Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 14
P. 28
28 BERITAINDONESIA, 1 Juni 2006BERITA UTAMAdaran itu diberikan kepada para mahasiswa dan mahasiswi yang mampu melaksanakan tugas pendidikan. Menariknya,mereka digaji!Jazalah, salah seorang guru sandarankelas IV-B1, yang ditemui Berita Indonesia mengaku senang bisa mengajar parasantri yang masih duduk di bangku MItersebut. Pemuda calon dokter itu, mengaku ketika pertama kali yayasan membuka peluang bagi mahasiswa untukmenjadi guru sandaran di MI, dia punsegera mendaftarkan diri. Meski kesibukannya menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran UAZ padat, sama sekalitak mengendorkan semangatnya untukmengajar. Dengan stelan jas hitam danberpeci hitam pria asal Sidoarjo JawaTimur tersebut, semangat saat mengajardi kelas.Meski tidak memiliki spesialisasi jurusan pendidikan dia ternyata mampumenerapkan ilmu pengetahuan yangdimilikinya kepada anak didiknya. Bahkanmata pelajaran yang diajarkannya adalahBahasa Arab. Dia mengaku dalam menghadapi anak-anak tentunya tidak samadengan menghadapi orang dewasa ataupendidikan setingkat SMP atau pun SMA.Di sinilah dibutuhkan perhatian yangserius dan bagaimana seorang guru bisamembuat si anak selalu dalam keadaansenang terutama ketika mereka sedangmenerima pelajaran.“Kami di sini diberikan kebebasanseluas-luasnya untuk mengembangkandiri dan menggali potensi diri. Orangmungkin bertanya mahasiswa FakultasKedokteran kok ngajar bahasa arab. Itulahyang terjadi. Kami selama enam tahun digembleng tidak hanya mendalami satubidang saja. Kami dituntut menjadi malebih banyak rewel dan masih sulit diatur.Tapi baginya justru dengan demikian diamendapatkan pengalaman yang cukupberarti dalam mengembangkan dirinya.Mia Okatorina (20) asal Jateng (Semarang) mengajar bidang IPA untuk kelasIV-C 1 dengan jumlah anak didik mencapai35 orang. Mahasiswa Fakultas Kedokteranini mengakui merasa enjoy bila menjalankan tugas tambahannya sebagai gurusandaran. Selain menambah pengalaman,juga memberikan ilmu yang dia dapatselama ini. Dia merupakan santri angkatanpertama, yang sekarang mengikuti sistempendidikan satu pipa itu menjadi kelas 13(tigabelas) atau sama dengan mahasiswatingkat pertama.Mereka merasa bersyukur, diberikankesempatan oleh Al-Zaytun untuk langsung menularkan ilmunya. Disamping itudari pekerjaan sambilan menjadi guru sandaran juga mendapatkan gaji yang cukuplumayan untuk meringankan beban orangtua untuk melanjutkan kuliah.nusia yang berkompetensi dengan menguasai segala bidang ilmu. Walaupunkami punya spesialisasi sendiri dalammemilih jurusan di universitas,” ujarnya.N.A Hidayatullah, Guru Sandaran Matematika dari Fakultas Kedokteran UAZmengatakan, mengajar adalah merupakanpengalaman tersendiri. Terlebih lagi yangdididiknya adalah anak-anak yang masihsangat dekat dengan orang tuanya. Diamengajar di kelas I. Anak-anak sebesar ituN. Hayatin NufusN. A. Hidayatullah, Guru sandaranbidang metematikaMia Oktorina (Guru sandaran bidangIPA)