif untuk melakukan sesuatu atautidak. Berarti penyerapan tenaga kerjamenjadi tidak begitu banyak.Untuk industri sepatunya sebenarnyapangsa lokalnya besar. Tetapi, seperti kitaketahui bersama, dengan biaya-biayahidup yang tinggi di Indonesia sepertitelepon, listrik dan BBM yang sangat tinggiefek dominonya sangat berpengaruhsekali. Ini membuat daya beli orang turunapalagi untuk sepatu. Ada kesan, kalautahun ini saya bisa beli satu maka satusajalah tidak seperti dahulu lagi. Ini punmenutup kesempatan tenaga kerja.Sebelum dikenakan bea masukanti dumping bagaimana pengaruhChina terhadap industri sepatudalam negeri?Kita punya masyarakat banyak yangpemakai sepatu dari kelas menengah kebawah. Mereka kadang-kadang tidakIndustri SepatuButuh 5 DeregulasiYudhi Komarudhin, SekretarisJenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo).Ledakan pengangguran sewaktu-waktu dapat saja terjadi dalamwaktu dekat ini, terutama karena sudah semakin parah danmaraknya produk-produk impor asal China yang murah meriahdan tersedia di pasar secara massal pula, seperti garmen, tekstildan produk tekstil (TPT), sepatu, mainan anak-anak hingga hasilperikanan dan segala macam.Malahan, transhipment produk-produk China mengatasnamakan Indonesia telah pula membuat produk perdagangan dan industri negara kitaterancam embargo di negara tujuan ekspor AS dan Uni Eropa.Pasar produk sepatu turut mengalami pukulan sama diserbu anekaproduk China. Memang, khusus sepatu ada sedikit perbedaan. Mulai 1 April2006 kemarin ekspor sepatu China dan Vietnam dikenakan bea masukanti dumping (BAMD) oleh Uni Eropa. Sanksi ini berimbas pada keinginanprinsipal untuk mengalihkan pesanannya ke pabrik-pabrik sepatu yangsudah lebih dahulu ada di Indonesia. Diperkirakan akan ada peningkatankapasitas produksi pabrik sepatu Indonesia.Untuk mengetahui lebih lanjut kemampuan industri sepatu Indonesia“menghentikan” laju ledakan pengangguran, berikut petikan wawancaraMajalah Berita Indonesia dengan Yudhi Komarudin, Sekretaris JenderalAsosiasi Presepatuan Indonesia (Aprisindo).