Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 63


                                     63(BERITA FEATURE)BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006hidup dengan kesuburan tanahnya, tetapi juga mengirimmalapetaka yang menghancurkan kota itu bersama warga danbudayanya. Warga Pompei sedang menyelenggarakan pesta, tibatiba Vesusius meledak.Jika Pompei terkubur 1669 tahun, pusat kerajaan di Tamboradan kerajaan lainnya yang berdekatan, hanya butuh waktu seabadlebih untuk menemukannya dari timbunan material letusan.Pemukiman tersebut belum lama ini diketemukan olehsekelompok arkeolog.Letusan Tambora menyebarkan gasberacun, memusnahkan semua tanaman dan mahluk hidup di sekitarnya.Kampung-kampung binasa, tak kurangdari 100.000 jiwa melayang. Para pakargunung berapi memperkirakan letusantersebut, paling tidak, empat kali lebihhebat dibandingkan dengan bencanaKrakatau tahun 1883.Pakar vulkanologi dari UniversitasRhode Island, AS, yang memimpinpenggalian di Tambora, memperkirakan 10.000 orang terkubur hiduphidup di lokasi penggalian sedalam tigameter atau lebih. Tim Sigurdsson,termasuk tim arkeologi Indonesia,menemukan aneka gerabah, tulang danberbagai perhiasan logam dari perunggu. Mereka juga menemukan dua kerangka manusia yang terkubur bersama rumahmereka.“Bagi saya, ini Pompei dari timur. Semua orang, rumah danbudaya mereka seolah terkubur sebagaimana yang terjadi saatitu,” kata Sirgudsson.Dia percaya tak seorang pun selamat dari amukan letusan.Bayangkan, menurut catatan para ahli vulkanologi, letusan itumemuntahkan tidak kurang dari 400 juta ton uap belerangberacun ke angkasa. Tidak hanya pembunuh massal, awanbelerang itu juga menyebabkan pendinginan global. Dampaknyasungguh luar biasa.Para ahli sejarah mencatat, di Eropa setahun kemudian (1816)menjadi tahun tanpa musim panas. Ladang-ladang jagung diMaine, AS, musnah akibat cuaca beku. Di Prancis dan Jermanratusan hektar ladang anggur dan jagung mati. Kalaupunselamat, panen tahun itu terjadi lebih lambat.Menurut Sigurdsson, budaya yang berkembang di Sumbawasebetulnya telah mengusik kepenasaran para intelektual Eropa,terutama dari Inggris dan Belanda, sejak awal 1800-an. Saat ituilmuwan kedua negara datang ke Sumbawa seiring penjajahanyang dilakukan pemerintahnya. Mereka kaget mendengar bahasayang digunakan jauh berbeda dengan yang berkembang di Indonesia umumnya.Beberapa kalangan ilmuwan yakin bunyi bahasa Sumbawalebih dekat dengan bunyi bahasa yang berkembang di Indochina,terutama dengan bahasa Mon-Khmer. Belum lagi para ilmuwankedua negara melakukan penelitian, masyarakat di sekitarnyamusnah tersapu amarah Tambora. Letusan itu juga ikutmemusnahkan bahasa yang berkembang di sana, kata Sigurdssonyang 20 tahun mencermati lokasi yang ditelitinya.Beberapa penemuan awal menunjukkan bahwa masyarakatyang terkubur memang punya hubungan erat dengan IndoChina, mungkin hanya hubungan dagang. Contohnya, berbagaigerabah dan keramik yang diketemukan di sana memiliki kedekatan dengan barang sejenis di Vietnam.Arkeolog dari Universitas Nasional Singapura, John Miksic,percaya lokasi yang diketemukan Sigurdsson memang situs kotayang terkubur letusan Tambora. Namun dia tidak percaya, baikorang-orang maupun bahasanya berasal dari Indochina. Miksicmenyimpulkan jika ada keramik dari Vietnam, itu bisa saja diperoleh dari pedagang perantara.Sejarah Kerajaan Bima mencatat bahwa tiga kerajaan kecil dikawasan itu; Tambora, Sanggar dan Pekat, tunduk di bawahKerajaan Bima yang melebarkan wilayah taklukannya sampaiDompu dan Flores. Karena itu masyarakatnya menggunakanbahasa Bima. Dan sampai sekarangketiga daerah itu menggunakan bahasaBima untuk pergaulan sehari-hari.Demikian pula kebudayaan mereka.Sekarang, kawasan Tambora, Pekat danSanggar, bisa dijangkau lewat darat,melalui jalan dari kota Bima-Kore-KiloSanggar-Tambora.Kekalahan NapoleonSatu hal yang mencengangkan, dikaitkannya peristiwa itu dengan kekalahan Napoleon Bonaparte di Waterloo, 18 Juni 1815. Jika begitu adanya,maka dampak ikutan letusan Tamborasangat luar biasa, mengubah peta politikdunia saat itu. Peta kekuasaan duniaberubah akibat kekalahan Napoleon. Bukan saja di daratan Eropa,tetapi juga perubahan kondisi politik di Nusantara di abad ke 19.Kenneth Spink, pakar geologi, tampil dengan teori tersebut,tetapi masih perlu diuji kebenarannya. Dalam satu pertemuanilmiah tentang Applied Geosciences di Warwick, Inggris (TheGeographical Magazine, Juni 1996), Spink mencoba menggambarkan betapa besar dampak letusan Tambora terhadap tatanan iklim dunia saat itu. Materi vulkanik yang terlontar keudara dari letusan Tambora diyakini mempengaruhi cuaca diseluruh dunia.Fenomena alam yang abnormal itu, paling dirasakan diAmerika Utara dan Eropa Barat. Awal Juni 1815, hanya berselang1,5 bulan setelah letusan Tambora, di Eropa Barat terjadi hujansalah musim. Jalan-jalan berlumpur, sulit dilalui oleh mesinmesin perang, seperti tank dan kenderaan lapis baja lainnya.Kondisi ini tentu menghadang ambisi Napoleon untuk menginvasi sejumlah negara tetangga di Eropa.Gerakan bala bantuan militer dengan senjata berat terhambat.Ruang gerak tokoh militer Prancis yang baru saja lolos daripengasingan di P. Elba, Maret 1815, menjadi terbatas. Sementaraitu pasukannya dihantam tentara Sekutu di Waterloo, 18 Juni1815. Napoleon tertangkap dan menghabiskan sisa hidupnyasampai 1821 di pembuangannya, Saint Helena.Kemenangan Sekutu di Waterloo, berdampak pada petapenjajahan di Indonesia. Wilayah-wilayah jajahan Belanda,seperti Riau, yang diduduki Inggris dikembalikan ke Belanda.Penguasa Inggris di Indonesia, Thomas Stamford Raffles segeramengumpulkan laporan tentang letusan Tambora.Deru letusan sejak tanggal 5 April 1815, di Yogyakartasemula disangka tembakan meriam. Keesokan harinya, langitgelap, matahari tertutup awan tebal. Hari-hari berikutnyajatuh hujan debu. Tanggal 10 April 1815, ledakan-ledakanterdengar semakin keras, sampai di Cirebon. Letusanmemuncak tanggal 11 April 1815. Siang itu gelap gulita. Bumibergetar seperti mau oleng. Debu memenuhi angkasa, anginbersiungan. (Raffles Report of the Eastern Isles, Oxford University Press-1984). ■ SH- dari berbagai sumber
                                
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66