Page 57 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 57
BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006 57(BERITA MEDIA)Kontroversi Kelinci BerdasiKendati ditolak, majalah Playboy Indonesia tetap terbit dan beredar.Aksi protes berlanjut dengan perusakan kantornya.Wajah cantik Andhara Earlyterpajang, lengkapdengan senyumnya yangmanis di sampul majalahPlayboy versi Indonesiayang terbit perdana. Beberapa hari kemudian, kantor redaksinyadidatangi ratusan massa yang mengajukanprotes atas terbitnya majalah yang diAmerika dan Eropa dikenal sebagai majalah porno.Koran Tempo, 13 April 2006, melaporkan 300 anggota Front Pembela Islam (FPI) mendatangi kantor Playboy diJalan TB Simatupang, Jakarta Selatan,(12/4). Mereka melakukan perusakan digedung ASEAN Aceh Fertilizer (AAF),tempat Playboy berkantor. Massa FPIdatang ke gedung itu sekitar pukul 14.00WIB dengan mengendarai sepeda motordan mobil bak terbuka.Ketika akan memasuki gedung itu, 200anggota polisi menghadang mereka dengan membuat pagar betis di depangedung AAF. Massa lalu melakukan orasidi luar gedung sambil membentangkanspanduk bertuliskan “Playboy terbit, maudibawa ke mana bangsa ini”. Aksi itu mulaimemanas ketika massa FPI melemparkanbatu ke arah barikade polisi.Sebelumnya, Ketua FPI Habib Rizieqmelaporkan Playboy dan 26 perusahaanyang berkaitan dengan majalah tersebut keMarkas Besar Kepolisian RI. “Mereka telahmenyebarkan pornografi dan melanggarundang-undang tentang kesusilaan,” kataRizieq. Juru bicara Markas besar Polri,Brigadir Jenderal Anton Bachrul Alam,mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti laporan FPI. Namun, dia menghimbau agar massa FPI tidak berbuatanarkis.Ketua Dewan Pers Ichlasul Amal menyayangkan tindakan FPI yang merusakgedung AAF, tempat Playboy berkantor.“Perbuatan FPI bisa menyebabkan kebebasan pers terganggu,” kata Ichlasulkepada Tempo.Nyatanya dunia juga tak habis pikirdengan terbitnya Playboy di Indonesia.Republika, 12 April 2006, dalam laporannya yang berjudul “Playboy dan Duniayang Tercengang” mengetengahkan keterkejutan itu. “Negara berpenduduk Muslim terbesardi dunia mulai mengedarkan‘Playboy,sebuah majalah porno asal Amerika,”bunyi teras berita harian Al Rayah, Qatar.Judul yang dipampang pun tegas, “NegeriMuslim Terbesar di Dunia TerbitkanMajalah Playboy.”Sementara situs harian Arab Saudi,”AlWatan, menulis dengan judul lain, ”Banyak Protes Atas Penerbitan Playboy Indonesia,” Tetapi intinya tetap bernadacemas. Lihat saja mereka menulis, “Dikhawatirkan majalah porno itu akanberkembang sebagaimana di negaraasalnya, meski edisi pertama di Indonesiaitu tidak memuat gambar telanjang, tulisAl Watan.Kekhawatirkan itu juga bahkan telahmerebak ke negara tetangga, Malaysia.Hanya sehari setelah terbitnya Playboy diIndonesia, pihak bea dan cukai negara itumemberlakukan pemeriksaan ketat terhadap para pendatang dari Indonesia,tetapi terutama warga Malaysia yang barupulang dari Indonesia.KenekatanErwin Arnada, Direktur PT Velvet Silver Media, pemegang lisensi Playboy Indonesia, menyatakan sudah ada perjanjianantara pihaknya selaku pemegang lisensidengan pemilik lisensi Playboy. “Kamiberorientasi pada masalah gaya hidup.Dalam perjanjian pemberian lisensi itukami diberi hak untuk mengisi hingga 70persen isi majalah sesuai dengan pilihankami,” ujarnya seperti dikutip SuaraPembaruan, 7 April 2006.Selain berisi wawancara dengan modelnya, edisi perdana Playboy Indonesia itumemuat pula sejumlah artikel mengenaibuku-buku terbaru. Selain itu, beberapanovelis yang karyanya muncul dalammajalah itu ialah FX Rudi Gunawan danDewi ‘Dee’ Lestari.Meski terbukti tidak memuat foto-fototelanjang, namun tetap saja foto-foto yangdimuat, terutama foto Andhara Early,dianggap terlalu seksi dan sensual. Playboy juga dinilai menyalahi janjinya yangakan membungkus majalahnya dengansampul tebal. Nyatanya, tidak dilakukan.Praktisi media senior, Farid Gaban,mempertanyakan keistimewaan yangdiperoleh Playboy Indonesia untuk tampillain. “Membeli franchise sebuah majalahasing, setahu saya, tidak semata matamembeli brand tapi juga serangkaianstandard operating procedure (SOP): tatacara operasi secara bisnis, dalam pemasaran, penyajian, bahkan dalam keseluruhan corporate culture,” tulis Fariddi internet. Hal itu, menurutnya berlakusebagaimana McDonald’s, Starbuck, atauNational Geographics Indonesia.Ketua Panitia Khusus RancanganUndang-Undang Pornografi dan Pornoaksi Balkan Kaplale malah memintapemerintah mengusut peredaran majalahini. ■ RH, SRDunia pun tercengang dengan terbitnya Playboy di negaraberpenduduk muslim terbesar di dunia.