Page 52 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 52


                                    52 BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006BERITA PEREMPUANDatanglah ke toko buku, dan pergilah ke bagian novellokal. Maka akan terbaca sederet nama pengarangperempuan yang tertera di sampul novel-novel itu.Pengarang pria memang ada. Tetapi entah kenapa,novelis perempuan tampaknya lebih banyak.Nama-nama penulis perempuan seperti Ayu Utami,Fira Basuki, Djenar Maesa Ayu, Nova Riyanti Yusuf, Dee (DewiLestari), Clara Ng dan sederet nama-nama baru disebutkansebagai penulis-penulis perempuan generasi masa kini yangsaat ini karya-karyanya tengah digandrungi pembaca muda.Namun, nama pengarang senior seperti NH Dini dan RatnaIndraswari Ibrahim pun masih tetap punya nama. Karya-karyamereka masih dicetak ulang dan karya-karya barunya selaludinanti pembaca. Tentu saja, gaya penulisan mereka berbedadengan para yuniornya.Harian Kompas mencermati fenomena ini dan menulisnyapada edisi 15 April 2006 di rubrik Pustakaloka dengan judul“Perempuan Penulis Tak Lekang Dimakan Usia”.Ditulis harian ini, novel Pertemuan Dua Hati karya NH Diniyang diterbitkan 1986 hingga kini sudah memasuki cetak ulangke-13. Novelnya yang sangat feminis, Pada Sebuah Kapal,sudah dicetak ulang ke-8. Sedangkan Dari Fontenay keMagallianes, adalah novel terbarunya yang diluncurkan tahunlalu.Dini mengaku masih tetap menulis hingga sekarang. Diusianya yang 70 tahun, ia masih kemana-mana membawabuku catatan untuk mencatat ide-ide yang muncul mendadak.Mantan isteri seorang diplomat Perancis kelahiranSemarang, 29 Februari 1936 ini mendisiplinkan diri untukmenulis dengan komputernya minimal dua kali seminggu. Iajuga membantu mahasiswa yang sedang menulis skripsi.Waktu luangnya dihabiskan dengan berkebun di halamanrumahnya yang berada dalam kompleks Graha Wredha Mulya,Yogyakarta. Ia juga mengurus Pondok Baca yang didirikannyadi dalam kompleks khusus lansia itu.Sementara Ratna Indraswari yang tinggal di Malangmembarengi proses kreatifnya dengan berdiskusi danmenggagas berbagai kegiatan di rumahnya yang seringdijadikan pangkalan para mahasiswa, seniman dan wartawan.Sastra perempuanRoman Buiten Het Gariel karya Soewarsih Djojopoespito,1940, menandai periode pertama kebangkitan perempuanpenulis. Seperti ditulis Kompas dalam laporannya berjudul“Sastra Perempuan Tempo Dulu”, karya ini sebenarnyamuncul tahun 1930 dalam bahasa Sunda, tetapi ditolak BalaiPustaka karena temanya terlalu maju. Tahun 1975, penerbitDjambatan menerbitkannya dalam bahasa Indonesia denganjudul Manusia Bebas.Tahun 1933, muncul roman Kalau Tak Untung karya Selasihyang juga diperhitungkan di jagat sastra. Menyusul FatimahHasan Delais dengan karyanya Kehilangan Mestika, 1935.NH Dini memulai debut kepengarangannya periode 1970-an. Pemilik nama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nurkatinmenjadi penulis perempuan yang paling produktif ketika itu.Di masa Orde Baru, dimana kepentingan politik penguasaamat dominan, muncul nama-nama penulis perempuan yangproduktif dengan karya-karya yang selalu dicetak ulang.Sederet nama-nama itu antara lain Mira W, V. Lestari, MargaT, La Rose, Titie Said, Lastri Fardani Sukarton, Ike Supomo,Maria A. Sarjono, Nina Pane, Tuti Nonka, Sari Narulita danMarianne Katopo.Di masa represif itu, setiap lembar depan novel akandijumpai tulisan: Tokoh dan cerita dalam novel ini hanyarekaan semata, adanya kesamaan hanya merupakankebetulan belaka.Kalau di masa sebelumnya, penulis perempuan biasanyatumbuh dari kalangan jurnalis dan pendidik, di masaselanjutnya, para penulis perempuan tumbuh dari kalangankomunitas sastra, penerbitan, media massa maupun bidangbidang lain.Nama-nama seperti Dorothea Rosa Herliany, RatnaIndraswari, Helvy Tiana Rosa, Abidah El Halieqy atau OkaRusmini muncul pada periode sebelum munculnya periodeAyu Utami dkk. Kebanyakan karya-karya mereka berupacerpen dan puisi.Banyak kalangan menilai, para penulis perempuan dalamperiode ini lebih punya karakter dan konsisten dalam berkaryadibanding generasi sesudahnya. Karya-karya mereka mampumemberikan pencerahan bagi pembaca dan merupakan karyasastra yang baik, mengutip komentar ahli sastra Indonesia, ATeeuw. ■ RHPersembahan Kaum HawaTulisan mereka mampu memberikanpencerahan bagi pembaca dan merupakankarya sastra yang baik.DEWI LESTARI: Salah seorangpenerus sastra perempuan. WWW.INFOARTIS.COM
                                
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56